09

1K 145 9
                                    

Tidak ada pertemuan diantara mereka. Tidak ada suara yang tertukar. Tidak ada tatapan yang tertuju. Dalam waktu dua puluh empat jam, mereka menjadi orang asing. Sejujurnya Nayeon tidak menginginkan hal seperti ini terjadi. Ia akui dirinya masih kesal dan marah karena kejadian semalam, namun ia juga tidak bisa menyalahkan keberadaan Yoongi disana. Dirinya sendiri lah yang memutuskan untuk mendatangi klub malam itu. Dirinya sendiri lah yang memutuskan untuk bersenang-senang sehingga mengundang cowok-cowok penjahat seksual. Dirinya, Im Nayeon, tidak bisa menyalahkan Min Yoongi yang tidak menolongnya.

Di saat Nayeon memutuskan untuk mengembalikan hubungan mereka, justru Yoongi yang menghindar. Memang bukan yang pertama kali, namun rasanya sama selalu menyakitkan. Nayeon tidak ingin liburannya, kenangannya, di Bangkok menyisakan memori tidak enak. Bukankah Nayeon pernah menyatakan bahwa Bangkok adalah cinta pertama? Maka kota ini sukses juga menjadi patah hati pertamanya.

Hari ini merupakan hari terakhir Yoongi berada di Bangkok. Cowok itu akan pulang lebih awal dari Nayeon karena pekerjaan. Sejak pagi Nayeon sudah menyaksikan Yoongi mengemaskan barang-barangnya dalam diam. Besok pagi-pagi sekali mungkin mereka sudah berpisah.

"Hey..." panggil Nayeon pelan. Namun Yoongi masih tidak mengindahkan panggilan tersebut. "Yoongi..." panggil Nayeon sekali lagi. Kali ini Yoongi menghentikan aktivitasnya, namun masih tidak menatap Nayeon.

"Apa kita bakal kayak gini terus? Sampe lo pergi?"

"Aku capek, banyak pikiran. Tujuan aku kesini buat kerja, bukan main-main."

Kalimat jahat Yoongi membuat Nayeon geram. Ia sudah berusaha untuk memperbaiki keadaan, bahkan mengubah pandangannya terhadap kelakukan Yoongi kemarin, tetap saja tidak ada perubahan.

"Oke."



###



"Oke."

Nayeon pergi. Cewek itu membanting pintu, membuat Yoongi mendengus lemah. Kembali ia mengemaskan barang-barangnya. Bukan salahnya. Nayeon lah yang lebih dulu memutuskan untuk ke Bangkok bersamanya. Ini bukan salahmu, Min Yoongi.

Harusnya Yoongi teguh pada kepercayaannya, namun sepertinya itu tidak berhasil. Karena jelas-jelas pekerjaannya menjadi kacau sejak tadi pagi. Beberapa kali Yoongi hilang fokus hanya karena memikirkan Nayeon dan pertengkaran mereka. Yang lebih parah lagi, ia hampir menjadi korban tabrakan karena bengong di tengah jalan. Singkatnya, Yoongi merasa bersalah. Ketika ia memutuskan pulang dan menemui Nayeon, cewek itu belum kembali hingga malam.

Belum selesai sampai disitu, Bambam mengajak Yoongi keluar sebagai perpisahan mereka sebelum Yoongi pergi besok pagi. Keluar yang di maksud adalah klub malam. Alkohol sebagai tanda perpisahan mereka. Walaupun Yoongi memiliki toleransi alkohol yang tinggi, biasanya ia tetap membatasi asupan terhadap minuman tersebut. Ia hanya tidak ingin terjadi hal-hal di luar perkiraannya.

Belum setengah jam Yoongi berada di klub malam, ia sudah di tinggal oleh Bambam yang pergi bersama seorang cewek.... atau cowok. Who knows? This is Thailand, everyone. Dirinya juga sudah di kunjungi oleh beberapa cewek (atau cowok. Once again, this is Thailand) yang sangat tidak menarik baginya.

Lantai dansa di penuhi sesak. Iringan bising musik menggema. Kilatan laser warna-warni memusingkan Yoongi. Ditambah alkohol yang di tegaknya, Yoongi tidak betah berlama-lama disini. Ia tidak menyukai suasana klub malam Bangkok. Yoongi bangkit dari duduknya, berdiri sebentar untuk mengecek apakah tipsy-nya ringan atau berat. Dirinya masih mampu berdiri tegak, maka Yoongi menyimpulkan bahwa ia hanya mengalami tipsy ringan. Ia bisa pergi dari klub malam ini sendirian. Terserah akan Bambam akan mencarinya atau tidak.

Dari tempat Yoongi berdiri, ia bisa melihat dengan jelas orang-orang yang berjoget di lantai dansa. Lalu ketika ia mulai berjalan, ia menangkap sosok yang begitu familiar. Im Nayeon, tentu saja. Cewek itu asik berjoget tanpa peduli seorang lelaki turut berjoget bersamanya.

Awalnya Yoongi tidak percaya. Mungkin itu hanya halusinasi dari alkohol yang ia tegak, tapi ia hanya tipsy, bukan mabuk. Beberapa kali Yoongi mengerjapkan kedua matanya, sosok Nayeon masih ada. Cewek itu benar-benar ada disini. Dan perbuatannya langsung membuat Yoongi memanas.

"For fucking's sake!" umpat Yoongi.

Yoongi berjalan kearah Nayeon, menarik cewek itu kasar. "Kamu ngapain disini!?" serunya sengit.

"Lo sendiri yang ngapain kesini!?" balas Nayeon tak kalah sengit.

"Kamu itu emang gak pernah kapok ya!"

"Lepasin! Gak usah peduliin gue! Gak usah peduliin gue kayak waktu itu!"

Sayangnya, Yoongi peduli. Ia lantas menarik Nayeon keluar dari klub malam, mencegat taksi dan membawanya pulang. Kemudian mengunci pintu agar Nayeon tidak bisa kabur. Dengan langkah lambat, Yoongi menghampiri Nayeon yang menangis. "Nay...."

"Gue udah bilang gak usah peduliin gue!" isak cewek itu dari balik telapak tangannya. Yoongi mengangguk halus. "Aku gak mau kamu kenapa-napa, Nay...." Lalu mengusap lembut rambut legam Nayeon.

"Gak kenapa-napa?!" Kali ini Yoongi bisa melihat wajah Nayeon yang memerah dengan mata yang sembab. "Gue hampir kenapa-napa dan lo gak peduli!"

Yoongi diam.

"Lo memang brengsek!"

"Aku bingung, Nay!" seru Yoongi tiba-tiba, menghentikan gerakan Nayeon yang hendak meraih kunci pintu yang tergeletak di samping televisi. "Aku terjebak sama perasaan aku sendiri. Apakah aku harus menginvasi ke dalam hidupmu atau tetap dalam hidupku sendiri. Jujur aja, perasaan aku ke kamu belum jelas. Aku bahkan gak tau perasaan apa yang aku rasain ke kamu. Karena itu, aku gak mau nyakitin kamu lebih dalam. Aku gak mau berlagak menjadi superhero buat kamu. Aku gak sepantas itu. Ya, aku memang brengsek. Aku gak mau perasaan kamu ke aku terlalu dalam karena aku gak bakal bisa ngasih kamu hal yang sama, akhirnya aku biarin kamu. Aku buat kamu dalam keadaan bahaya. Maafin aku. Aku tau aku salah. Kamu boleh tampar aku atau pukul aku sepuasnya. Aku memang sampah...."



###



Jika seharusnya Nayeon memukul cowok bernama Min Yoongi, justru cewek itu malah memberinya sebuah ciuman. Ciuman lembut pada bibir Yoongi.

"Nay, t-tunggu dulu...."

Yoongi kaget bukan main. Apa yang terjadi padanya bukan seperti yang ia perkirakan. Cowok itu menatap Nayeon bingung. "Kamu kok malah nyium aku—"

"Sshhh..." bisik Nayeon. Lalu kembali mencium Yoongi.

Bau alkohol menguar hebat dari Nayeon, membuat Yoongi percaya bahwa cewek itu sudah di bawah pengaruh alkohol. Semakin lama, Nayeon semakin mendorong tubuh Yoongi. Ciuman lembut kini telah berubah menjadi panas. Bahkan semakin liar. Nayeon yang berada di pangkuan Yoongi perlahan membuka kancing baju Yoongi.

"Nay, kita gak boleh—"

Nayeon menatap Yoongi sendu. Bibir cewek itu memerah. "Aku kedinginan...."

Kalimat tersebut bagai sebuah sambaran petir. Begitu Nayeon mengucapkan mantranya, maka keluarlah Min Yoongi yang sesungguhnya. Tidak butuh waktu lama bagi Yoongi untuk mengambil alih keadaan, memposisikan dirinya di atas Nayeon, melepaskan bajunya ataupun baju Nayeon dan mendominasi pergerakan.

Pada dasarnya, dua insan yang berada di bawah pengaruh alkohol akan mengalami fase ini. Minuman itu sesungguhnya memang jahat. Mungkin bagi sebagian orang, sex di bawah pengaruh alkohol tidak memiliki kepuasaan tersendiri. Tapi Yoongi tidak di bawah pengaruh alkohol, ia hanya tipsy. Dan ini bukan sex pertama bagi Yoongi. Cowok itu sudah tahu apa yang harus ia lakukan, terkecuali....




"Oh, shit! You're virgin!"




....sex with virgin.

Yoongi benar-benar merasa bersalah.

Married to Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang