[PACARAN] Part 10 : Pergi

1.2K 38 1
                                    

Dering ponsel Tisa berdering berkali-kali, dan ia baru saja kembali dari kamar mandi. Ia mengangkat telepon yang berasal dari Gio.

"Halo, kenapa?"

"Aku kira ada apa-apa sama kamu, Ca. Aku telepon kamu dari tadi nggak diangkat-angkat."

"Habis dari kamar mandi."

"Oh, Ca–"

"Jangan panggil aku pakai nama itu lagi, aku bukan siapa-siapa kamu lagi selain teman."

"Um, sorry."

"Iya, ada apa?"

"Hari Minggu nanti jalan yuk!"

"Hari Minggu ya? Maaf aku udah ada janji sama orang lain."

"Yaudah hari Sabtu aja, gimana?"

"Hari Sabtu aku ada urusan di sekolah."

"Urusan apa? Lama nggak? Aku anter sama aku tungguin aja ya?"

"Nggak usah, makasih. Aku bisa sendiri kok."

"Please, Tisa, jangan nolak. Aku ngelakuin ini karena aku mau nebus kesalahan aku empat tahun lalu."

"Jangan bahas itu lagi."

"Oke, tapi aku mohon, jangan nolak ajakan aku, aku cuman mau ajak kamu jalan."

"Iya, iya, besok Sabtu, jam sembilan. Kalo kamu belum sampai rumah, aku berangkat sendiri."

👣

Karena kemarin Tisa tidak masuk sekolah, jadilah ia harus datang pagi-pagi demi meminjam catatan sejarah milik Lia karena hari ini ada kuis tanya jawab yang hukumannya bikin capek bukan main.

"Lo ke mana sih kemarin?" tanya Lia yang asyik memainkan ponselnya di hadapan Tisa. "Jemput temen."

"Di bandara?"

"Iya."

"Jangan bilang lo jemput mantan lo yang orang bule itu lagi, Tis."

"Iya, gue jemput dia."

"Kok lu nggak ngajak gue?"

"Nggaklah, nanti gue diomelin sama Bunda lu kalo gue ngajakin lu bolos."

Lia tertawa mendengar jawaban Tisa yang memang benar adanya. "Oh iya Tis, kemarin si Ari nyariin lu tau nggak sih?!"

"Serius?"

"Iya, .. Lo tuh sebenernya sayang nggak sih sama Ari?"

"Sayanglah."

"Terus kalo mantan lu yang bule itu ngajak lo balikan, gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana. Sabtu nanti, dia yang nganter gue ke sekolah."

"Serius lu?!" tanya Lia heboh, seraya menggebrak meja membuat Tisa terlonjak kaget, bahkan bukunya sampai ia lempar karena terkejut.

"Gila lu ya?!"

"Nggak dong, nanti gue dandan ah, biar dilirik sama mantan lu."

Tisa tertawa mendengar perkataan Lia, "coba aja, siapa tau dia beneran ngelirik lu. Soalnya kata kembarannya, doi masih sayang sama gue."

"Kalo beneran kecantol sama gue, si bule ganteng itu buat gue ya?"

"Iya, ambil aja, Li."

Saat istirahat Ari menghampiri Tisa di kelasnya. Tisa yang sedang melamun segera tersadar karena tingkah aneh Ari yang berjalan ke arah meja Tisa seraya menggebrak-gebrak meja.

"Lo ngapain sih mukul-mukul meja? Berisik tau?!"

"Alah bilang aja lo kaget."

"Iyalah sompret! Gue kaget!"

"Lo ngelamunin apa sih? Apa jangan-jangan lagi ngelamunin gue ya?"

"Idih, pede banget!"

"Ayolah sayang, ngaku aja, lo lagi ngelamunin gue kan?!"

"Kaga!"

"Yaudahlah, nanti gue aja yang ngelamunin lo."

"Dih, nggak jelas!"

Tiba-tiba Dimas, ketua kelas 11 IPS lewat begitu saja di antara Tisa yang duduk di bangkunya dan Ari yang duduk di meja teman sebelah Tisa.

"Lo berdua pacaran, tapi ngomongnya 'lo gue'. Nggak romantis ih!"

"Mas, jangan lebay deh."

"Lo sih, jomblo ngenes! Makanya kalo jomblo itu happy aja, jangan dikit-dikit ada orang pacaran, ngedumel!"

"Ngomong sekali lagi, Tis! Biar mulut lu gue sumpel pake cabe!"

Seketika Ari dan Tisa tertawa terbahak-bahak membuat Dimas pergi.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Tisa ketika sudah selesai tertawa.

"Emangnya nggak boleh main ke kelas pacar sendiri? Gue kangen tau, kemarin lo nggak masuk. Lo ngapain sih kok nggak masuk sekolah?"

"Bisa kangen juga lo sama gue. Kemarin gue jemput temen."

"Oh, terus hari Minggu jadi pergi?"

"Jadi."

"Kalo Sabtu?"

"Sabtu ngapain?"

"Kelas lo besok mau rapat soal pentas seni kan? Kelas gue juga meeting besok."

"Sok Inggris lo! Ya terus kenapa kalo kelas lo juga rapat?"

"Besok Sabtu gue jemput ya."

"Um, nggak usah, gue berangkat sendiri aja."

"Seriusan?"

"Paling dianter Andre kalo nggak naik ojol."

"Yaudahlah. Nanti pulang sekolah, kalo lu nggak capek, nonton gue main futsal ya."

"Oke, kalo nggak capek ya."

Lalu Ari mengusap-usap puncak kepala Tisa, "iya sayang."

Just MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang