Syair-syair itu membuat bulu kuduk Mesha merinding. Dia seperti melihat langsung pertunjukan penyanyi favoritnya. Adam begitu menghayati setiap nada dan syair yang ia lantunkan.
Yang Mesha tahu Adam memang piawai memainkan alat music bahkan pernah punya band ketika di SMP. Tak heran kalau Adam bisa menghepnotis semua orang dengan lagu yang dibawakannya.
Pertunjukan Adam mendapat sambutan meriah dari para tamu. Bahkan sampai mendapat standing applous. Termasuk Mesha yang sangat kagum dengan penampilan Adam.
Selesai tampil Adam menemui Mesha. “Udah malem nih. Mau pulang nggak?”
Mesha mengangguk. Lalu mengikuti Adam ke mobil.“Tadi penampilan kamu bagus. Kamu tau nggak, itu lagu favorit aku. Tapi kamu tadi bener-bener buat aku malu setengah mati.” Suara pujian Mesha tiba-tiba berubah jadi kesal.
“Bukannya uda pernah?” Jawab Adam. “Waktu di lapangan basket.”
“Udah deh. Nggak usah ungkit-ungkit masalah itu lagi. Okelah kamu emang jago buat explore rasa malu seseorang.”Sesampainya di rumah. “Udah sampe. Makasih buat hari ini ya Dam.” Kata Mesha sambil akan membuka pintu mobil.
“Cha.” Panggil Adam seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Ya?”
“Salam buat nyokap sama bokap lo ya.”
“Sip.”
Malam itu memang menjadi malam terhangat bagi Mesha. Pasalnya baru sekali ini ia mengalami kejadian romantic yang biasanya hanya bisa ia tonton di drama televisi. Tapi yang ia sesalkan, mengapa itu semua hanya tipuan. Dan lelaki itu juga hanya dalam acting. Ya benar-benar seperti di televisi. Hanya acting.Tapi setidaknya ia cukup bangga dengan pemeran utama yang ia sandang. Hidup tak pernah monoton. Walau pun dibalut kepalsuan sekali pun tetap ada segi keindahan yang bisa membuat orang bahagia. Memang tidak dapat dipungkiri, semuannya adalah kebahagiaan yang bersifat maya.
…..Hari ini Salsa tidak masuk sekolah. Terpaksa Mesha ke perpustakaan sendiri. Tapi nasib mujur sedang berpihak padanya.
Itulah yang terbayang di pikiran Mesha saat ia berpapasan dengan Rey. Cowok yang selama ini jadi pujaan hatinya.
“Mei. Lagi nyari apa?” sapa Rey dengan senyum hangatnya.
“Ini lagi ngumpulin materi yang besok mau kita pake buat olimpiade.”
“Oya hampir lupa. Buku yang kemarin aku pinjam belum sempat aku kembaliin ke kamu. Gimana kalo ntar sore aku ke rumah kamu?”
“Boleh.”
…..“Hey Rey. Jadi juga kamu kesini. Ayo masuk.” Ajak Mesha setelah Rey tiba.
“Nggak ada yang marah nih aku ke sini?” Tanya Rey dengan nada sedikit bercanda.Mesha tersenyum. “Oh Adam. Enggak kok. Dia biasa aja. Lagian aku bukan siapa-siapanya Adam.” Mesha agaknya kaget dengan ucapannya sendiri.
Tapi ia langsung menyembunyikan rasa paniknya.
“Lho kok? Satu sekolah juga udah pada tau kalo kalian pacaran.”
“Oh iya ya.” Jawab Mesha tertawa untuk menutupi rahasianya. “Rey. Aku boleh nanya nggak?”
“Nanya soal apa?”
“Kenapa sih kamu manggil aku Mei? Soalnya cuma kamu yang manggil aku Mei.”“Soalnya aku punya sepupu namanya Meliana. Aku sering panggil dia Mei. Kayaknya lebih enak juga kalo aku panggil kamu Mei. Kamu nggak keberatan kan?”
“Nggak Kok.” Dalam batinnya Mesha sedikit kecewa. “Ternyata panggilan itu cuma karena saudaranya bukan khusus buat aku.”
Dalam lamunan rasa kecewanya, Mesha tertegun saat ia sedang asik melamun, tiba-tiba Rey membawanya dalam dunia nyata.“Mei. Sorry sebenernya aku udah tau tentang kamu sama Adam.” Tiba-tiba Adam mengeluarkan kata-kata yang seperti menyambar kepala Mesha.
“Jadi kamu udah tau semuanya? Kok bisa?”
“Kamu nggak perlu tau aku tau ini semua dari mana. Yang jelas ini membuatku lega.”
“Lega? Aku nggak ngerti maksudnya apa?”
Dan belum sempat Rey manjawab, tiba-tiba bel pintu rumah Mesha berbunyi. “Sebentar ya Rey. Aku bukain pintu dulu.” Ternyata itu Adam. Batin Mesha dongkol. Kenapa disaat-saat yang berarti bagi Mesha harus ada Adam yang merusak suasana.“Dam. Ayo masuk. Lagi ada Rey tuh.” Ajak Mesha.
“Oh ada sang ketua OSIS. Gimana sob. mau ngajuin proposal?” Senyum Adam sedikit bercanda dan menyindir karena Adam tau kalau cowok itu adalah pujaan hati pacar palsunya. Adam tau Rey juga punya perasaan yang sama.“Sukur deh kalo kamu udah tau. Moga aja kamu bisa jaga Mesha nggak cuma status.” Walau Rey berbicara dengan nada halus, tapi itu justru menyakitkan Mesha. Adam hanya tersenyum
“Cha. Gua cuma mau nganter kue buatan mama buat kamu.” Adam rupanya tidak begitu menggubris ucapan Rey barusan. Ia kemudian menyerahkan sekotak kue pada Mesha lalu pamit. “Gua langsung ulang aja.” Tatapan Adam ke Rey menyulutkan api dingin tanda kemarahan yang tersembunyi dengan senyum khasnya.
…..“Ada apa dengan Adam ya. Terus Rey.” Semalaman Mesha mencoba menyimpulkan peristiwa sore tadi. Tapi malah membuat kepalanya semakin pusing. “Udah lah. Paling masalah yang nggak terlalu penting buatku. Aku dengar mereka emang nggak pernah akur.
Malahan dari SD. Aku baru inget kemarin mereka juga rebutan dana antara Liga dan acara OSIS yang menurut mereka berdua penting. Padahal menurut aku buat apa juga Liga, cuma nunjukin keangkuhan. Sedangkan acara prom anak OSIS juga tidak terlalu menarik perhatianku.
Kenapa dana itu nggak digunain buat klub sains yang jelas-jelas udah menorehkan prestasi. Duuh.. kok pikiranku jadi nglantur kayak gini ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS NOT LOVE❤ [Completed]
RomanceAdam tersenyum melihat ekspresi Mesha. "Kenapa senyum-senyum?" Tanya Mesha mencoba menyembuyikan rasa malunya. "Tapi yang jelas aku udah bikin kamu emosi. Berarti aku berhasil." Mesha tertawa garing.