Chapter 12

22 6 0
                                    

Selesai makan malam Mesha melihat handpondnya dan ternyata ada pesan dari Rey.

Malem Mei. Tolong besok ke perpus. Ada yg mau aku diskusiin. Thanks J
Tadinya pesan singkat itu hanya dianggap sekedar info dari Rey.

Tapi Mesha teringat suatu hal bahwa Rey tidak pernah memberi kalimat sapaan di setiap pesan-pesan sebelumnya. Apalagi ada emotion smile. “Ah palingan cuma kalimat pengakrab.”

Mesha selalu ingin dan sangat menunggu setiap pertemuannya dengan Rey. Seperti besok,

menurutnya bertemu dengan Rey lebih menyenangkan daripada bertemu artis paling ganteng sekali pun.

Saat asik memikirkan Rey. Tiba-tiba Mesha teringat oleh Adam. Rasa lega sedikit hinggap di dirinya karena sebentar lagi mama Adam akan kembali ke Amrik dan Adam akan segera memutuskan hubungan mereka. Itu berarti Mesha akan terbebas dari teman-teman maupun AFC. Tapi entah kenapa Mesha juga merasa kehilangan dan masih ingin dekat dengan Adam karena Adam adalah cinta pertamanya dan lelaki pertama yang menjadi pacarnya walau pun hanya sandiwara.

Namun, Mesha terus menahan perasaan cintanya pada Adam karena ia berbeda dengan Adam.
…..

Sepulang sekolah, Mesha menemui Rey di perpustakaan. Untung saja hari ini ada ekskul basket jadi sambil menunggu Adam, Mesha bisa sedikit punya waktu untuk sekedar ke perpustakaan. Saat memasuki perpustakaan yang memang sudah sepi pengunjung bahkan penjaganya sedang tidak ada.

Tidak seperti biasa jantung Mesha berdetak lebih kencang seperti gendering yang mau perang (kayak lirik lagu Dewa “Aku Sedang Ingin Bercinta”). Melihat kondisi perpustakaan yang sepi, timbul keinginan untuk pergi karena mungkin Rey sibuk sehingga lupa dengan janjinya. Tetapi keinginan itu urung setelah seperti ada sesuatu di kakinya. Ternyata sekuntum mawar putih dengan ketas bertuliskan.
Selamat datang Mesha. Ikuti bunganya ya….


Tak disangka ada banyak mawar putih yang berjajar di lantai menuju ruang olimpiade. Di ruang olimpiade pun sepi tiada seekor manusia pun. Mesha menemukan secarik kertas di atas meja. Berisi puisi yang sangat indah.

Mawar putih
Dalam sepi aku menemukanmu
Di antara seribu bunga yang menawan
Pemilikmu tiada pernah melihat kecantikanmu yang putih
Keindahan yang tiada terlihat
Tapi keindahan itu jelas di mataku
Andai dapat aku mencuri mawar itu
Tanpa terlihat mata pemiliknya
Dapatkah sekarang juga aku memilikinya?



Mesha membaca puisi itu sembari tersenyum bahagia dan bertaya-tanya siapakah gerangan pengarang puisi yang sudah membuatnya serasa bak tuan putri. Tanpa sadar seorang pemuda tampan berdiri di depan Mesha.

“Rey!” Panggil Mesha setengah kaget.
“Mei. Gimana jawabannya?” Tanya Rey sembari melempar senyum manis bak gulalinya.

Mesha hanya diam. Ia tak mampu menatap wajah menakjubkan itu. Apalagi berkata-kata. Mulutnya seperti terkunci.

Melihat Mesha yang kebingungan. Akhirnya Rey menyerah. “Mei. Aku minta maaf kalau ini terlalu cepat. Kamu nggak harus jawab sekarang.“ Rey tersenyum pada Mesha yang raut wajahnya mulai normal kembali.

“Aku pengen kamu bisa jadi orang yang selalu ada di hidupku. Dan saat aku tahu Adam meminta kamu jadi pacarnya saat di lapangan basket. Aku benar-benar ngrasa kalau aku sudah kalah. Dan akhirnya aku tahu kalau kalian hanya sandiwara. Untuk itu, aku pengen langsung nyatain perasaanku ke kamu agar aku nggak kehilangan kamu buat yang kedua kalinya.”

“Dari mana kamu tahu kalau aku sama Adam cuma bohongan?” Mesha memberanikan diri menanyakan jawaban yang selama ini ia cari.

“Mataku nggak bisa bohong. Dan makasih kamu udah belain aku di depan Adam.” Kata Rey yang semakin membuat Mesha bingung. “Mei.” Rey mendekati Mesha dan menggenggam tangan Mesha. “Aku memang salah udah meminta kamu jadi pacar aku. Tapi aku akan merasa lebih bersalah jika aku hanya diam dan cuma jadi penonton sandiwara kamu dengan Adam.”

THIS NOT LOVE❤ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang