"Nayeon, kan?"
Buru-buru Yoongi merapat pada kaca pintu demi memandang wujud cewek di seberang sana. "Bukan setan, kan?" pastinya lagi. Jujur saja, Yoongi sudah merinding karena membayangkan jika tiba-tiba sosok berwujud Nayeon ini membuka lebar-lebar mulutnya dan wajahnya berubah mengerikan seperti di film-film.
Cewek itu menggeleng kecil, masih dengan terisak, "Bukaaannn!" serunya. "Justru gue yang takut kalo lo setannya!" Nayeon terisak. Jika dilihat, tubuhnya sedikit bergetar ketakutan. Siapa yang tidak ketakutan jika terkunci gelap-gelap di lapangan basket?
"Kok kamu bisa di sana?!" Yoongi mencoba untuk membuka handel pintu, tapi terkunci. Keadaan di dalam yang gelap gulita dan hanya mendapatkan minim dari lampu jalan membuat Yoongi panik. Pasti Nayeon sangat ketakutan. "Pintunya dikunci. Coba lo cari satpamnya, tapi jangan jauh-jauh," kata Nayeon yang menempelkan pipinya pada kaca pintu pasrah. Bibirnya manyun dan melengkung ke bawah sedih. Jika saja Yoongi tidak panik, mungkin ia akan tertawa melihat wajah Nayeon yang kelihatan lucu dan Nayeon pasti akan tambah memanyunkan bibirnya, mungkin diiringi beberapa protes juga.
"Yaudah, kamu tunggu disini kalo gitu. Jangan keluyuran. Kalo bisa mepet sama pintu biar keliatan sama orang yang lewat."
"Siapa juga yang mau keluyuran disini? Ini aja udah ketakutan setengah mampus."
Yoongi berlari kecil menuju bawah pohon dimana sebelumnya terdapat sepeda motor. Benda tersebut masih ada tapi tidak ada satu orangpun. Mengitari sekitar dan bahkan berjalan sampai belakang gedung yang sama sekali tidak mendapat penerangan, Yoongi belum menemukan sang juru kunci. Tahu jika usahanya akan sia-sia, akhirnya Yoongi memutuskan kembali lagi pada Nayeon.
"Gak ada orang sama sekali," jelasnya pada Nayeon yang memandang penuh harap. Tentu saja hal itu menghancurkan harapan Nayeon. "Jadi gimana dong??? Masa gue kekunci sendirian disini semaleman???" isaknya kembali. Ia bersandar pada kaca pintu, kemudian menenggelamkan wajahnya diantara dua siku. Bahunya naik-turun. Nayeon menangis.
"Mau pulaaaanngggg!!!"
Mau tak mau Yoongi ikutan pasrah. Ia tak mungkin memecahkan kaca pintu yang tebal hanya dengan sebuah lemparan batu. "Shhh... jangan nangis. Aku yang temenin, oke?" hibur Yoongi, tapi tak mempan.
"Takut... Gue ngerasa kayak ada yang nyolekin terus..." ujar Nayeon.
"Cuman sugesti kok," sahut Yoongi. Berpikir sejenak, terlintas sebuah usul yang pada hakikatnya tidak akan Yoongi lakukan tapi karena cewek yang terkurung adalah cewek kesayangannya, maka Yoongi akan melakukan segala upaya. "Aku ikutan masuk ke dalem, ya?"
Wajah Nayeon terangkat begitu mendengar usulan Yoongi. Mata sembabnya semakin sembab dan memerah. "Ngapain? Lewat mana?"
"Temenin kamu biar gak ketakutan. Emang mau sendirian sampe pagi?" Nayeon langsung menggeleng cepat, membuat Yoongi tertawa kecil. "Aku tadi liat ada tangga. Aku bakal naik ke atas, biasanya ventilasi atas bisa dibuka."
Cowok itu kembali ke belakang gedung. Berbekal senter hape, Yoongi membawa tangga lipat yang cukup berat seorang diri. Memposisikan tangga pada tembok dan setelah memastikan bahwa tempat yang ia ambil stabil, Yoongi mulai menaiki tangga. Ujung tangga yang tidak mencapai atas tembok memaksa Yoongi harus bergelantungan sebentar sampai akhirnya berhasil menaiki tembok. Gedung olahraga sekaligus lapangan basket yang biasa Yoongi gunakan untuk latihan dulu memang tidak besar, tapi langit-langitnya cukup tinggi sehingga terlihat seperti dua lantai. Dengan mata sipitnya, Yoongi mencoba membuka ventilasi-ventilasi yang terdapat di beberapa undakan tembok. Sampai akhirnya ia menemukan ventilasi yang dapat dibuka, Yoongi tidak serta merta langsung meloncat turun. Ia mengintip dalam gedung berbekal cahaya bulan yang remang. Cukup tinggi dan jika ia nekad loncat, kemungkinan salah satu tulangnya akan say bye dan rumah sakit menyambutnya. Yoongi jadi ragu.
"Yoongi? Min Yoongi!" Gema seruan Nayeon terdengar.
Fuck.
"Yoongi! Lo mati, ya!?"
Kalau bukan untuk cewek ini, cewek-nya. Berdoa dalam hati dan pada hitungan ketiga Yoongi meloncat turun layaknya sedang bermain PUBG.
BRUKK!!!
DDUKK!!!
"AWWW!!!"
"Yoongi! Lo gak papa, kan?! Masih idup, kan?!" Nayeon berseru panik dari luar lapangan. Yoongi tidak menjawab karena cowok itu sibuk memegang pantatnya yang berhasil mendaratkan dirinya dengan sukses. "Yoongi, jawab dong! Jangan bikin takut deh!" seru Nayeon lagi.
"Im okay! Cuman patah tulang ekor aja!"
"HAH??!! SERIUSAN?!"
Cowok hobi bermain basket itu tersenyum geli. Berbekal cahaya samar bulan yang masuk melalui ventilasi dan bantuan sinar lampu dari ponselnya, Yoongi menghampiri Nayeon. Tangannya masih mengelus-elus pantat tipisnya yang masih terasa sakit. Tersisa tiga meter, Nayeon langsung menghampiri Yoongi dengan terburu-buru. Mukanya panik.
"Mana yang sakit? Parah banget, ya?" serbunya sambil mengecek seluruh tubuh Yoongi, apalagi pantatnya. "Mual gak? Pusing gak?"
Tawa Yoongi meledak ketika Nayeon benar-benar mempercayai omongannya barusan. "Kok malah ketawa? Boong, ya?" Cewek itu merenggut. Yoongi menggantikan tawanya menjadi sebuah senyum, kemudian mengelus rambut Nayeon yang sedikit berantakan. "Gampang banget percaya sama orang lain, ntar kena tipu gimana?"
"Ya, kan, gue panik. Namanya orang panik gak bisa mikir lagi!" elak Nayeon demi menutupi malunya. "Yaudah, trus kita ngapain nih? Nunggu sampe besok pagi?" tanya Nayeon seraya mengikuti gerak Yoongi yang duduk dan bersender pada dinding tak jauh dari pintu.
"Kenapa? Kamu mau nginep disini? Kalo aku sih..." Yoongi melirik Nayeon genit. Menggoda cewek itu. "Ngimpi!" sergah Nayeon cepat, lalu membuang muka. "Lho kenapa? Kan kita udah..."
"Min Yoongi!"
Kembali Yoongi tertawa. Entah mengapa dirinya menjadi cheesy begini. Dimatikan lampu ponselnya dan justru sibuk meng-scroll kontak, mencari-cari nama seseorang. "Semoga pulsa aku cukup ya buat nelfon Taehyung, suruh dia kesini cariin satpamnya. Hape kamu mana?"
Nayeon menunjukkan ponselnya pada Yoongi dengan ponsel yang menempel di telinga. "Abis baterai. Makanya tadi gue bingung harus ngapain karena gak bisa ngubungin siapapun. Akhirnya gue nangis, tapi untungnya lo tiba-tiba dateng," ujar cewek itu.
Untungnya. Kata itu cukup membuat Yoongi tersenyum samar. Dirinya merasa seperti superhero yang datang untuk menolong wanita yang dicintai. Walaupun sebenarnya hanya kebetulan.
"Eh, Nyet!" panggil Yoongi begitu panggilannya diangkat oleh Taehyung. Tanpa memberikan waktu untuk Taehyung protes karena permainan PUBG-nya terganggu, Yoongi menjelaskan secara singkat padat dan jelas yang berisikan bahwa Taehyung mutlak harus ke tempat ini dan mengeluarkan mereka bagaimanapun caranya. "...dah pokoknya gitu. Jangan banyak bacot ntar pulsa gue abis-Kan... udah gue bilang pulsanya abis." Yoongi menjauhkan ponsel dari telinganya. Menatap layar ponsel yang menampilkan pesan bahwa pulsanya sudah ludes. "Temen lo bakal kesini, kan?" Nayeon berusaha memastikan dan dibalas kedikkan singkat oleh Yoongi. "Semoga aja tuh anak ngerti tadi gue ngomong apa, soalnya otaknya rada belok sedikit."
Namun Nayeon masih menatap Yoongi, membuatnya Yoongi sedikit risih. Dan malu. "Ada apa ngeliatin begitu?" tanya Yoongi berusaha cuek, padahal jantungnya deg-degan.
Sedikit tarikan pada lengan bajunya, Yoongi berpaling lagi. Matanya bertemu dengan mata Nayeon, seakan ada sesuatu di dalamnya. Lalu Nayeon berucap,
"Lo beneran sayang sama gue?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Truth or Dare
FanfictionSemula hanya berawal dari kekesalan Nayeon terhadap tugas-tugas kuliah yang tak kunjung selesai, kedua orang tua cewek itu tahu bahwa Nayeon tidak pernah bersungguh-sungguh dengan penawaran yang dikatakannya. Namun saat sebuah kebetulan datang, Naye...