"Entah mengapa setiap kali aku berada di dekatmu denyut jantungku berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Apakah ini yang dinamakan cinta? Ataukah hanya sebuah gangguan yang terjadi pada sistem saraf yang ada di dalam tubuhku saja?"
- Farenca Adila Kirana.
~Jingga dan Senja~
Jingga menghentikan motornya di depan sebuah kios yang sedang tutup karena hujan sangat deras. Kini ia dan Farenca sedang berdiri di depan kios itu sembari menunggu hujan reda.
Farenca terus saja menggosok-gosokan kedua tangannya. Mungkin itu adalah salah satu cara untuk menghilangkan rasa dinginnya.
Kemudian, Jingga melepaskan jaket yang ia pakai lalu memakaikannya pada tubuh Farenca. Hingga membuatnya terlihat terkejut atas perlakuan Jingga. Namun, sedetik kemudian ia mengucapkan kata 'terima kasih'.
"Kak Jingga nggak kedinginan? Ini 'kan jaketnya aku pake," ujar Farenca untuk sekedar memecahkan keheningan di antara keduanya.
"Enggak."
"Kak."
Jingga menoleh dengan satu alis yang terangkat.
"Kak Jingga pacaran sama Kak Bella, ya?"
Jingga tertawa hambar mengingat bahwa Bella sama sekali tidak peduli dengannya."Kenapa lo bisa nanya kayak gitu?"
"Abisnya Kak Jingga deket banget sama Kak Bella."
"Tapi nggak berarti orang deket itu pacaran, 'kan?"
"Iya, sih, tapi semua orang tahu kalo Kak Bella itu orangnya cuek banget. Apalagi, kalo sama cowok. Jadi, kalo ada cowok yang deket sama Kak Bella itu pasti orang ngiranya cowok itu pacarnya Kak Bella."
“Soal yang tadi gue minta maaf, gue nggak bermaksud buat sombong atau apa sampe nggak mau jabat tangan lo balik, cuma tadi gue lagi kesel aja," kata Jingga, berusaha mengalihkan topik pembicaraan Farenca
Farenca mengangguk. “Iya, Kak. Nggak apa-apa, kok."
“Nggak usah terlalu kaku juga kalo sama gue. Makanan gue masih nasi, kok, belum berubah jadi manusia.” Jingga terkekeh diikuti oleh Farenca.
“Udah berhenti, nih, hujannya. Kita pulang sekarang, ya.” Farenca mengangguk samar.
Tidak membutuhkan waktu lama ia sudah sampai di sebuah rumah yang cukup megah.
"Makasih, ya, Kak," kata Farenca setelah turun dari motor Jingga.
"Iya, gue duluan, ya."
"Nggak mampir dulu?"
"Nggak usah."
"Ya dah hati-hati, ya, Kak."
Jingga hanya mengangguk dan kembali melajukan motornya meninggalkan kompleks perumahan Farenca.
~Jingga dan Senja~
"Udah lama, ya, Kak nunggunya?" tanya Bella saat tiba di ruang tamu.
"Nggak, kok. Ya udah, yuk! Berangkat, nanti telat."
Bella hanya mengangguk dan mengikuti Devian dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga dan Senja [SUDAH TERBIT]
أدب المراهقين[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] SUDAH TERBIT, PART LENGKAP! Langit senja yang kerap kali menampilkan warna jingga yang indah kala itu terlihat begitu polos. Tak ada lagi jingga yang menghiasi langit senja tersebut namun itu bukan akhir dari perjalanan kita...