"Jangan pernah takut dia menghilang karena jika dia menjadikan mu rumah dia pasti akan pulang."
~Jingga dan Senja~
Bella tampak tidak tertarik dengan makanan di hadapannya, sejak tadi ia hanya mengabaikan makanan itu, ia terus saja mengaduk-aduk minuman yang bahkan sudah tidak dingin lagi karena begitu lamanya diabaikan oleh Bella. Sebenarnya hari ini ia malas untuk ke kantin, ia malas makan, yang ia inginkan hanyalah menyendiri di tempat yang bisa membuatnya tenang, yaitu perpustakaan. Tenggelam bersama setumpuk buku dan menikmati aroma buku yang begitu menenangkan pikiran, namun Adeeva terus saja memaksanya untuk ke kantin karena katanya Jingga telah menitipkan pesan kepadanya bahwa ia harus selalu memantau jadwal makan Bella selama di sekolah.
"Dimakan dong Bell makanannya."
Bella menatap Adeeva sekilas lalu setelahnya ia kembali menunduk, menatap minuman dan kembali mengaduk-aduk minuman itu.
Adeeva mengambil alih minuman itu dari Bella, dan tentu saja hal itu membuat Bella merasa terkejut. Adeeva menyesap minuman itu hingga hampir habis setengah.
"Sayang-sayang kalo nggak diminum, buang-buang duit tau nggak?! Lo harus belajar hemat Bell, biar nanti lo bisa mengatur keuangan keluarga lo sama Jingga."
Bella hanya mendengus lalu setelahnya ia memilih menenggelamkan kepala di antara lipatan tangannya. Entah lah mengapa semangatnya begitu hilang untuk hari ini.
"Bella ya ampun, dimakan dulu itu!" teriak Adeeva namun Bella tidak peduli, ia malah semakin menenggelamkan wajahnya.
Ponsel Bella bergetar namun Bella tidak mendengarnya karena ponselnya sengaja ia letakkan agak jauh dari tempatnya saat ini.
"Bella ada telepon dari Jingga tuh," ucap Adeeva sambil menyentuh pelan tubuh lengan Bella.
Bella segera mengambil ponselnya lalu menggeser tombol hijau di layar tersebut.
"Hallo Ga, kenapa?"
"Ini Tante, Senja. Kamu ke rumah sakit sekarang ya. Tante mohon."
"Emangnya kenapa Tan? Jingga kenapa?"
"Nggak papa. Kamu ke rumah sakit aja ya."
"Iya Tan, Bella ke sana sekarang."
Bella memutuskan sambungan telepon lalu bergegas pergi tapi sebelumnya ia sempat berpesan kepada Adeeva untuk membawakan tasnya jika sekolah sudah dibubarkan.
Bella berlari menyusuri lorong rumah sakit hingga akhirnya tiba di depan kamar Jingga, Bella melangkah masuk ke dalam, di sana sudah ada Lisa dan juga Bianca. Bianca tidak menggunakan seragam, itu artinya hari ini Bianca tidak masuk sekolah, ia memilih menemani Jingga sedangkan dia? Tetap memilih mengejar pendidikan daripada menjaga Jingga barang sehari saja. Bella merasa tidak berguna.
"Dokter bilang Jingga mengalami kritis." jelas Lisa tiba-tiba, matanya tak lepas dari Jingga yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan mata yang terpejam dan beberapa peralatan medis yang terpasang di tubuhnya.
Bella menghela napas, dadanya terasa sesak, ia tidak bisa melihat Jingga dalam kondisi seperti ini. Perlahan air matanya turun namun sebisa mungkin Bella tetap memberikan semangat kepada Lisa, berusaha meyakinkan bahwa tidak akan terjadi hal buruk kepada Jingga.
Setelah merasa sedikit tenang Lisa meminta izin untuk keluar sebentar. Tidak tau pasti ke mana karena ia tidak mengatakannya.
Bella mengambil alih posisi Lisa tadi, duduk di kursi tepat di samping Jingga, ia menatap wajah Jingga lekat-lekat, jari-jemarinya ia tautkan di antara jari-jemari Jingga untuk menyalurkan kehangatan karena tangan Jingga terasa begitu dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga dan Senja [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] SUDAH TERBIT, PART LENGKAP! Langit senja yang kerap kali menampilkan warna jingga yang indah kala itu terlihat begitu polos. Tak ada lagi jingga yang menghiasi langit senja tersebut namun itu bukan akhir dari perjalanan kita...