Chapter 14

18 5 4
                                    

Di sekolah, Mesha menceritakan mimpi aneh itu ke Salsa. Cerita Mesha mendapat respon tawa Salsa. Salsa merasa geli dengan kejadian yang Mesha alami.


"Sa. Kok malh ketawa?" Tanya Mesha setengah kesal.
"Soalnya mimpi kamu itu kayak di film-film barat gitu." Jawab Salsa sambil mengontrol tawanya.

"Kamu pikir aku seneng? Aku justru takut sama film yang fulgar kayak gitu."
"Terus menurut kamu. Cowok itu siapa?"
"Aku nggak tau dan aku nggak mau nebak-nebak."
"Oya bukannya kamu juga pernah dipeluk sama cowok?"


"Adam? Dia emang gila. Udah mempermalukan aku di depan umum. Dan dia sukses nglakuin itu beberap kali. Tunggu dulu. rasanya pelukan itu hampir sama dengan waktu Adam meluk aku. Cuman pas di lapangan basket lebih bau."
Kemudian mereka tertawa."Cha. jangan-jangan itu Adam."

"Ah udahlah nggak usah ngomongin masalah itu lagi. Lagian kan Cuma mimpi."
Mesha memang tidak pernah ragu untuk menceritakan semua pengalamannya kepada Salsa.


Saking terbukannya kadang saat mereka sedang asik ngobrol, rahasianya bisa bocor. Contoh saja saat Rey tahu tentang hubungan Mesha dan Adam. itu karena Rey tidak sengaja mendengar curhatan Mesha yang terkadang lose control. Ketika sedang asik ngobrol, tiba-tiba Adam datang.

"Sa. Gue pinjem Mesha bentar ya?" Kata Adam pada Salsa.
"Nggak usah pinjem deh. Aku kasih aja buat kamu." Salsa kemudian tertawa.

"Eh enak aja. Main kasih. Kamu pikir aku toge?" jawab Mesha sambil menjewer telinga Salsa.
"Aduh." Rintih Salsa seperti kesakitan. "Halah. Palingan kamu seneng kalo diminta Adam."

Raut wajah Mesha semakin manis dengan sedikit warna merah akibat perkataan Salsa barusan.
Adam langsung mengajak Mesha keluar. Kemudian ia berpamitan pada Salsa. "Thanks ya Sa."

Adam mengajak Mesha menuju bangku taman seolah. Taman itu sebenarnya difungsikan sebagai paru-paru sekolah. Tapi karena suasananya mendukung, maka taman itu dialih fungsikan sebagai tempat rekreasi para siswa.

Taman itu tidak terlalu luas. Luasnya sekitar dua ratus meter persegi. Yang membuat taman itu indah karena disekelilingnya terdapat tumbuhan peneduh dan berbagai tanaman hias seperti sensivera, bougenvil, dan beberapa tumbuhan yang hanya diketahui oleh penjual tanaman hias.

"Cil. Eh sorry maksudku Dam." Mesha langsung meralat panggilannya.
Adam tersenyum. "Emang aku masih kayak kancil?"
"Tadi Cuma keceplosan kok." Mesha tertawa kecil. "Oya ngapain kamu ngajak aku kesini? Kalo boleh jujur aku nggak terlalu suka tempat ini!"
"Kok bisa?"


"Liat aja tuh. Banyak anak pacaran. Tempat ini tuh kayak khusus disediain buat anak-anak yang mau pacaran."


"Bukannya sekarang lo ngalamin?" Kata Adam sambil melirik ke arah Mesha yang dibalas raut sinis Mesha.
"Tapi kadang aku mikir kalo aku belum cukup siap menghadapi apa itu pacaran, apa itu cinta. Aku nggak peduli mereka mau anggep aku childish karena menganggap tabu hal-hal yang seperti itu. Tapi aku tetep pengen nyaman dalam pikiranku sendiri." Urai Mesha panjang lebar. "Kok aku jadi curhat sama kamu sih? Sorry mungkin aku terlalu lepas control."

"Gue kan pacar lo jadi wajar aja kalo lo crita banyak ke gue." Kata Adam sok bijak.
"Kalo kita udah putus nanti. Kamu masih mau jadi temenku nggak?" Kata Mesha tiba-tiba.

"Apa gue mesti jawab pertanyaan lo?"
"Nggak usah. Cuekin aja. Aku udah tau jawabannya. Pasti kamu malu punya temen kayak aku. Kamu aja jadi pacarku karena terpaksa. Udah bel nih! Balik yuk!" Ajak Mesha setelah mendengar suara bel tanda masuk.

THIS NOT LOVE❤ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang