Minggu, 14:16 siang
Di perjalanan gue ga berenti-berentinya nelfon seokjin tapi ga di angkat, ntah dia lagi sibuk atau gimana. Dan pada akhirnya gue cuma sms dia.
Gue masuk lift diikutin nata dan kita naik ke lantai 3 sesuai yang jimin bilang.
"Hey." Natasha megang bahu gue, "Jangan panik."
Gue noleh dan ngangguk ragu.
"Kalau kamu panik, kamu ngga bisa mikir jernih nanti."
"Iya sha." Dan akhirnya gue senyum ikhlas.
Setelah pintunya terbuka, gue langsung menuju ugd, karna gue nelfon jimin ga di angkat-angkat.
"Maaf sus, pasien yang namanya hera masih di ugd?" Gue nanya sama suster yang baru aja keluar dari sana.
"Oh tadi udah pindah ke ruang rawat inap mas. Sama pacarnya di temenin."
Dan gue bisa denger natasha nahan ketawa. Wtf-_-
"Kamarnya dimana ya sus?"
"Saya kurang tau, coba tanya resepsionisnya mas."
Gue berterima kasih dan pergi ke resepsionis. Ternyata hera masih di lantai 3.
Gue langsung masuk aja. Soalnya juga diperbolehin.
Perlahan gue buka pintu dan gue liat jimin tidur di sofa. Yawla si boncel tidur pules amat.Natasha minta selimut tambahan dan nyelimutin jimin yang masih ga bergumam.
Gue nyamperin hera. Gue ngambil kursi duduk di sampingnya.
Gue cuma pegangin tangannya, dingin.Ngga lama jimin bangun. Dia sadar ada natasha, dia langsung ngerapihin bajunya.
"Loh sha?"
"Haii."
"Tae." Jimin manggil.
Gue noleh, "Ya?"
"Sorry ya."
"Sorry kenapa jim?"
"Gue ga bisa jagain hera."
"..." gue cuma buang nafas berat aja. Gatau mau jawab apa.
"Jadi tadi anak-anak pada mau keluar sebentar, mau beli makanan, ya agak jauh si. Tadinya juga gue ikut karna yoongi bilang dia yg jaga rumah, tapi ternyata dia ikut dan gue deh yang di rumah.
Gue lagi beresin kaset sama lego-legonya jin di bawah, gue denger hera jatoh dan teriak. Gue langsung naik ke atas. Gue rasa dia nyoba buat ngambil obatnya tapi panik gitu dan end up jatoh.
Gue liat juga dia megangin sesuatu.Kepalanya lecet di pelipisnya, agak sobek terus lebam. Yang gue khawatirin bukan itu, tapi karna dia ribut 'kaki gue mati rasa' terus dia nangis sekaligus ngejambak rambutnya.
Yang gue tanya cuma apa yang dia rasa. Dia bilang kepalanya sakit, kakinya ga bisa di gerakin. Dan buru-buru gue gendong dia ke bawah. Ngambil kunci mobilnya yoongi terus ke sini.
Thank god hazza ngeliat kita pas masuk rumah sakit. Dia langsung minta suntik hera biar dia tidur, biar dia tenang. Dan pas gue ceritain ke dia, dia cuma bilang, yaudah tenang aja ya bro tolong kabarin taehyung sama seokjin.
Dan dia nyusul hera ke ruang periksa."
Otak gue udah kusut dari tadi. Ga bisa tenang. Dan akhirnya gue berdiri.
"Sha, jim, nitip hera ya. Gue mau ketemu hazza."
Gue langsung keluar gitu aja. Di depan gue ketemu mingyu.
"Hera di dalem tae?"
Gue diem sejenak, siapa yang ngasih tau dia kalo hera di sini?
"Lo ngapain ke sini?"
Bukannya jawab gue, dia langsung masuk ke dalem. Yaudahlah gue gamau cari ribut.
Gue mau cari hazza. Gue dateng ke ruangannya.
Dia mempersilahkan gue masuk dan duduk. Bahkan dia nanya gue mau minum apa.
"Ada apa nyari gue?" Dia duduk sambil naro snack sama segelas teh anget.
"Hera."
"..ohh." dia senyum.
"Gue udah tau semua."
"Of course you do."
"Ini semua bertahap. Awalnya dia lemes, lalu cuma bisa merangkak, dan akhirnya kakinya mati rasa. Dan setelah itu tulang belakangnya melemah, lalu tangan, dan di sambung ke leher.
Dan akhirnya dia cuma bisa gerakin mata. Gue masih ragu dia bisa ngomong atau ngga nantinya."...
"Berapa lama itu berlangsung?" Gue nanya.
"Sebentar lagi."
"Hera will be okay, selama lo ada di samping dia."Gue beneran runtuh sekarang.
"Oh iya. Di minum dulu tae."
***
14:50
Gue balik ke ruang rawat, di sana cuma ada natasha. Hera udah siuman.
Nata duduk di samping hera, megangin tangan hera.
"Tae." Hera manggil gue pelan. Rasanya perih aja denger suaranya.
Gue ngaraih tangannya. "Kenapa sayang?"
"Ini." Dia ngeraih kotak kecil di meja samping natasha.
"Aku ga bisa ambil ini."
Itu cincin yang gue kasih. Cuma gue bilang gue mau sukses dulu baru jadiin dia ratu gue.
"Kenapa ra?"
Natasha genggam tangan hera erat. "You dont have to do this ra."
Hera cuma senyum. Mereka kenapa sih.
"Ini kamu kasih ke natasha aja tae."
Gue diem.
Natasha noleh ke gue seakan ngasih sinyal buat jawab, NGGA.
"Kenapa ra?"
"Dari semalem aku udah mikirin ini. Aku ga pantes."
"Jadi kepala kamu sakit karna terlalu mikirin ini?" Gue agak keras ngomongnya, untungnya natasha ngingetin.
"Ngga ra, aku sayang kamu."
"Kalian saling sayang, please jangan buat ini semakin rumit ra, tae." Kata natasha nyatuin tangan kanannya hera ke tangan kiri gue.
"Okay look." Natasha ngubah poisi tempat tidurnya jadi agak duduk supaya hera bisa natep gue.
"Do it." Kata natasha. Gue memelas tanda gatau harus ngapain?
"Stupid. Do it!"
...
Gue buka kotak cincinnya dan gue agak maju sambil masih megang tangan kiri hera.
"Ra, aku kenal kamu dari aku gatau yang namanya cinta. Kamu cinta pertama aku, kamu ngebuat sesuatu yang nyata di hidup aku, aku ga akan pernah nemuin orang kayak kamu. Aku butuh kamu, ya walaupun aku ga bisa seromantis di drama korea, sekuat karakter di novel-novel fantasi kamu, dan walaupun aku belom bisa jadi yang kamu butuhin, tapi kita bisa jalanin sama-sama dan bangun itu sama-sama. So...
Will you be my fiance?"
Natasha natep hera berharap,
"I know you want him as much as your ego. Say it." Natasha senyum.
"Apapun yang terjadi nanti, kalian bisa jalaninnya sama-sama. So say it."Hera senyum ke natasha lalu balik ngeliat gue. Dengan penuh perasaan yang bercampur dia bilang,
"I do."
***
You are very welcome;)
![](https://img.wattpad.com/cover/100736343-288-k290700.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Najis 2🌸kth✅ [in editing]
Fanfictionand in the end in Wanderland, we both went mad. NOTE: I AM NOT TAENNI SHIPPER, I USE JENNIE FOR THE VISUAL BOOK ONE: NAJIS/KTH WARNING: ✨SWEAR WORDS✨ Cerita ini gue buat di masa-masa labil dan amatir. Kemungkinan cringe nya gede, jadi baca in your o...