Pelajaran matematika memang masih menjadi momok untuk beberapa pelajar. Terbukti dari setiap ulangan matematika walau sesedikit apa pun soal, waktu yang diberikan masih saja dirasa kurang. Image bahwa yang bisa mendapat nilai bagus hanya anak yang benar-benar berIQU diatas rata-rata pun juga belum bisa hilang. Dan satu fakta lagi, harus benar-benar rajin dan tekun bila kemampuannya hanya dibawah rata-rata.
Mesha memiliki semua itu. Kemampuan lebih dari teman-temannya ditambah ia benar-benar tekun. Tidak heran kalau ia selalu bertahan di peringkat pertama sejak sekolah dasar. Semua tentang Mesha nyaris sempurna kecuali pola
pergaulan Mesha yang kurang begitu universal.Seperti ulangan kali ini. Mesha tetap konsentrasi mengerjakan walau didera perasaan gundah di hatinya.
“Cha, kamu sakit?” Tanya Salsa sahabat karibnya sejak sekolah dasar.
“Nggak.” Jawab Mesha menyembunyikan memalingkan wajahnya.
“Nggak usah bohong sama aku. Kayak baru kenal sehari.”
Mesha menangis lalu memeluk Salsa. “Kancil nembak gue.”
“Hah? Yang bener?” Mesha melepaskan pelukannya.
“Setelah liga basket dia nembak gue. Kalo gue nolak ia bakal cabut beasiswa Nita. Dan klub sains kita bakal bubar.”“Waduh. Gawat tuh. Ya udah terima aja. Lagian kamu pernah suka sama dia kan?”
“Enak aja. Itu kan dulu, sekarang aku benci banget sama dia. Lagian kalo aku terima, pasti aku dapat banyak masalah lagi. Hidupku nggak bakal tenang.”“Kamu emang sahabat sejati, kamu rela berkorban demi Nita.”
“Terus gimana?”
“Ya udah nanti aku temenin ke lapangan basket. Setelah itu kamu harus dengerin kata hati kamu.”
“Pokoknya aku nggak mau nonton. Bikin tambah emosi.”“Ya jangan gitu. Kita dateng bukan buat Adam aja. Tapi untuk memberi dukungan ke sekolah. Ayo semangat!” Semangat Salsa membuat Mesha sedikit tersenyum.
Ucapan Salsa semakin membuat Mesha dag dig dug. Dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih.Tapi untung saja dia tadi cukup konsentrasi mengerjakan ulangan. Dia tidak mau masalah ini mengganggu prestasi belajarnya. Karena Mesha sudah cukup dikenal murid terpandai di sekolah. Ia kerap kali menyumbang banyak piala untuk sekolah.
Selain itu ia cantik dan imut. Hanya saja kurang suka style. Kalo Mesha sedikit memperhatikan penampilan, dia nggak kalah cantiknya dengan Marisa, cewek popular yang jadi metroseksual di sekolah.
…..
SMA Aruna Bangsa, sekolah Mesha menjadi tuan rumah liga basket kali ini. Pertandingan basket antar sekolah berlangsung hingar. Tapi Mesha semakin pusing. Kalau benar ia menolak Adam, bisa jadi dia mempermalukan Adam dan dirinya sendiri. Dan sepertinya keadaan ini sudah direncanakan matang oleh Adam. Pertandingan dimenangkan oleh SMA Aruna Bangsa karena three point yang dilakukan oleh kapten basket, Adam.Setelah perayaan kemenangan yang tidak lama itu usai. Adam merebut mikrofon MC. “Ok guys. Gue ngucapin thanks banget buat kalian semua soalnya kalian udah ngasih semangat buat tim kita sehingga tim kita bisa nyabet piala lagi taun ini. Gue seneng banget hari ini. Hari ini gue juga mau nyatain perasaan gue sama seorang cewek.” Semua supporter diam.
“Mesha Rena Gandi.“ semua mata langsung tertuju ke arah Mesha.
Mesha membatu tidak tau harus berbuat apa. Dalam hati ia uring-uringan pada Adam yang
membuatnya malu setengah mati.Biasanya ia maju ke lapangan upacara untuk mendapat penghargaan. Tapi kali ini harus maju ke lapangan yang jarang ia ambah kalau tidak pelajaran Olah Raga. Dengan penghargaan ditembak cowok super duper keren yang baginya bukan suatu kebanggaan.
Mesha bak ratu sejagat. Menjadi pusat perhatian di saat seperti ini bukanlah hal yang menyenangkan. Melainkan sangat menjatuhkan reputasinya.
“Mesha, Mesha, Mesha. Terima.. terima.. terima..” Sorak sorai penonton riuh. “Mesha ayo turun. Temui pangeran kamu.”Tidak tau dari mana asal suara karena semua berteriak.Beberapa orang teman yang simpatik menggandengnya turun. Mesha tak punya daya untuk melepaskan gandengan. Walau rasanya sangat ingin ia meninggalkan tempat itu dan tidak kembali lagi.
Dan tanpa terasa ia sudah ada di hadapan Adam. Jantung Mesha benar-benar bekerja keras. Untung saja ia tidak menderita penyakit jantung. Kalau ia punya penyakit jantung, bisa dipastikan ia sukses tidak menerima Adam. Tapi ia justru diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Cha. Hari ini gue mau nyatai perasaan gue ke lo. Udah lama gue naksir lo. Kalo elo trima cinta gue lempar bola basket ini ke arah gue. Tapi kalo lo nolak, lempar bola ini ke ring.”Adam menyerahkan bola basket ke Mesha.
Kayaknya Adam memang mau ngejatuhin reputasi cewek itu karena Mesha tidak mahir memasukan bola ke ring. Pikir Mesha setelah keluar dari lapangan, ia akan mencincang Adam.
Penonton juga menunggu-nunggu keputusan Mesha. Sebagian masih berteriak histeris. “terima.. terima..terima” Namun sebagian dari penonton ada juga yang kelihatan sirik. Terutama Marisa, sang ketua cheers sekaligus ketua AFC.
Seperti terhepnotis tiba-tiba bola ditangan Mesha sudah berpindah tangan ke Adam. Ia tidak sadar melemparkannya ke arah Adam karena memang semua yang terjadi saat itu di bawah kesadaran Mesha.
Mesha baru sadar ketika ia mendengar sorakan penonton.”Horeeeeeee. suit..suit.” yang membahana memecah suasana ruangan.Adam tiba-tiba memeluk Mesha. Dan seketika itu Mesha yang sejak tadi lemas langsung tidak sadarkan diri.
…..
Begitu terbangun Mesha sudah berada di rumah, dikelilingi teman-teman dan mama papanya.
“Ada apa nih, kok rame-rame? Aduh ma. Aku habis mimpi buruk nih.”kata Mesha sambil bersandar di bantal.
“Mimpi apa sayang?”mama mendekati Mesha.
“Aku ditembak sama monster kancil.” Kata Mesha membuat mama mengerutkan dahi karena heran.Tiba-tiba Salsa menyahut. “Cha. Kamu nggak ngimpi. Itu kenyataan. Dan kami kesini mau memberi selamat ke kamu soalnya Adam udah resmi jadi pacar kamu?”
“Ha, Apa? Jangan bercandain aku kayak gini. Nggak lucu tau!” Nada Mesha mulai tinggi.
Adam muncul dari pintu kamar. “Gimana Beb, udah enakan?”
Dengan wajah setengah tak percaya dan mulut yang menganga “BRUK” Mesha jatuh pingsan lagi di ranjang tempat ia berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS NOT LOVE❤ [Completed]
RomanceAdam tersenyum melihat ekspresi Mesha. "Kenapa senyum-senyum?" Tanya Mesha mencoba menyembuyikan rasa malunya. "Tapi yang jelas aku udah bikin kamu emosi. Berarti aku berhasil." Mesha tertawa garing.