Chapter 19

16 5 1
                                    

Hari-hari telah Mesha lewati seperti biasa. Berangkat dan pulang sekolah bersama Pak Koman.

Setiap waktu istirahat dihabiskan di perpustakaan bersama Salsa. Bedanya sekarang Mesha tambah dekat dengan Rey karena olimpiade semakin dekat.


Walau hubungan mereka belum resmi pacaran, semuanya membuat Mesha kembali menemukan dirinya yang sangat ia rindukan.


Merasa rindu melihat latihan anak basket yang dulu sempat mampir di kehidupan Mesha.

Mesha pun menyempatkan pergi ke lapangan basket. Tanpa sengaja ia melihat sosok laki-laki yang sangat piawai memasukan bola ke ring, rajin menciptakan three point, andai merebut bola dari lawan juga merebut perhatian penonton terutama Mesha.


Sesaat latian hampir usai Mesha segera meninggalkan lapangan basket karena Adam rupanya telah mengetahui keberadaan Mesha.


Mesha tidak ingin menambah sakit untuk Adam dan untuk dirinya sendiri.
…..



Seisi sekolah segera tahu bahwa Adam dan Mesha sudah tidak lagi berpacaran karena sudah tidak terlihat bersama lagi.


Kabar baik bagi Marisa yang semakin gencar mendekati Adam. sekarang Marisa seolah menggantikan posisi Mesha. Marisa sering terlihat bersama dengan Adam, menemani Adam bermain basket karena Marisa juga ketua cheers.


Siang itu, Mesha dan Rey keluar dari ruang bimbingan. Tak sengaja mereka berpapasan dengan Adam dan kawan-kawannya.


Disamping Adam nampak sosok wanita yang sangat familiar bagi Mesha dan memandang sinis ke arah Mesha. Mata Mesha beradu dengan mata elang Adam. tersadar kemudian Mesha menundukkan wajahnya.

Terasa sangat sesak setiap ia melihat Adam. Mesha takut kalau ia tidak bisa melupakan Adam. ia takut akan membenci Marisa karena cemburu.


Di bahu Mesha terasa tangan yang dingin mencoba membuatnya tenang. Rey masih disamping Mesha sambil terus mengalihkan pikiran Mesha.

“Mei. Ayo kita ke perpus. Temen-temen udah pada nunggu.” Kata Rey halus.
Mesha mengikuti perkataan Rey. Rey tampak tenang dengan wajah dinginnya. Walau mungkin sempat dibuat sakit ketika melihat sikap Mesha pada Adam.
…..

“Mei. Aku pulang bareng aku ya?” Ajak Rey ketika selesai bimbingan olimpiade.
“Makasih. Tapi…” Belum selesai Mesha bicara Rey sudah memotong.
“Pokoknya nggak ada alesan lagi kamu nolak tawaran aku. Tapi hari ini aku bawa motor. Nggak papa kan?”

“Nggak papa sih. Tapi nggak ngrepotin?”
“Aku seneng bisa direpotin sama kamu.” Kata Rey yang membuat Mesha tersenyum dengan pipi merona.

Membonceng Rey tidak seindah yang Mesha bayangkan karena Mesha tidak bisa menikmati impiannya yang telah terwujud dengan Rey. Mesha semakin mengerti bahwa keadaan yang harusnya membuat dia bahagia kini menjadi boomerang.

Kesenangan bersama Rey selalu hadir di waktu yang tidak tepat. Andai Rey lebih dulu menyatakan cintanya, pasti tidak ada lagi cerita tentang mahkluk yang bernama Adam mampir di hidupnya.


Itulah yang dipikirkan Mesha sepanjang perjalanan pulang.
“Makasih ya Rey.” Kata Mesha setelah sampai di depan rumah.

“Sorry ya. Pasti kamu capek soalnya duduk miring terus.” Rey tertawa kecil.
“Aku juga pernah kok sebelumnya sama Adam.” Ucap Mesha keceplosan. “Sorry. Bukan maksudku buat..” Mesha lalu terdiam merasa bersalah telah menyebut nama Adam
Rey tersenyum. “Nggak papa. Aku ngerti kok. Sebenernya kamu belum bisa lupain Adam kan?”
Mesha masih terdiam.
“Kalau kamu masih ada rasa kenapa kamu nggak ngomong terus terang?”
“Aku nggak mau nyakitin banyak orang.”
“Kalau kamu seperti ini. Kamu nggak hanya menyakiti banyak orang. Tapi juga diri kamu sendiri.” Kata Rey bijak memberi kesejukan di hati Mesha. “Kalau kamu kayak gini gara-gara aku. Aku minta maaf.Mei.”
“Bukan Rey. Ini bukan salah kamu. Mungkin aku aja yang keterlaluan.”
“Udahlah Mei. Nggak usah nyalahin diri kamu sendiri. Aku tau kamu sudah cukup sakit dengan semua ini. Aku akan relain kamu buat Adam kalo emang itu bisa buat kamu bahagia.” Rey terus membesarkan hati Mesha dengan nada halus dan menyentuh.


Mesha berusaha tersenyum. “Ngomong apa sih kamu Rey. Aku nggak ada pikiran buat balikan sama Adam. lagian Adam tau kalo aku suka sama kamu. Ya udah. Aku masuk dulu ya.”
Belum sempat Mesha melangkah, Rey memanggilnya. “Mei. Bener apa yang kamu bilang tadi?” Tanya Rey sambil tersenyum ke arah Mesha. “Lalu gimana dengan permintaanku waktu itu di perpus?”

“Apa aku harus jawab sekarang?”
“Kalau sekaran sudah ada jawabannya. Kenapa tidak?”
Mesha tersenyum pada Rey. Kemudian Mesha mengatakan yang sesungguhnya tentang perasaan yang Mesha rasakan pada Rey.

THIS NOT LOVE❤ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang