31

2.4K 200 21
                                    


Di dalam mobil itu, Felisa dan Saga berada. Mereka sudah di depan rumah Felisa, bahkan mobil Saga sudah berhenti. Ada yang aneh dengan gadis disebelahnya ia terlihat gugup, bahkan terus-terusan memainkan jarinya.

"Fel, udah sampai" ucap Saga membuyarkan pikiran Felisa.

"Oh" ucapnya dengan melihat ke sekeliling memastikan.

"Are you okay?" Tanya Saga yang dari tadi sudah melihat kegelisahan di wajah Felisa.

"Ya gue nggakpapa, thanks lo udah anterin gue" ucap Felisa lalu membuka pintu mobil namun pintunya terkunci. Ia berbalik badan menatap Saga.

"Kalau lo nggak mau pulang, lo jangan pulang" ucap Saga.

"Gue mau ketemu papa gue" ucapnya dengan senyum terpaksa  lalu senyuman itu perlahan hilang.

"Yakin? Atau lo mau gue anter ke apartemen kakak lo?" Tanya Saga memastikan.

Felisa mengangguk "thanks Ga udah anterin gue, gue turun dulu" ucapnya lalu mobil sudah tidak terkunci dan Felisa keluar dari mobil Saga.

Gadis itu berdiri menatap rumah besar nan megah di hadapannya. Ia masih berdiam seolah tidak yakin untuk masuk ke dalam sana. Perlahan ia memantapkan diri untuk melangkah hingga ia sudah sampai ruang tamu dan di sambut pemandangan orang-orang yang sudah berkumpul. Papanya, mamanya, Elisa, kakaknya, dan juga Theo. Mereka semua menatapnya yang baru saja masuk dari balik pintu. Felisa mengambil duduk di sana, ia tidak mampu untuk memandang setiap orang di ruangan ini, jadi pandangannya ke arah lain.

"Jadi selama seminggu lebih ini kamu kabur dari rumah?" Tanya papa Felisa.

Felisa mengangguk,

"Kamu tinggal di tempat kakak kamu?"

Felisa mengangguk lagi,

"Mulai hari ini kamu kemasin barang-barang kamu dan kembali ke rumah" ucap tegas papanya.

"Enggak, aku nggak mau" akhirnya Felisa berucap.

"Kamu jangan nentang keputusan papa, kamu mau ngelawan papa? Tanpa papa kamu juga nggak bisa hidup layak, tanpa papa kamu bukan apa-apa, ingat itu" ucapnya terdengar menyakitkan bagi Felisa.

"Papa berubah, papa bukan seperti papa yang aku kenal" ucap Felisa.

"Pa udahlah nggakpapa Felisa tinggal di tempat aku, mungkin dia lebih nyaman tinggal disana, aku juga nggak keberatan kok" ucap Dewa mencoba membela adiknya.

"Tidak, dia harus pulanh, bukan papa yang berubah tapi kamu yang berubah, mama udah cerita semuanya, kamu jadi lebih nakal, sulit diatur, sering minta uang, sikap kamu itu berlawanan dengan sikap elisa yang lebih baik dari kamu" ucap Papanya membuat satu air mata Felisa menetes.

"Om, Felisa baik kok om, nggak kayak yang om pikirkan" ucap Theo membela Felisa.

"Tuh tuh lihat orang yang udah kamu sia-siakan nggak kamu hargai malah ngebela kamu, buka dong mata kamu lebar-lebar" ucap Papanya.

"Dia yang enggak ngehargai aku pa, dia itu kasar" ucap Felisa.

"Kurang ajar kamu" ucap papanya.

"Sesama orang kasar emang nggak ada bedanya" gerutu Felisa.

"APA kamu bilang?" Ucap papanya yang langsung bangkit dari duduknya.

Felisa juga berdiri "Papa nggak ingat sebelum aku kabur apa yang udah papa lakuin ke aku? Papa nampar aku, kalau papa tanya kenapa aku kabur, itu jawabannya" ucapnya dengan meneteskan air mata "setelah kejadian itu, aku tiap hari nungguin papa nyari aku, tapi apa? Papa nggak ngelakuin itu, bahkan sampai detik ini aku berharap papa bilang maaf ke aku, kalau saja papa bilang maaf tanpa papa suruh aku pulang, seumur hidupku papa yang aku kenal bukan orang yang kasar tapi semenjak kejadian itu papa nggak ada bedanya sama dia" ucapnya dengan menunjuk Theo.

"Udah papa nggak mau denger celotehan kamu lagi, papa disini mau ngasih tau kalau besok kamu dan Theo akan bertunangan"

"APAAA?" Ucapnya terkejut.

"Pa ini nggak terlalu cepet?" Tanya Dewa.

"Ya enggak lah, bentar lagi juga Felisa lulus, malah kamu itu untung dapat Theo udah ganteng mapan, belum tentu juga kamu dapat yang lebih baik dari dia, masa depanmu aja udah keliatan suram, jadi kamu dapetin Theo itu udah kayak dapat keajaiban" ucap mamanya.

"Enggak, aku nggak mau"

"Kenapa?" Tanya papanya.

"Karena Felisa pacar saya" ucap seseorang yang berjalan dari balik pintu itu, dia adalah Saga. Semua orang terkejut melihatnya. Saga berjalan mendekati Felisa lalu mengenggam tangannnya. Felisa masih mematung terkejut dengan kedatangan Saga. Saga tersenyum padanya.

"Saga apa-apaan ini?" Tanya Elisa yang hatinya sudah tidak bisa dikondisikan.

"Sayang, hp kamu ketinggalan tadi di mobil makannya aku bawain ke sini" ucap Saga berakting sambil menyodorkan hp Felisa yang memang tertinggal.

"Saya tidak peduli siapa kamu, segera putus dengan Felisa karena Felisa akan bertunangan"

"Tidak bisa om, mungkin saya akan perkenalkan diri dulu siapa tahu om berubah pikiran kenalkan saya Saga Antonio, anak dari David Antonio, siswa paling tampan dan pintar di sekolah" ucapnya dengan wajah yang terlalu percaya diri bahkan Felisa sama sekali tidak tahu Saga punya sifat seperti itu.

"Saga lo apa-apaan" ucap Theo lalu mendekati Saga mencoba mengangkat tangannya untuk memukul Saga.

"Tunggu, David Antonio? Saga? Sepertinya kita pernah bertemu, kamu masih ingat?"

"Oh iya om, saya masih ingat"

"Ya bagus, saya temen papa kamu, katanya papa kamu ada bisnis baru yang sahamnya langsung melejit itu beberapa hari yang lalu?"

"Iya om"

"Sudah berapa lama kamu pacaran sama Felisa?"

"Om,,," keluh Theo

"Satu tahun yang lalu om" jawab Saga.

"kamu cinta sama anak saya?"

"Iya om"

"Dan kamu Fel?"

"Jelas iya om, dia yang awalnya ngejar-ngejar saya"

"Oh bagus-bagus"

"Om, maksudnya apa semua ini?" Tanya Theo.

"Terpaksa pertunangannya batal, karena Felisa sudah menolaknya dan Felisa juga sudah punya pacar" ucap papa Felisa. Mendengar ini semua Theo langsung pergi dari rumah itu.

"Ini nggak bisa, Saga itu pacar aku pa bukan pacar Felisa" ucap Elisa.

"Jadi papa ngebatalin pertunangan itu karena aku pacarnya Saga yang bisnis papanya lebih gede daripada bisnis papanya Theo? Papa ngejual anak-anak papa demi kelancaran bisnis papa?"

"Enggaklah sayang, papa lihat kalian berdua saling mencintai, jadi papa bisa apa?"

Felisa menggeleng "kalau bukan Saga apa papa masih ngelakuin itu? Aku kecewa sama papa" ucap Felisa langsung pergi meninggalkan mereka.

"Saga kamu bilang dong kamu itu pacar aku" ucap Elisa "ma gimana ini ma?" Tanya Elisa kebingungan.

"Elisa apa-apaan ini?"

"Iya pa dia pacar aku"

"Saga?"

"Bukan" ucap Saga "permisi om" ucapnya sebelum pergi.

PESONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang