19

730 80 12
                                    

Berapa kali pun Nayeon mencoba untuk menutup mata, yang terlintas selalu kilasan kejadian menjijikan itu. Mengundang airmatanya untuk keluar. Membuatnya berantakan, walaupun ia memang akhirnya berantakan. Siapa sangka cowok yang ia sukai sejak dulu, cowok yang ia elu-elukan akan menjadi sumber bahagianya justru memutarbalikkan meja? Siapa yang sangka ciuman Daniel akan menjadi ciuman paling ia takuti?

Lagi-lagi mengusap airmata. Bahkan hidungnya sudah tersumbat sebelah dan harus dibantu bernafas melalui mulut. Bantal yang menopang wajahnya sudah basah dari tadi, melembabkan sebagian pipinya yang merah. Kenapa ia harus mengalami mimpi buruk seperti ini? Seharusnya ia ditunjukkan saja setan berwujud mengerikan daripada setan berwujud malaikat.

Pelukan dari tangan pucat mengerat. Rambutnya diusap lembut mengajak untuk tertidur. Hembusan samar terasa di kulitnya. Dari semua orang di dunia ini, Yoongi yang muncul. Dari semua pelukan yang pernah ia terima, pelukan Yoongi paling menenangkan. Dari semua orang yang pernah memberinya ciuman, Yoongi memenangkan posisi pertama. Dan dari semua hal jahat yang ia lakukan, Yoongi masih bersamanya.

"Shhh..." bisik Yoongi, berusaha menghibur Nayeon ketika ia lihat cewek itu masih menangis. Jemarinya diraih oleh Nayeon dan disatukan dengan milik cewek itu. Posisinya diturunkan sedikit sehingga cewek itu juga bisa menatapnya sendu. "Susah nafas. Gak bisa tidur..." ucap Nayeon sambil tersenyum samar.

"Iya orang kamunya nangis terus, jadinya susah nafas," tegur Yoongi yang disambut kekehan kecil Nayeon. "Abisnya keinget terus sih!" gerutu Nayeon sambil mengusap airmatanya yang jatuh lagi. Yoongi memandang takjub. Ia tahu cewek ini ketakutan setengah mati, tapi masih berusaha tersenyum untuk menutupi perasaannya. Nayeon cewek yang kuat namun Yoongi berharap dia bisa melepaskan perasaannya didepan Yoongi.

"Cuci muka aja yuk, biar seger!"

Nayeon mengangguk semangat. "Yuk! Sekalian gue mau buang ingus."

Yoongi tersenyum. Setidaknya cewek itu tidak terlalu bersedih lagi. Ia tuntun Nayeon ke toilet, begitu cermin hadir Nayeon langsung menjerit. "Gila!! Ancur banget muka gue!" histerisnya membuat tawa kecil Yoongi muncul. Buru-buru Nayeon basuh wajahnya dengan air sampai ia sedikit puas. Merasa sudah cukup terlihat baik, barulah Nayeon mengangkat wajahnya. Kedua mata yang membengkak, hidung merah, mata merah dan semburat merah dipipi. Juga, bekas merah dilehernya. Nayeon merasa jijik. Ia basuh kasar air di area tersebut yang justru semakin menambah merah. Tidak peduli yang penting jejak itu harus hilang.

"Nay..."

Kaos milik Yoongi yang Nayeon kenakan separuhnya sudah basah, tapi ia tidak peduli.

"Nay..."

"Im Nayeon!"

Yoongi hentikan basuhan kasar Nayeon. Cewek itu seperti kerasukan dan semakin memperparah bekas merah tersebut. Nafasnya terengah antara letih dan kesal. Mungkin keduanya. "It's okay..." bisik Yoongi lembut. Perlahan ia tutupi jejak tersebut dengan telapak tangannya. "Nanti akan hilang, okay?" ucapnya masih dengan lembut. Siapa yang tega memperlakukan cewek rapuh ini dengan tidak adil?

"Gimana kalo gak hilang?" Nayeon terdengar putus asa.

"Bakal hilang. Aku janji."

Nayeon diam cukup lama sampai ia anggukkan kepalanya kecil. Merasa situasi sudah cukup tenang, Yoongi usap halus rambut Nayeon yang basah sambil berkata, "Sekarang ganti baju ya, nanti kamu kedinginan." Kemudian mengecup lembut puncak kepala Nayeon.













###

Bekas tersebut memang tidak sepenuhnya hilang, ditambah basuhan kasar Nayeon kemarin malam. Akan tetapi Yoongi bersyukur bahwa Nayeon sudah tidak terlarut kesedihan lagi. Cewek itu sejak pagi, bahkan sebelum ia bangun, sudah sibuk memainkan PS4 miliknya.

"Good morning," sapa Yoongi seraya memeluk dari belakang.

"Eh, kok udah bangun?" balas Nayeon tanpa menoleh, masih fokus pada layar.

"Iya gara-gara ada yang teriak-teriak dari tadi pagi," sindir Yoongi sambil menjatuhkan diri disamping Nayeon. Cewek yang disindir hanya terkekeh. "Game ini seru banget tau!" girangnya. Yoongi pun ikut girang karena Nayeon sama sekali tidak terlihat sedih, terkecuali matanya yang bengkak saja. Lehernya juga ditutupi oleh kaos turtle neck Yoongi yang direquest kemarin malam.

Karena masih mengantuk, perlahan kedua mata Yoongi tertutup kembali. Toh ia pun sebenarnya bisa tidur dalam keadaan apapun. Namun saat Yoongi hendak terbang ke alam mimpi, ia dibangunkan oleh Nayeon. Begitu ia buka mata, Nayeon sudah menatapnya dengan cemberut.

"Jangan tidur," ucap cewek itu manja.

"Kenapa?" balas Yoongi setengah mengantuk.

"Gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong aja. Aku denger," ucap Yoongi dengan mata terpejam.

Melihat reaksi Yoongi, Nayeon langsung memeluk cowok itu dan menempelkan pipinya di dada Yoongi. "Gue mau minta maaf. Gue tahu semuanya salah. Gue—"

"Aku," potong Yoongi. "Kalo gue-nya diganti jadi aku kayaknya bakal enak didengar."

Nayeon menoleh pada Yoongi masih dengan wajah yang cemberut. Wajah yang Yoongi suka karena cewek itu terlihat menggemaskan. "Tapikan..." Nayeon ingin mengelak tapi ia menangkap sorot Yoongi yang menegaskan bahwa umpama 'gue' wajib diganti. Lagipula, sebenarnya ia gengsi saja kalau harus menggunakan aku-kamu pada Yoongi.

Menatap Yoongi sebentar hanya untuk menyakinkan diri sendiri, Nayeon akhirnya mengalah. "Aku minta maaf..." lirihnya dan langsung menenggelamkan lagi wajahnya pada dada Yoongi. "Maaf untuk apa?" tanya Yoongi, yang memang sengaja karena hanya ingin menggoda Nayeon.

"Untuk semuanyaaaa....." teriak Nayeon yang mengendap oleh dada Yoongi. "Aku salah. Aku jahatin kamu. Aku memang jahat. Aku brengsek. Sedangkan kamu masih aja mau nolongin aku, ada buat aku. Kenapa sih kamu itu gak ngertiiiiii????" Nayeon berteriak frustasi demi menutupi kegugupan dan malunya. Ia sadar bahwa selama ini Yoongilah yang paling dirugikan. Ia manfaatkan kehadiran cowok itu untuk kesenangan semata. Nayeon tahu ia salah, bahkan sejak kemarin malam ia terus memikirkan hal tersebut. Ada perasaan ganjal ketika terakhir kali insiden mereka terjebak di gedung olahraga.

"Itu doang?"

"Memangnya apa lagi?" tanya Nayeon sambil memanyunkan bibirnya. Yoongi hanya menaikkan kedua alisnya menyatakan bahwa ia tidak ingin memberi clue. Selanjutnya harus Nayeon yang memikirkan. "Apa ya?... Ah, soalnya tape-nya..." ucapan Nayeon berhenti karena ia malu untuk membahas hal tersebut, namun ternyata itu yang ditunggu oleh Yoongi.

Nayeon melepas pelukan pada Yoongi dan menegakkan badannya. "Tape-nya masih ada sama aku, belum aku kasih ke siapapun. Dan maaf udah rekam tanpa seizin kamu..."

Senyum Yoongi terutas. Manis sekali. "Makasih udah mau simpen tape-nya. Maaf juga ya waktu itu aku hampir kelepasan karena emosi..." Jemari Yoongi menyisir lembut surai Nayeon. "Sekarang kita hancurin aja ya tape-nya. Takutnya jadi boomerang buat kamu dan aku. Aku juga gak mau ada hal begituan diantara kita." Nayeon mengangguk setuju.

Untuk kedua kalinya, Nayeon berikan ciuman pada bibir Yoongi. Kali ini tidak ada alkohol diantara mereka. Hanya sebuah perasaan aneh yang cuman bisa disalurkan lewat sentuhan fisik. Ini tidak terlalu cepat, mereka sudah saling mengenal bahkan lebih dari mengenal. Perasaan itu sudah ada sejak awal namun selalu ditepis oleh Nayeon. Dan Nayeon tidak ingin mengulangi insiden yang sama, jadi ia putuskan bahwa pilihannya hanya satu. Yoongi.

Yoongi bisa gila karena merindukan cewek ini. Banyak yang mengatakannya bodoh karena masih berdiri di tempat yang sama, tapi jauh di dalam hatinya ia tahu Nayeon akan kembali. Ia hanya perlu menunggu sedikit lama.

Ciuman berubah menjadi cumbu. Dan cumbu berubah menjadi hal yang terlarang.

"Aku mau kamu hapus semuanya. Semua yang masih tersisa. Aku gak mau orang lain. Aku mau kamu, Yoongi..." bisik Nayeon disela ciuman mereka berakhir. Keduanya saling berburu oksigen setelah kontak fisik yang hebat.

Ujung bibir Yoongi terangkat. "Tapi kali ini gak direkam, ya?"

"Yoongi!"

Married to Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang