"Hari ini tidak ada yang berbeda, semua masih sama. Aku yang masih menginginkanmu dan kamu yang masih memilih untuk menjauh. Namun, hatiku belum sanggup untuk mengakhiri cerita."
~Jingga dan Senja~
Adeeva terlihat kesulitan saat mengerjakan soal ulangan fisika, berbeda dengan Bella yang terlihat sangat lancar dalam mengerjakan soal ulangan itu hingga bel istirahat berbunyi Adeeva baru bisa mengerjakan beberapa soal saja.
“Gila! Rasanya otak gue mau pecah gara-gara ngerjain soal kayak gitu!” ujar Adeeva setelah selesai mengumpulkan kertas jawaban.
“Makanya belajar jangan nge-live mulu.”
“Kita itu harus mengabadikan setiap moment yang kita lakukan biar orang tahu apa yang kita lakukan setiap harinya."
“Tapi lo itu terlalu berlebihan. Mau ulangan nge-live dulu, mau pergi nge-live dulu, mau kerja kelompok nge-live dulu, terus nanti lo mau mati juga nge-live dulu?”
“Ih Bella! Jahat banget sih lo sama sahabat sendiri. Gini-gini juga lo kesepian 'kan kalo nggak ada gue?”
“Enggak.”
“Iya, Bell, iya. Tahu, kok, gue itu emang ngangenin.” Adeeva memasang raut wajah ‘sok’ nya, bangga akan sifatnya yang selalu membuat orang merindukannya, begitu kata Adeeva sendiri.
Bella mengangkat bibirnya sebelah, menunjukkan senyum miringnya, menganggap remeh perkataan Adeeva tadi. “Mau ke kantin nggak lo?”
“Iya, tunggu dulu,” kata Adeeva sambil mengeluarkan ponselnya untuk membuat video siaran langsung.
Bella menoleh ke arah Adeeva yang masih menggenggam ponselnya sembari berbicara sendiri.
“Adeeva mau ke kantin nggak?! Gue udah laper, nih!”
“Iya, iya, bentar.”
“Udah dulu, ya, fans-fans tercinta. Gue mau ke kantin dulu udah dimarahin sama nenek lampir, nih.” Adeeva terkekeh.
Adeeva memasukkan ponsel ke dalam saku bajunya dan berlari mengejar Bella yang sudah berada jauh dari kelasnya.
“Bella mah jalannya cepet banget sih 'kan gue capek ngejarnya! Udah kayak burok aja lo!"
“Lo nya aja yang kelamaan, siput aja kalah lamanya sama lo, Dev.” Bella terkekeh, berbeda dengan Adeeva yang malah memasang wajah paling tidak mengenakkan sedunia. Wajah yang seakan ingin mencabik-cabik Bella saat itu juga.
“Ya udah, ya. Gue duluan! Dadah, Adeeva ku sayang.” Bella meninggalkan Adeeva sendiri.
“Bella lo mau ke mana? Kantin arahnya ke kanan. Jangan lupa ingatan gitu, deh!” teriak Adeeva.
“Perpus!” balas Bella tanpa menoleh sedikit pun.
“Anak buku gitu tuh! Bilangnya laper sampe marah-marah tapi larinya malah ke perpus.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga dan Senja [SUDAH TERBIT]
Dla nastolatków[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] SUDAH TERBIT, PART LENGKAP! Langit senja yang kerap kali menampilkan warna jingga yang indah kala itu terlihat begitu polos. Tak ada lagi jingga yang menghiasi langit senja tersebut namun itu bukan akhir dari perjalanan kita...