Kamu, serupa mentari yang selalu menghangatkan ku di setiap pagi, kamu juga serupa pelangi yang keindahannya ingin selalu ku kagumi, setiap hari. Dan, kamu adalah sebuah ilusi yang hanya bisa ku gapai dalam setiap mimpi, tanpa pernah bisa ku miliki.
~Jingga dan Senja ~
Semilir angin terus menerpa wajah Bella yang terlihat sedikit resah, entah apa yang membuatnya seperti itu.
Perlahan Bella mengubah posisinya yang semula berdiri menjadi berjongkok untuk dapat menyentuh makam kedua orang tuanya dan sekadar berbicara sedikit untuk menghilangkan rasa resah di hatinya.
"Hai Ma, hai Pa kalian apa kabar di sana? Baik-baik saja kan? Ah seharusnya Bella nggak perlu menanyakan hal ini kepada kalian, tentu saja kalian baik-baik saja di sana bahkan sangat baik sampai kalian lupa bahwa kalian masih memiliki seorang anak gadis yang sangat membutuhkan kalian tapi sudahlah semuanya sudah berlalu."
Perlahan Bella mengalihkan pandangannya ke arah makam Mamanya dan memfokuskannya ke makam tersebut sebelum akhirnya mulai berbicara lagi.
"Ma... Bella butuh Mama," Bella berusaha keras untuk menahan agar air matanya tidak jatuh lagi namun sepertinya usahanya itu sangat sia-sia karena kini air matanya itu sudah jatuh meluruh membasahi pipinya.
"Maaf Ma Bella nangis lagi tapi Bella nggak bisa menahannya, Ma Bella mau cerita sedikit sama Mama, Jadi selama satu minggu kemarin Bella bertengkar sama Adeeva, dia bilang kalo dia marah karena Bella pacaran sama Kak Dev dan Adeeva juga suka sama Kak Dev. Ma, Bella bingung harus gimana sekarang, Bella nggak mau ngecewain Adeeva lagi tapi kalo Bella mutusin Kak Dev, Bella juga bingung gimana, masalahnya Bella baru aja pacaran sama dia masa tiba-tiba Bella mutusin gitu aja. Tapi kalo Bella boleh jujur Bella kayak kurang cocok gitu sama Kak Dev, maksudnya, selama ini Bella kan emang deket tapi cuma sebatas sahabat Bella pikir kalo Bella pacaran, itu akan membuat Bella semakin dekat sama Kak Dev tapi nyatanya enggak, malah Bella ngerasa aneh sama hubungan kita. Terus Bella harus gimana Ma? Bella bingung.
Bella menghentikan sejenak aksi mengocehnya, sesekali jari-jemarinya itu menyentuh gundukan tanah makam Mamanya, menekan-nekan secara halus seolah itu adalah sebuah mainan.
"Ma Bella belum pernah cerita ya sama Mama tentang Jingga? Kalau belum biar Bella ceritakan semuanya sekarang. Tidak ada yang special dari laki-laki bernama Jingga, bahkan dia juga terkesan menyebalkan karena dia sering banget gangguin Bella tapi dia nggak pernah marah sama Bella setiap kali Bella melakukan kesalahan, dia juga nggak pernah marah sama Bella setiap kali Bella mengabaikannya, nggak tau kenapa dia melakukan itu. Tapi sekarang semuanya sudah berubah Ma, dia marah sama Bella, dia menjauhi Bella. Bella nggak tau kenapa dia jadi seperti itu, dia juga nggak bilang apa penyebabnya, Bella nggak tau perasaan apa yang Bella rasakan sekarang, Bella hanya merasa kehilangan dia Ma, Bella bingung Ma sama semuanya."
Kini matanya beralih menatap sebuah bunga yang terletak di makam kedua orang tuanya, Bella tidak tau siapa yang meletakkan bunga tersebut karena seingatnya terakhir kali ia mengunjungi makam ia tidak membawa apa pun termasuk bunga, akan tetapi bunga itu masih terlihat segar seperti baru diletakkan oleh orang misterius tersebut.
Atau mungkin itu Kakaknya? Tapi kan Kakaknya itu selalu sibuk dengan dunianya ia juga terlihat jarang sekali berkunjung ke makam mereka."Lo yang namanya Bella kan?"
Bella menatap perempuan yang tadi mengajaknya berbicara, perempuan itu terlihat menggunakan seragam yang sama dengan yang ia gunakan, wajahnya terlihat sedikit lesu dengan mata yang sembab serta rambut yang sedikit terlihat berantakan mungkin saja ia juga baru saja berkunjung dari makam seseorang yang sangat berarti di hidupnya makanya ia terlihat sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga dan Senja [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] SUDAH TERBIT, PART LENGKAP! Langit senja yang kerap kali menampilkan warna jingga yang indah kala itu terlihat begitu polos. Tak ada lagi jingga yang menghiasi langit senja tersebut namun itu bukan akhir dari perjalanan kita...