7. Buku

2.8K 207 6
                                    


Sepanjang pelajaran tadi yang dibicarakan Felisa dan Iren adalah rencana-rencana bagaimana cara membuat Saga takhluk kepada Felisa. Untungnya Bu Nurul tidak mengetahuinya kalau saja itu ketahuan, Felisa dan Iren akan dihukum. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjalankan semua rencana yang telah disusun. Felisa berjalan menuju kelas Saga.

Brug,

Felisa terjatuh dan benda-benda tebal mejatuhi tubuhnya bergantian. Felisa menyingkirkan benda-benda itu dari atas tubuhnya sambil mengoceh "gimana sih lo jalan nggak lihat-lihat, kalau gue sampai pingsan nggak bakal gue maafin lo seumur hid-"

Wanita dihadapannya itu memasang sangat banyak berbicara. Saga mengulurkan tangannya sedari tadi, tak lama ia menarik kembali tangannya dan menyimpannya di dalam saku celana. Felisa menyadari kalau tadi Saga mengulurkan tangannya tapi menariknya kembali karena omelan-omelan Felisa.

'dasar bodoh Fel, kesempatan emas di depan mata, lo sia-siain, kali ini harus sukses' gumam Felisa dalam hatinya.

"haii Saga" Felisa bangun dari posisi jatuhnya "gue nggak kenapa-napa kok" ucapnya dengan senyuman sedangkan Saga memunguti buku-buku yang tercecer di lantai "gaada luka juga, beneran nggakpapa" tambahnya lagi.

"nggak nanya" jawab Saga menghentikan ucapan Felisa lebih banyak lagi. Felisa pun membantu Saga memunguti buku yang tercecer di lantai, tapi hanya tersisa sedikit.

"lo mau gue bantuin? biar lo nggak bawa buku sebanyak itu" tawar Felisa.

Saga bukannya membagi setengah dari buku yang dibawanya tapi memberikan semua buku kepada Felisa "thanks, lo bawa ke kelas gue" ucap Saga lalu berjalan lebih dahulu.

"lho kok" protes Felisa membawa buku itu terlalu berat "dasar cowok nggak peka pantes aja jomblo" Felisa mengumpat tentang Saga sepanjang jalan.

Untungnya Rolan datang.

"Fel gue bantuin" Rolan mengambil separuh lebih buku di tangan Felisa. Felisa bisa bernapas legah, kalau saja tidak ada Rolan tangannya pasti akan pegal-pegal.

"mau dibawa kemana Fel?"
"kelas 12 IPA 1"
"lo ngapain bawa buku ke kelas IPA?"
Felisa menggeleng "bantuin aja" jawab Felisa "btw makasih ya Lan, kalau nggak ada lo gue nggak tau lagi, itu berat banget sumpah" ucap Felisa yang berjalan beriringan dengan Rolan.

Saga yang tadi berjalan di depannya mendengar perbincangan di antara mereka. Saga berbalik badan lalu berjalan mendekati Rolan dan Felisa. Ia mengambil buku di tangan Felisa.

"lo balik kelas aja" ucap Saga.
"tapikan-"
"balik kelas sekarang" Saga.

Entah kenapa Felisa tidak bisa menolak ucapan Saga. Ia bisa saja menolaknya tapi Felisa tidak tahu yang terjadi dengan dirinya ucapan laki-laki dengan tatapan tajam itu membuatnya nurut seketika, padahal Felisa paling tidak suka bila dirinya disuruh-suruh. Felisa berbalik arah dan pergi ke kelasnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"lo apaan sih Ga, maksa-maksa orang" protes Rolan.
"lo bawa buku itu ke kelas gue" jawab Saga yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Opss" Rolan menjatuhkan buku itu di lantai denga sengaja.

Suara bug, bug, bug dari buku yang jatuh itu terdengar nyaring di telingan Saga. Ia menoleh buku-buku kumpulan catatan teman-teman sekelasnya sudah tercecer di lantai di depan kaki Rolan. Mata Saga sudah memerah, rahangnya mengeras. Saga berjalan mendekati Rolan lalu memukul wajah Rolan keras. Rolan tidak bisa diam saja harga dirinya diinjak-injak oleh Saga. Ia berbalas memukul Saga dan mereka sekarang sedang saling pukul. Perkelahian mereka mengundang banyak mata untuk menjadikan ajang pukul itu sebagai tontonan. Bahkan ucapan teman-temannya yang menginstruksikannya untuk berhenti tidak mengusik mereka sama sekali. Hingga datanglah 2 teman Saga menarik tubuh Saga untuk menjauh dan satu teman Saga yang lainnya menahan tubuh Rolan untuk berjarak dengan Saga.

"Beraninya lo mukul gue" ucap Rolan dengan tubuh yang mencoba lepas dari genggaman teman Saga yang bernama Bara.
Saga hanya membalas ucapan Rolan dengan senyuman miring.

"Minggir,,,,,,, minggir,,,,,, minggir" suara itu datang dari seorang guru yang membelah lautan siswa yang berkerumun hingga mencapai pusat.

"Kalian berdua ikut saya ke BK, sekarang" ucapanya lalu melenggang pergi.

Mereka berjalan di belakang Pak Agus, guru bagian kesiswaan yang dikenal paling tegas di sekolah ini. Mereka tidak berjalan anteng layaknya kebanyakan orang yang biasanya berjalan. Mereka saling tenggor dengan kekuatan masing-masing. Sesekali mereka hentikan ketika Pak Agus menoleh ke belakang untuk mengecek keberadaan mereka apakah masih terus mengikutinya hingga ruang BK.

"Jadi Saga memukul Rolan karena Rolan menjatuhkan dengan sengaja buku-buku catatan siswa kelas 12 IPA 1" ucap pak Agus "oke bapak sudah mengambil keputusan"

Dua orang laki-laki itu sama sekali tidak menatap Pak Agus dan merasa ogah-ogahan untuk masalah ini. Bahkan ruang BK yang dikenal murid lain sebagai ruangan terseram bukan apa-apa bagi mereka, tidak mengubah sikap mereka sama sekali.

"Jadi Rolan kamu akan di hukum lari 20 kali putaran di lapangan basket" ucap pak Agus.

Mendengar itu Saga berdiri dan melangkahkan kakinya tanpa pamit atau mengucapkan kata-kata.

"Saga" ucapan Pak Agus menghentikan langkah Saga yang sudah mencapai pintu BK "kamu juga di hukum"

Saga menoleh ke arah pak Agus. Di wakahnya tergambar penuh tanya mengapa dirinya di hukum. Seolah sudah ada kontak batin Pak Agus menjawab semua pertanyaan dalam diri Saga.

"Kamu juga dihukum karena kamu memukul Rolan, kalian ini kan masih sekolah kenapa harus menyelesaikan masalah dengan kekerasan? Mau jadi preman? Kamu juga keliling lapangan 20 putaran"

Saga menghembuskan napasnya lalu keluar ruangan, begitu juga Rolan. Pak Agus berjalan ke luar pintu.

"Hey kalian" ucapnya membuat dua laki-laki itu menoleh bersamaan "Larinya harus barengan Pak Bas (seorang satpam di sekolah) akan mengawasi kalian"

Tidak ada reaksi dari Saga ataupun Rolan. Ekspresi mereka datar-datar saja membuat Pak Agus bingung sendiri dengan tingkah dua orang yang aneh itu.

Mereka berdua menuju lapangan berlari berdampingan. Apa-apaan ini, batin Rolan. Mereka terus berlari mengelilingi lapangan basket di bawah terik matahari yang semakin meninggi. Keringatnya berjatuhan di lantai-lantai lapangan basket. Bahkan rasa lelah sudah melanda mereka saat pada putaran yang ke 15. Tidak ada percakapan sama sekali di antara mereka, jangankan percakapan, lirikan saja tidak, pandangan mereka tetap lurus ke depan. Mereka bak 2 orang yang saling bermusuhan dalam waktu yang cukup lama. Hingga kebencian di antara mereka sudah terlalu banyak.

Ini adalah putaran ke 20 dan akan mengakhiri hukuman mereka. Felisa sudah berdiri di pinggir lapangan. Membawa sebotol air mineral niatnya memberikannya kepada Saga untuk mengambil hatinya. Saga semakin mendekati dirinya, apakah Saga sudah mulai tertarik pada dirinya? Pikir Felisa. Senyuman Felisa semakin mengembang tidak sabar Saga akan mengambil air di tanganya dan mengatakan terimakasih. Saga sudah semakin dekat dan ternyata bukan air mineral di tangan Felisa yang diambil tapi air mineral dari tangan yang lain. Felisa menoleh mendapati Elisa di sampingnya. Melihat Saga menengguk air itu dengan semangat. Kemudian Rolan datang mengambil air mineral di tangannya.

"Fel buat gue?" Tanya Rolan.
Felisa mengalihkan padang kepada Rolan lalu mengangguk "iya buat Lo"
Rolan tersenyum lalu meminumnya.

Saga menatap tajam ke arah Felisa entah apa maksud tatapan iti, Felisa tidak tahu dan tidak ingin tahu. Saga sudah membuatnya kesal bahkan saat ini Felisa ingin mencabik-cabik muka sok kegantengannya itu. Saga menenggor Rolan yang meminum air hingga air itu terjatuh dari tangannya, lalu melenggang pergi yang dibuntuti Elisa.

Makasih sudah membaca jangan lupa vote dan komentari. Semoga suka :)

PESONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang