5. Rolan

3K 224 16
                                    


Iren dan Lolita menghampiri Felisa yang dari tadi hanya diam sejak kedatangannya. Felisa melamun pandangannya kosong entah apa yang ia pikirkan, yang pasti untuk mencari tahu harus menanyakannya langsung.

"Fel kenapa sih diem aja?" tanya Lita yang sudah duduk di depan Felisa.
"Terus itu mata lo kenapa hitam gitu?" Tanya Iren menatap Felisa penuh tanya.
"Gue nggak bisa tidur mikirin gue harus gimana karena Elisa suka sama Saga"
"APA" Iren dan Lolita menjawab bersamaan.
"Apa Saga juga suka sama Elisa?" Tanya Iren lagi.
Felisa mengangkat bahunya.
"Demi perjodohan lo, apapun itu alasannya lo tetep harus bisa buat Saga jadi pacar lo" ucap Iren "kerena itu jalan satu-satunya"
"Gue nggak tau gue harus gimana? Disatu sisi ada Elisa saudara kembar gue disisi lain perjodohan itu yang sama sekali nggak gue pengenin"
"Fel, kenapa sih lo harus pikirin Elisa? Emang Elisa mikirin lo? Enggak kan?" Ucap Lita dengan lantang.
"Gue tau lo ngomong gitu karena lo nggak suka sama Elisa yang penah memperlakukan lo semena-mena, tapi bagaimanapun itu dia kembaran gue"
"Bukan, bukan karena itu tapi karena dia perlakuin lo kayak pembantunya. Lo sadar dong Fel" ucap Lita dengan penekanan setiap kata.
"Itu semua gue lakuin atas dasar rasa persaudaran Lit"
"Hahahah atas dasar persaudaraan kata lo? Lo tiap hari supirin dia, lo antar kemanapun dia pergi, lo jemput dia di tempat les tiap hari, lo turutin kemauan dia, lo batalin perjanjian kita cuma gara-gara Elisa minta anter ketemu cowoknya dia, dan paling parahnya lagi lo rela bolos jam pelajaran pertama demi ambilin buku Elisa yang ketinggalan. Lo supir atau saudaranya sih?"

Felisa diam semua yang dikatakan Lita memang benar, ia tidak menyangkal. Tapi dirinya benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan. Felisa berjalan keluar kelas. Tidak tahu kemana yang akan ditujunya, setiap lorong kelas ia lewati. Hingga ia bertemu salah seorang laki-laki yang memanggilnya. Langkah Felisa terhenti.

"Gimana lo udah sembuh?" Rolan.

Felisa tersenyum, Rolan menanyakan mengenai Felisa yang masuk rumah sakit seminggu yang lalu karena terkena virus.
"Udah lan"

"Lo mau kemana?"
"Enggak kemana-mana sih bosan aja di kelas"
"Sama, gue juga bosan" Rolan mempersilahkan Felisa berjalan kemudian dirinya juga ikut berjalan
"Kemana?"
"Kemana aja kita jalan pokoknya hhahahha"
"Ahaha oke"
"Lo pernah diajar Bu Afifah?"
"Sekarang masih"
"Nyebelin ya ibunya"
"Iya efek masih muda kayaknya Lan masih galau sama pacarnya deh"
"Iya kali" ucap Rolan "tau nggak waktu ngajar di kelas gue Bu Afifah kan pake sepatu hak tinggi terus jalan eh kepleset jatuh, kita sekelas sebenernya mau ketawa tapi kita masih menghormati guru"
"Hah iya gitu? Nggak baik loh Lan ngetawain guru"
"Iya sih andai Bu afifah menghormati kita sebagai murid kita juga hormat sama dia, tapi mungkin karakter orangnya gitu suka nantang-nangtang"
"Gue tahu pasti Bu Afifah marah sama kalian dan nyalahin kalian"
"Iya, dia bilang kenapa? Mau ketawa? Ketawa aja biar Tuhan yang bales, padahal kita diem-diem aja, dan jatuhnya itu nggak hanya sekali 2 kali di tempat yang sama"
"Hah? Masa sih? Hahhaha"
"Iya terus pernah bu Afifah mecahin vas bunga di kelas nggak tau kenapa, masa guru marahnya sampai mecahin-mecahin aduhh, maaf bu afifah ibu kita jadiin obrolan"
" maaf bu" tambah Felisa lagi.

Mereka berjalan bersama sambil tertawa dan berjalan beriringan.
Plak,
Seseorang menampar pipi Felisa. Felisa menatap orang itu dan dia adalah Elisa.

"Sa kenapa lo tampar Felis?" Tanya Rolan di samping Felisa "lo nggakpapa?"
Felisa menggeleng.
"Oh jadi lo Fel orang ketiga itu" Elisa bertepuk tangan.
"Orang ketiga apa sih Sa? Gajelas lo" ucap Rolan.
"Selama lo pacaran sama gue lo selingkuh sama Felis, iya kan? Ngaku"
"Sekali lagi gue perjelas gue putusin lo bukan karna orang ketiga tapi karna lo sendiri"
"Fel lo kenapa lakuin ini ke gue sih? Pelakor lo" Elisa menampar Felisa lagi.
"Sa apaan sih, lo bisa tenang nggak?" Ucap Rolan.
"Gue nggak seperti yang lo pikirin, gue nggak rebut Rolan dari lo" Felis
Elisa akan menampar Felis lagi. Tapi tangannya ditahan oleh Saga.
"Rolan mantan lo kan? Terus lo lakuin ini buat apa?" Saga
Semua orang terdiam termasuk Elisa juga.
"Gue benci lo Fel" teriak Elisa.

Saga menggandeng Felisa pergi dari sana. Mereka terus berjalan dan semua siswa melihat Saga uang menggandeng Felisa. Ini adalah kejadian langkah karena ini yang pertama Saga menggandeng seorang wanita. Semua bertanya-tanya hubungan Felisa dan Saga.

"Ga mau kemana?" Tanya Felis sambil terus berjalan.

Saga tidak menjawab. Hingga mereka sampai di UKS. Felisa disuruh duduk oleh Saga. Kemudian Saga pergi mencari sesuatu. Dan ternyata Saga membawa kotak P3K.

"Ujung bibir lo terluka" Saga.
Felisa langsung menyentuh untuk mengeceknya sendiri. Dan benar ia terluka mengeluarkan darah.

"Thanks Ga, gue bisa obatin sendiri lo nggak perlu ngobatin gue"
"Siapa juga yang mau bantuin ngobatin lo, nih" Saga menyodorkan kotak P3K itu di tangan Felisa.

Felisa kesal 'dasar cowok nggak peka' ucapnya dalam hati. Felisa mengambil kapan, ditungkannya tetesan obat merah di atas kapas itu. Kemudian ia mulai menempelkan pada ujung bibirnya yang terluka.
"Jangan liatin gue" ucap Felis yang melihat Saga menatapnya.

"Nggak menarik juga" jawab Saga membuat Felisa kesal.

Felisa masih berusaha mengobati lukanya tapi sepertinya susah karena tidak ada kaca. Semoga saja tidak belepotan.

Saga yang melihat Felisa kesusahan dan sedikit belepotan langsung merebut kapas itu. Saga membantu Felisa mengobati lukanya.

"Katanya nggak mau bantuin" ucap Felisa sambil tersenyum.
"Muka lo tambah ancur obat merahnya dimana-mana" jawab Saga.

Felisa mengeceknya menentuh pipinya dan benar obat merahnya sampai di pipinya padahal lukanya di ujung bibir. Saga membersihkan juga obat merah yang ada di pipi Felisa hingga bersih. Kemudian Felisa terdiam, mengingat kejadian tadi Elisa yang menamparnya di tempat umum yang bisa dilihat semua orang. Felisa malu, bahkan merasa harga dirinya diinjak-injak, sampai sekarang pun belum ada permintaan maaf dari Elisa.

"Kenapa? Lo lagi mikirin karena udah ketauan deketin Rolan" Saga.
"Enggak, gue nggak pernah deketin Rolan atau rebut Rolan dari Elisa"
"Oh"
Felisa melihat gerak-gerik Saga yang sepertinya tidak mempercayainya.
"Ingat gue nggak pernah deketin Rolan" ucap Felisa memberi peringatan pada Saga lalu melenggang pergi meninggalkan Saga. Saga masih diam di tempat melihat punggung Felisa yang semakin menjauh meninggalkannya pergi.

Makasih sudah membaca, jangan lupa vote, komentari, dan bagikan cerita ke teman-teman kalian yang lain. Salam manis dari author :)

PESONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang