13. Penolakan

2.7K 229 11
                                    


"Yes yes yes gue menang" ia berucap dengan wajah sumringah dengan loncatan kaki yang sedikit terangkat ke atas.

Semua siswa yang melewati koridor kelas 12 IPS melihat kelakuan Felisa. Felisa tak peduli dengan semuanya, sebentar lagi Saga akan takhluk padanya. Ampuh juga cara Iren, ya walau sedikit memalukan dan merendahkan harga dirinya sebagai wanita baik-baik. Felisa berjalan menyusuri koridor sekolah, ia mendongakkan kepalanya membayangkan papanya akan mengatakan "Perjodohan ini dibatalkan" akan sangat menyenangkan dan melegakan. Sepertinya Felisa tidak sabar dengan momen itu.

"Aw" Felisa menabrak sesuatu yang kokoh, bahkan tubuhnya terpental. Tangan seseorang menahan punggungnya, Felisa membuang nafasnya halus. Matanya menatap mata hazel itu lagi. Mata itu semakin hari semakin indah, penuh dengan kesejukan didalamnya, tapi dibalik itu semua juga ada sisi yang berapi-api. Felisa merasa Saga tidak juga melepaskan tubuhnya. Sebenarnya dia niat membantunya atau tidak pikirnya dalam hati.

"Ga" ucap Felisa dengan wajah bingungnya "lepasin gue" ucap Felisa membulatkan mata Saga. Dengan sigap Saga melepaskan tangannya di punggung Felisa. Dan Felisa terjatuh ke lantai. Felisa memejamkan matanya menhan sakit dan juga amarah dalam dirinya. Saga masih diam berdiri di tempatnya hanya menatap Felisa yang terjatuh.

"Gue nggakpapa" ucap Felisa.

Tapi Saga tidak mengerti juga Felisa butuh bantuan untuk berdiri. Tapi Saga hanya diam menatapnya. 'Dasar cowok nggak peka' ucapnya dalam hati. Kemudian Felisa melihat uluran tangan di depan matanya. Felisa tersenyum Saga mengulurkan tangannya.

"Fel, lo nggakpapa?"

Tapi suara itu lain, bukan suara Saga. Dia Rolan, iya Rollan yang mengulurkan tangannya. Felisa menggeleng dan menggapai tangan itu.

"Makasih Lan" ucap Felisa, kemudian ia mendapat tatapan tajam dari Saga.

"Coba sini gue lihat tangan lo, banyak kotoran" ucapnya yang akan meraih telapak tangan Felisa. Namun, Saga menggapai tangan itu terlebih dahulu. Saga menggenggam erat lalu menarik Felisa untuk pergi dari tempat itu dan meninggalkan Rolan.

"Ga, lepasin tangan gue, sakit ih" protes Felisa sepanjang jalan.

Rolan membuntuti mereka. Saga yang merasakan itu juga berbalik badan.

"Lo mau bawa Felisa kemana?" Tanya Rolan.

"Urusan lo apa?" Tanya Saga santai.

"Lo nggak bisa bawa orang sembarangan tanpa persetujuannya" ucapnya berhenti "itu melanggar hak asasi"

"Kalau gue ngelanggar lo mau apa?"
"Lo nggak bisa sembarangan semau lo"
"Lo siapa? Jangan ngikutin lagi, ini urusan gue" ucap Saga kemudian melanjutkan jalannya dengan tangan yang tetap menggenggam dan menarik Felisa. Felisa masih mencoba melepaskan tangan itu tapi cengkraman itu kuat.

"Ga tangan gue sakit" ucap Felisa.

Saga mengendorkan cengkramannya, Felisa bersyukur. Tangannya mungkin akan membiru jika Saga mencengkramnya seperti itu. Saga masih terus berjalan di depannya entah akan kemana. Felisa menatap laki-laki tinggi di depannya yang sedang menarik tangannya itu. Dia agak menyebalkan, pemarah, sombong, dan tidak punya perasaan tapi Felisa merasa sifat Saga yang sebenarnya tidak seperti itu. Saga seolah menutupi sesuatu, sesuatu yang ada dalam dirinya entah kenapa. Hingga tak sadar langkah Saga sudah berhenti dan Felisa masih diam menatap laki-laki yang sudah berbalik badan itu.

"Lo nggak paham apa yang gue katakan pagi tadi? Singkirin mata lo"

Felisa terbangun dari lamunannya, lagi dan lagi ia menatap Saga dan tertangkap basah. Felisa diam tidak tahu akan mengatakan apa, ia menahan malu.

"Kenapa lo ngejar-ngejar gue?" pertanyaan itu muncul dari mulut Saga to the point.

"Gue" ucap Felisa ragu dan mengarahkan pandangannya ke bawah tidak ingin menatap Saga "suka sama lo" ucap Felisa.

"Kenapa lo ngejar-ngejar gue?" Tanya laki-laki itu lagi.

Felisa merasa Saga ini memiliki gangguan pendengaran, dia benar-benar tidak mendengar ucapannya.

"Gue suka sama lo Ga, suka" ucap Felisa agak keras.

Saga frustasi dengan jawaban Felisa. "Kenapa lo ngejar-ngejar gue?" Tanya Saga lagi.

Benar-benar pertanyaan itu membuat Felisa geram. "GUE SUKA SAMA LO" Felisa membuang nafasnya setelah mengucapkan kata itu.

Orang-orang disekitar taman pun menjadikan Felisa dan Saga sebagai pusat perhatian. Saga mengetahui itu.

"Lo pergi ke toilet, Lo ngaca, lo secantik apa? Seistimewa apa? Setelah itu lo balik dan bilang lagi ke gue kalau lo suka sama gue" ucap Saga sembarangan "apa lo masih berani bilang suka sama gue lagi atau enggak" tambahnya lagi.

Jawaban itu penghinaan bagi Felisa. Bahkan ia tidak menyangka ada laki-laki seperti Saga. Bahkan orang-orang di taman itu menutup mulutnya dengan tanganbta. Menandakan mereka kaget dengan ucapan Saga. Saga akan melangkah pergi namun ia berbalik badan dahulu.

"Lo adalah penganggu di hidup gue" ucap Saga. Ia berlalu pergi.

Felisa masih berdiri, bahkan air matanya akan tumpah mendengar perkataan itu dari mulut Saga. Kasar, sangat kasar kata-kata itu. Sebegitu bencinya kah Saga terhadapnya. Itu yang kini ada dipikiran Felisa.

Saga berjalan ke arah toilet. Ia mengunci pintu toilet laki-laki dari dalam. Ia tak ingin orang lain masuk, ia butuh sendiri, benar-benar sendiri.

"Aaaaaaaa" Saga berteriak, sepertinya ia menyesal dengan perkataan yang keluar dari mulutnya itu. Saga berjalan mondar-mandir di dalam toilet. Apa yang telah diperbuatnya itu tidak benar. Tapi harus, ia tidak ingin Felisa akan menyesal karena bersamanya. Tapi entah sepertinya perkataan Felisa yang menyukainya itu hanyalah alasan Felis belaka bukan benar-benar dari hatinya. Ya, itu sedikit melegakan bagi saja. Kalau saja Felisa memang benar menyukainya, Saga tidak tahu lagi mungkin Saga sudah gila dengan perkataannya sendiri.

"Woy siapa yang di dalem, sialan, buka pintunya" ucap siswa di luar toilet dengan menggedor-gedor pintu.

"Bukain pintunya, gue udah gak kuat" ucap lagi dri siswa lain.

"Siapa sih ini? Gila buka pintunya, lo gila apa gimana? Ini toilet sekolah, banyak yang ngantri cepet keluar kalau gak,,,," ucapnya terhenti ketika melihat Saga membuka pintu toilet itu.

"Kalau gak lo mau apa?" Tanya Saga datar.

"Oh hai Ga, gue kira orang lain bukan lo, sorey Ga" ucapnya.

Saga melenggang pergi tanpa mengatakan apapun. Siswa yang mengantri pun buru-buru memasuki toilet. Saga cukup ditakuti di sekolah ini. Bukan hanya mulutnya yang pedas tapi kekuatan badannya juga menambah nilai kengeriannya. Saga berjalan ke arah taman sekedar memastikan Felisa sudah pergi. Namun Felisa masih berdiri di sana. Apa yang dilakukan gadis itu. Kedua tangan Felisa menggenggam kuat. Apa gadis itu memasukkan perkataannya ke dalam hatinya, kalau iya, Saga akan sangat menyesal menyakiti wanita yang dicintainya itu. Saga bersembunyi di balik tembok dengan mengawasi Felisa yang masih terdiam di sana.

Makasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komentari ❤️
Btw komen dong mengenai ceritanya daripada komen next hehehehe. Akan aku next kok sampai cerita ini selesai teman-teman. Paling nggak aku update kok seminggu sekali. Kalau lagi nganggur 2 kali seminggu. Kalau mood bagus 3 kali seminggu. Kalau inspirasinya lagi banyak tiap hari updatenya. Maaf ya yang suka penasaran kalau update aku lama 😁

PESONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang