Chapter Three

37 7 2
                                    

“Pagi Sal.” Sapa Mesha malas.
“Pagi Cha. Masih nggak percaya kalo kamu udah resmi jadi Mesha Guna Atmaja.”

“Maksudnya? Udah deh nggak usah lebay. Aku be-te banget, masak tadi setiap anak yang ketemu pada ngasih selamat, terus ada juga yang sewot.

Hidupku udah nggak tenang. Padahal baru hari pertama. Emang kancil, tuh si Adam.” Mesha terus senam mulut.
“Terus rencana kamu apa?”

“Pokoknya aku pengen semua cepat berakhir. Aku pengen kontrak pacaranku sama Adam cepet abis.”
“Kontrak?” Salsa membelalak.
Matanya yang bulat jadi terlihat lebih besar.

Biasanya keadaan Salsa yang seperti ini sering membuat Mesha geli. Tapi untuk sekarang tidak ada waktu untuk itu.

“Iya. Adam minta aku buat jadi pacarnya cuma sampai ortunya pulang ke Amrik lagi. Setelah ortunya pulang. Dia bakal putusin aku.”
“Berapa lama?”
“Paling lama dua minggu.”
“Wah lumayan.”
“Maksudnya? Nggak usah mikir yang macem-macem.”
“Nggak.” Salsa melirik ke arah Mesha. “Ya nggak lah.” Lalu, “hahaha….” mereka tertawa.

…..
Hari itu Mesha bak artis papan atas. Anak mading mewancarainya seputar penembakan yang dilakukan oleh Adam. Biasanya kabar seperti ini tidak sampai heboh.

Tetapi karena Adam cukup popular dan Mesha adalah sosok cukup dikenal, kabar itu menjadi spektakuler. Mesha yang biasa pandai bicara bila diwawancarai seputar prestasinya, kali ini banyak diam karena ini bukanlah hal yang menarik baginya. Dia juga juga tak mau banyak komentar atas rahasia di balik penembakan yang tidak boleh diketahui publik.

Di tengah carut marut suasana saat itu, ada seorang cewek yang benar-benar menambah Mesha be-te. Siapa lagi kalau bukan Marisa.

Sebelumnya Mesha belum pernah berurusan dengan cewek yang penampilannya selalu menjadi trend setter itu. Namun karena sudah menyangkut masalah Adam, mau tidak mau Mesha harus bersedia meluangkan waktunya untuk meladeni cewek kurang kerjaan itu.

“Cha. Nggak usah seneng dulu deh lo. Baru ditembak Adam aja udah sok kecantikan. Denger ya. Lo nggak pantes jadi pacar Adam.” Kata Marisa saat menemui Mesha yang sedang interview berlangsung.

“Ris. Bisa nggak kita ngomonginnya nggak disini. Kamu nggak malu diliatin banyak orang?” Mesha mencoba memberi pengertian. Itulah Mesha Ia tidak mudah terpancing amarah jika urusannya sudah menyangkut orang banyak.

“Nggak. Gue pengen semua orang tau kalo cuma gue yang pantes jadi pacar Adam.”
“Ok. Kenapa nggak ngomong ke Adam langsung. Tuh Adam udah mau kesini.” Sambil mengarahkan pandang ke Adam yang sedang berjalan ke arah Mesha.
“Ris. Gue minta lo menjauh sejauh-jauhnya dari Mesha.” Kata Adam pada Marisa. “Gue nggak mau lo bikin keadaan tambah kacau dan bikin kita semua malu.” Ucapan Adam membuat Marisa seperti ditusuk jarum, cekit-cekit dan benar menyakitkan. Kemudian ia pergi dengan tangis kekalahan diikuti gengnya. “Dan buat kalian, gue minta bubar.” Langsung maklumat halus nan dingin Adam membuat semua bubar jalan. Seperti pasukan baris-berbaris yang diperintah bubar jalan oleh sang komandan.

“Lho Dam. Lo tega banget sih, sama Marisa? Dasar kancil.” Kata Mesha sedikit bingung.
“Kenapa Beb? Bukannya itu yang kamu mau? By the way ternyata kamu masih suka ngatain aku kancil.” Ucap Adam sok roman sambil menatap Mesha tajam dan membuat Mesha jijay. Tapi setiap kata-kata yang keluar dari mulut Adam selalu membuat Mesha bergidik. Keadaan seperti ini yang membuat dia benci dekat dengan Adam.

“Bab beb, bab beb. Denger ya. Kita pacaran cuma bo’ongan. Jadi nggak usah lebay. Kamu pikir aku bangga jadi pacar kamu?” Kata Mesha sedikit sewot. “Idupku jadi nggak tenang sejak ulah kamu. Dan soal julukan kancil itu emang pantes buat kamu!” Celoteh Mesha sambil berbalik pergi meninggalkan Adam sebelum akhirnya Adam menarik tangan Mesha.

“Hari ini kamu pulang bareng sama aku.” Adam meraih tangan Mesha.
“Nggak. Kenapa aku harus pulang sama kamu? Udah ada Pak Koman kok. Jadi kamu nggak usah repot-repot.” Mesha mencoba melepaskan cengkeraman Adam.

“Lepasin!” Tapi tidak bisa. Tersadar kalau tubuhnya terlalu kecil dibanding melawan Adam yang sport body.

Adam mendekati Mesha sambil setengah berbisik.”Aku udah bilang mama kamu kalo mulai hari ini. Lo bakal gue anter kemana aja lo pergi. Dan gue minta nggak usah acting kayak cewek yang mau diperkosa. Lo tau kan akibatnya kalo sampe ketauan?”

Mesha akhirnya luluh. “Nggak ada dalam perjanjian kita. kamu jadi supir aku!”
“Tapi itu salah satu hak gue jadi pacar lo.”
“Kenapa sih. Kamu selalu maksain kehendak? Dan kenapa semua keinginan kamu harus terpenuhi?”
“Gue nggak perlu ngejelasin hal yang udah jelas kan?”

Mesha pun akhirnya mengalah. Dia baru ingat percuma saja berdebat dengan Adam. Cowok yang ia beri julukan ‘kancil’ sejak megenali sifat Adam yang arrogant dan tak mau mengalah. Tapi ia bingung, kenapa dulu sempat memberi sedikit benih cinta ke Adam.

Namun, rasa itu tak berlangsung lama semenjak Adam semakin popular di SMA dan ditaksir cewek-cewek ganjen. Mesha yang ilfeel dengan fans Adam juga mulai risih dengan hal yang berbau Adam.
Walau sekarang justru tanpa sengaja sudah menjadi bagian dari hidupnya.

THIS NOT LOVE❤ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang