Chapter 13

16 6 0
                                    

"Rey. Aku nggak nyangka kalo akhirnya bakal kayak gini dan kenapa baru sekarang kamu bilang? Sebentar lagi sandiwaraku dengan Adam akan segera berakhir.

Tapi aku juga tidak akan sampai hati langsung menerima kamu." Mesha tertunduk dan melepaskan genggaman Rey. "Beri aku waktu Rey!" Kemudian Mesha pergi meninggalkan Rey.

Mesha melangkahkan kakinya ke lapangan basket. Sekarang tempat itu mulai sering ia ambah semenjak Adam hadir dalam kehidupannya. Ia juga mulai menyukai olah raga basket karena seringnya menemani Adam bermain.

Bagi Mesha sosok Adam benar-benar memberi warna baru. Walau semua itu tidak permanen. Tapi ia mulai menyadari bahwa tiada yang abadi di dunia ini. Seperti lagunya Peterpan "Tak Ada yang Abadi"

Adam mendekati Mesha yang sedang duduk di bangku penonton terdepan. Melihat kekasihnya kelelahan, Mesha menyerahkan sebotol air mineral untuk Adam.

"Thanks." Kata Adam yang tubuhnya terguyur keringat.
"Nggak usah deket-deket." Kata Mesha yang melihat Adam duduk disampingnya.

"Kenapa?"
"Bau tau!" Jawab Mesha sambil menutup hidungnya dengan tissue.
Adam tersenyum. Tiba-tiba Adam memeluk erat Mesha. Kemudian ia tertawa melihat Mesha yang setengah berteriak seperti sesak napas. Sontak adegan itu menjadi pusat perhatian. Tapi Adam seolah cuek karena ia memang biasa menjadi pusat perhatian.

Sedangkan Mesha langsung melepaskan pelukan Adam yang mulai longgar kemudian pergi karena malu. Setelah mengeringkan keringat, Adam pun mengikutinya. Kemudian tak lupa ia berpamitan pada teman-temannya yang sedari tadi riuh melihat kejadian yang baru saja terjadi.

Tanpa sepasang sejoli itu tahu, seorang lelaki yang melihat kejadian di lapangan basket sangat hancur. Harapan untuk mendapatkan cinta dari gadisnya semakin berkurang. Namun seketika ia optimis dengan cintanya. Ia yakin cintanya akan segera terbalas.


Di sudut lain, ada yang benar-benar iri dengan adegan Mesha dengan Adam yaitu seorang wanita yang mengharap cinta Adam dan sangat membenci Mesha. Wanita itu berniat untuk membuat Mesha menjauh dari pujaan hatinya.

Itulah bagian dari kehidupan. Ada kebahagiaan. Di sela-selanya terselip kesedihan bahkan kebencian sekali pun yang muncul dari rasa iri dan cemburu dengan apa yang dimiliki orang lain. Tetapi kita tidak boleh memvonis si pencemburu itu karena tanpa sadar ia telah dibutakan oleh keinginannya sendiri. Kadang ia tak tahu bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan selain ingin mengambilnya dari orang lain.

Karena kita adalah manusia yang memiliki belas kasih baiknya kita memberi kebahagiaan untuk orang lain dan bukan malah mengambilnya untuk kepuasan pribadi. Disitulah letak kebahagiaan sejati saat kita memperoleh kebahagiaan karena melihat orang lain bahagia.
.....


Pikiran Mesha sedang kalut saat ini. Ia mencoba untuk memejamkan mata. Tapi sia-sia. Semakin matanya terpejam. Ia semakin melihat jelas bayangan Rey dan Adam.

Inilah yang membuatnya tidak pernah ingin pacaran. Selalu memikirnya hal-hal yang seharusnya belum dipikirkan anak sekolah seperti dirinya. Namun akhirnya kini hal itu menimpanya. Perlahan Mesha membuka jendela kamarnya.

Nampak bulan menyombongkan sinar fananya. Sengaja ia mematikan lampu kamar agar lebih khidmat ia menikmati keindahan pemandangan malam itu.

Dalam gelap dan kesunyian terasa ada seseorang yang memeluk erat pinggangnya dari belakang. Bulu kuduk Mesha berdiri. Walau ia takut setengah mati. Tapi ia seperti merasa aman dalam pelukan lelaki misterius itu dan anehnya lagi ia seperti pernah merasakan pelukan yang sama.

Desahan napas lelaki itu semakin jelas di telingannya. Nafas itu terasa dingin. Mesha tak dapat bersuara. Suaranya bagai terpenjara oleh lelaki misterius itu. Tangan itu semakin kuat memeluk pinggang Mesha.

Perlahan Mesha membalikkan kepalanya mencoba melihat siapa karena sedari tadi Mesha tidak berani menebak-nebak pemilik tubuh kekar itu. Belum sempat ia tahu siapa gerangan si lelaki, suara alarm jam bekernya berbunyi keras.

Mesha terbangun dari tidur dengan mimpi anehnya. Mesha terduduk lesu masih di tempat tidurnya. Ia lega dan sangat berharap bahwa mimpi itu tak terjadi lagi.

Seusai mandi dan berpakaian seragam lengkap, Mesha tidak langsung turun untuk sarapan. Namun ia mash terpikir oleh mimpinya semalam. Ia masih penasaran dengan lelaki itu. Sesaat lamunannya buyar ketika mamanya menyuruh Mesha untuk segera sarapan.

THIS NOT LOVE❤ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang