Chapter One

84 12 15
                                    

  Ketika itu semua anak sudah meninggalkan laboratorium kecuali Mesha yang masih sibuk membereskan peralatan. Mesha kaget saat Adam tiba-tiba menemuinya usai praktikum biologi. Mereka terlibat percakapan serius.

“Cha, gue yakin lo bakal mau bantuin gue. Soalnya gue tau nasib klub sains lo bakal bubar gara-gara peminat minim.” Adam bicara dengan nada sok cool dan arrogant khasnya yang biasa membuat cewek klepek-klepek.
Adam memang keren, bahkan paling ganteng dan kaya di sekolah. Teman-temannya adalah komunitas orang borju. Bisa dibilang nggak ada cewek yang tak suka dengannya. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Mesha yang ilfeel dengan cowok yang pernah satu SMP dengannya.

“Kenapa mesti aku?” Sahut Mesha kaget. “Kenapa nggak cewek lain yang cantik plus pinter yang pada tergila-gila sama kamu itu?” Mesha menjawab dengan nada malas.
“Soalnya ortu gue cuma percaya sama lo.”

“Itu urusan kamu. Kamu harus usaha gimana caranya biar mereka percaya tanpa ngrugiin orang lain.”
“Gue rasa nggak ada yang dirugiin. Klub sains lo bakal exist, terus beasiswa temen lo, Nita. Bisa dipertahanin.”Adam mengeluarkan nada mellow sok flamboyant.

“Terserah. Kamu mau ngancam kaya apa juga, aku bakal nolak.” Mesha dengan nada nggak kalah mellow tapi sewot. “Dan bisa nggak kamu keluar dari sini. Aku nggak mau ada gossip nggak jelas dengan datengnya cowok populer seantero sekolah ke lab. Biologi berduaan dengan teman SMPnya. Bisa-bisa aku dihajar AFC (Adam Fans Club)”

Adam mendekat wajah Mesha. Hidungnya yang mancung hampir menyentuh hidung kecil Mesha. “Oke, terserah lo. Tapi kalo sampe besuk lo buat aku malu di depan umum. Gue nggak jamin temen lo bisa belajar bareng lo lagi.” Mesha berusaha menyembunyikan dalam wajah yang diusahakan sekuat tenaga untuk tetap dingin tapi ketakutan dengan jantung yang terus kebut-kebutan tanpa traffic light.

Setelah Adam menjauhkan wajahnya. “Dam. sadar nggak kalo nafas kamu bau?’ Kata Mesha berusaha mencairkan suasana.

Tapi intermezzo Mesha tidak mempan. Adam tersenyum dan melontarkan kata kembali. “Cha, gue nggak bakal ngrubah keputusan gue. Besok lo harus dateng ke lapangan basket setelah liga selesai!”

Mesha tidak mengerti kata Adam barusan. Ia hanya berharap tidak ditembak di depan umum. Sehingga Mesha akan mudah menolak Adam. Seumur-umur Mesha tidak pernah dipaksa bahkan diancam menerima cowok untuk jadi pacarnya. Baru kali ni Mesha pikir ada cowok stress kayak Adam yang menurut Mesha udah benar-benar keterlaluan.

…..
Bagaikan mimpi buruk, Mesha tak bisa tidur memikirkan masalah tadi siang. Walau beberapa kali lelaki menyatakan perasaan pada Mesha, tapi tidak diiringi ancaman sehingga ia dapat menolak dengan alasan belum kepikiran pacaran atau lebih baik berteman saja. Mesha dalam dilemma. Walau mungkin perasaan cowok-cowok itu akan hancur. Tetapi Mesha masih bisa memikirkan dirinya sendiri.

Cinta itu memang suatu buah delima. Kalau hati terus memaksakan rasanya akan sakit. Namun jika direlakan begitu saja mungkin akan tambah sakit. Begitulah saat kita menyatakan perasaan cinta kita terhadap seseorang.

Kalau kita paksa hatinya untuk menerima kita, tentu akan sakit rasanya. Namun jika kita hanya berdiam begitu saja, rasa sakit itu tak akan sembuh dengan sendirinya.
Dan malam itu Mesha terus berpikir. Jika ia menolak, Adam tidak pernah main-main dengan ancamannya.

Namun, jika ia terima, pasti masalah akan bertambah banyak. Lagi pula ia tak bisa berbaur dengan teman-teman Adam yang berbeda pandangan dengannya.

Bahkan bisa saja teman-teman Adam menganggapnya sombong seperti anggapan anak social ke anak sains.
Kadang terjadi jurang pemisah cukup curam antara anak social dengan anak sains. Pasalnya, anak sains yag identik dengan angka sulit menyatu dengan anak social yang sangat dominan sikap solidaritasnya yang tinggi. Kecuali akhir-akhir ini banyak anak social yang memiliki kekasih anak sains. Walau banyak juga teman-teman Mesha yang dapat beradaptasi dengan cepat dengan anak social, sepertinya Mesha masih belum benar-benar siap.

Seandainya waktu itu Adam tidak mengancam, pasti segera ia akan menolak tawaran Adam. tetapi tidak mungkin Adam dengan tulus mencintainya karena ia tahu benar selera Adam mengenai masalah ‘percewekan’.

Dari jendela kamarnya yang masih terbuka, Mesha masih asik menikmati indahnya rasi bintang yang begitu imajinatif. Salah satu tanda kebesaran Tuhan yang wajib dikagumi. Bahkan tidak hanya untuk dikagumi semata. Namun perlu disyukuri dan membuat kita semakin sadar betapa kecil dan lemahnya kita dimata-Nya.

…..
Keesokan harinya. Badan Mesha terasa tak berdaya kurang istirahat. Ia bangun dengan malas tidak seperti biasanya. Setelah teringat ini adalah hari yang buruk, ia pun bergegas. Sempat terpikir tidak masuk sekolah. Tetapi hari ini ada ulangan matematika, salah satu mapel favoritnya. Dan masa depan temannya ada di keputusan Mesha.
Setelah berpamitan dengan mama dan papanya dan sarapan secukupnya, segera Mesha bersiap dan bersama Pak Koman, supir setianya on the way ke sekolah.
…..

THIS NOT LOVE❤ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang