23. Dia Tidak Pergi

2.8K 211 12
                                    

Jika cinta adalah pelipur lara, maka izinkan aku mencinta walaupun hanya mencintai dalam diam, tanpa kata dan tanpa suara.

DI WAJIBKAN BACA SAMPE AUTHOR NOTE OKAAAY?! DAN HARUS KUDU WAJIB JAWAB  PERTANYAAN YANG ADA. THANK YOU GAIS (:

~Jingga dan Senja ~

"Bella!! Oh my god gue kangen banget tau nggak sama lo!" teriak Adeeva saat baru saja memasuki kelas.

"Bella ih makin gemes deh gue sama lo," katanya lagi sambil mencubit pipi Bella gemas.

"Aduh, Adeeva lo ngapain sih, sakit tau nggak?!" balas Bella raut muka kesal sembari memegangi pipinya yang baru saja menjadi korban kekerasan Adeeva.

"Gue kangen banget tau sama lo, sehari nggak ketemu lo itu rasanya udah kayak setahun tau."

"Lebay lo!"

"Halah nggak usah sok gengsi gitu deh, lo juga kangen kan sama gue? Hayo ngaku," katanya sambil mencolek-colek pipi Bella membuat Bella bergidik ngeri, sepertinya Adeeva belum sembuh total dari sakitnya kemarin.

"Dev kayaknya lo pulang aja deh, istirahat di rumah."

"Ngapain?"

"Kayaknya lo masih sakit deh."

Bel pertanda masuk telah dibunyikan membuat para siswa yang semula asik dengan kegiatannya terpaksa harus kembali ke tempat duduknya, memulai aktivitas belajar yang sudah menjadi kewajiban seluruh siswa namun mereka lebih sering mengabaikan kewajibannya itu.

Kini guru berkepala botak yang sangat tidak dinanti-nantikan pun telah siap sedia untuk mengajar, guru itu dengan gaya khasnya yang selalu membawa penggaris kayu panjang ke mana pun ia pergi terutama saat ia akan mengajar, katanya untuk memukul siapa pun yang tidak memerhatikannya saat di depan kelas.

"Ah bacot banget sih ni guru gue semir juga tuh pala biar tau rasa!" cerocos Adeeva yang terlihat sangat malas mendengarkan guru tersebut.

"Bella lo punya korek nggak?"

"Buat apaan?!"

"Gue pengen bakar kumisnya dia."

Bella terkekeh mendengar perkataan Adeeva yang sejak tadi terus saja mengomentari guru tersebut.

Baru saja tadi Bella mendengarkan celotehan Adeeva namun saat kini ia menoleh ke arah Adeeva, perempuan itu telah terlelap ke alam mimpinya dengan dagu yang ditopang di atas tangannya dan mulut yang sedikit terbuka membuat cairan di dalam mulutnya mengalir bebas mengenai pipinya. Bella yang menyaksikan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tiba-tiba saja ide jahil muncul dipikirannya, tanpa menunggu waktu lama Bella pun mulai melancarkan aksinya tersebut.

"Adeeva bangun, banjir Dev!" ucapnya tepat di telinga Adeeva agar tidak terdengar oleh yang lainnya.

Mendengar perkataan Bella Adeeva spontan bangun dari tidurnya yang indah.

"HAH? BANJIR MANA BANJIR? GUE NGGAK MAU MATI TENGGELEM."

Bella hanya terkekeh melihat tingkah laku Adeeva dan tentu saja hal itu menarik perhatian seluruh isi kelas termasuk guru berkepala botak itu yang sudah siap dengan penggaris panjangnya.

"Nggak usah ketawa lo semua!"

"Dev liat samping lo deh ada cogan," bisik Bella yang langsung diikuti oleh Adeeva.

Tidak ada satu pun cogan yang dimaksud oleh Bella tadi yang ada hanya guru berkepala botak itu yang kini tengah menatapnya dengan sangat sinis dan beberapa kali memukul-mukulkan penggaris ke tangannya sendiri.

Jingga dan Senja [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang