26. Ancaman

2.4K 188 15
                                    


Saga dan Felisa hanya duduk diam di sofa tidak ada pembicaraan diantara mereka. Felisa sesekali menutup mukanya dengan tangannya sedangkan Saga hanya memainkan jari-jarinya tidak ada niat mengajak Felisa berbicara. Lamunan mereka masing-masing terhenti ketika dering ponsel Saga berbunyi nyaring. Saga mengambil ponselnya di meja membaca nama yang tertulis di layar ponsel itu.

"Siapa?" Tanya Felisa ragu sebenarnya ini sangat privasi namun Felisa sangat-sangat penasaran.

"Theo" jawab Saga.

"Jangan diangkat" jawab Felisa cepat.

Terlalu penakut bagi Saga untuk tidak mengangkat panggilan dari Theo.

"Woy lo bawa kemana Felisa? Baj*ngan lo Ga"
"Sekarang cepet lo kasih tau gue, atau kalau nggak"

"Serah lo"

"Perusahaan bokap lo bakal gue buat bangkrut"

Saga terdiam, bola matanya sudah tidak fokus ia melihat kesegala arah tanpa kendali. Felisa yang menatap Saga khawatir mulai bertanya tanpa suara dengan menggenggam tangan Saga. Ia berucap "Ga ada apa?"

Saga menatapnya sebentar lalu melepaskan tangan Felisa yang menyentuh tangannya itu.

"Gue tunggu lo di taman depan rumah lo" ucap Saga lalu mematikan ponselnya.

Saga mengambil barang-barangnya termasuk jaketnya "gue harus pergi" ucapnya kemudian melangkah menuju pintu.

"Jangan plis, gue mohon jangan" ucap Felisa yang berdiri menatap punggung Saga.

Saga berbalik badan menatap Felisa datar "lo aman disini pokoknya lo kunci pintu oke, jangan bukain pintu buat orang sebelum kakak lo datang" Saga membuka pintu lalu pergi.

Felisa berjalan menuju pintu membukanya melihat kepergian Saga. Ia sangat khawatir apa yang akan Saga dan Theo lakukan ketika mereka bertemu. Batin Felisa berkata "gimana gue aman Ga, kalau gue aja nggak tau apa yang bakal Theo lakuin ke lo" ucap dalam hatinya dengan menatap punggung Saga yang semakin tidak terlihat.

Sudah belasan kali Felisa berjalan mondar-mandir di belakang pintu. Ia tidak bisa berdiam diri sementara ia tidak tahu apa yang dilakukan Saga dan Theo disana. Apakah mereka akan adu fisik, atau pertengkaran hebat, atau saling mencelakakan satu sama lain, sungguh Felisa tidak dapat berpikir jernih saat ini. Andaikan saja Felisa tahu dimana rumah Theo ia akan datang menyusul mereka.

Saga sudah duduk di depan mobilnya menatap Theo yang berjalan ke arahnya dengan pipi yang membiru akibat ulah Saga tadi.

"Sorry" ucap Saga pertamakali pada Theo.

Theo tertawa "sadar juga akhirnya lo"

"Bukan itu, tapi pipi lo" ucap Saga semakin membuat Theo panas.

"Jadi lo udah siap perusahaan bokap lo bangkrut?"

"Lo bukan teman lo monster"

Theo hanya mengangkat alisnya lalu tersenyum pada Saga.

"Mau lo apa?"

"Gue tahu lo suka sama Felisa, tapi sayang, Felisa milik gue, dan YANG GUE MAU ADALAH lo jauhin dia"

Saga tersenyum miring "sama seperti lo minta gue jauhin Caty karena Caty milik lo"

"Lo bisa bedain konteks kan, sekarang kita ngomongin masa depan gue nggak mau hidup dengan bayang-bayang masa lalu, lo paham?"

PESONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang