03

1.2K 179 22
                                        

Ditertawakan oleh sahabat-sahabatnya memang membuat Yoongi naik darah. Terutama pada dua manusia yang membocorkan seluruh kejadian yang menimpa dirinya kurang dari dua puluh empat jam. Yoongi tak habis pikir, malah tidak dapat berpikir mengapa ia harus menyetujui kesepatakan aneh yang ia lakukan dengan Papa Nayeon.

Matanya melirik tajam pada Seokjin yang terkikik. Untung saja cowok itu lebih tua darinya, jika tidak maka dialah orang pertama yang mendapat bogeman dari Yoongi. "Jadi, akhirnya lo harus pura-pura pedekate sama tuh cewek.... Siapa namanya? Jihyun?"

"Nayeon," jawab Yoongi dingin. "Nah, itu! Emang lo tau dia anaknya yang mana? Kuliah dimana?" sambung Seokjin lagi. Yoongi tidak akan menjawab atau ia akan kembali ditertawakan. Jelas saja Yoongi tahu siapa itu Nayeon dan seluruh seluk beluknya. Papa Nayeon yang memberitahunya secara langsung beserta kontak dan seluruh social media yang Nayeon miliki. Yoongi merasa bahwa ia sedang menjalankan masa ta'aruf dengan cewek bernama Nayeon ini.

"Tauk nih! Gimana mau pedekate kalo orangnya aja gak tau yang mana," cetus Taehyung yang langsung mendapat tatapan tajam Min Yoongi. Cowok itu langsung cengengesan seperti biasanya dan menyadari bahwa ia hampir membangunkan singa yang tertidur. Apalagi ia salah satu oknum pengember kejadian malang Yoongi kepada yang lainnya, jadi jika ia benar-benar membangunkan singa yang tertidur, maka singa itu tak akan segan untuk menerkamnya hingga mati.

Yoongi merutuk dalam hati. Siapa yang tidak bisa melupakan wajah seseorang yang ia permainkan? Maksudnya, bagaimana mungkin bisa ia melupakan wajah Nayeon yang kemarin ia 'lamar'? Yoongi bukan termasuk cowok playboy atau arogan, walaupun berwatak dingin dan cuek, Yoongi sangat merasa tidak enak dengan kejadian 'lamaran' itu. Dan sekarang ia akan mempermainkan Nayeon lagi dengan kesepakatan yang terjadi.

Seharusnya Yoongi tahu sejak awal permainan truth or dare sangat terlarang baginya. Semua yang diberikan oleh permainan itu hanya membawa sial. Ia benar-benar harus berhenti memainkan permainan itu.

"Ajarin dia dong, Bang! Cara untuk pedekate sama cewek. Kayak lo waktu itu pedekate sama cewek paling cantik se-fakultas hukum, Kak Irene. Bang Yoongi kan buta cewek!" celetuk Hoseok. Seokjin langsung manggut-manggut bangga. "Bener juga kata lo. Bisa-bisa tuh cewek tau lagi kalo Yoongi cuman pura-pura pedekate. Oke, gue bakal ajarin lo jurus-jurus pedekate yang benar!" sambung Seokjin.

Lelaki yang sejak tadi menjadi objek bully-an terkekeh remeh. "Itu pujian apa hinaan?" ledeknya pada Seokjin. Sayangnya Seokjin sedikit bermuka badak. Ia malah terus mengucapkan teknik-teknik pendekatan yang ia miliki.

"Pertama, jangan ada gue-elo. Walaupun si cewek terus pake gue-elo, lo tetep harus konsisten pake aku-kamu. Kekonsistenan itu bakal bikin nilai plus bagi para cewek."

"Saya-Anda, boleh?"

"Sekalian aja Hamba-Paduka." Hoseok dan Taehyung saling cengengesan setelah saling sahut-menyahut, namun kedua langsung bungkam saat Seokjin menatap dengan tatapan tajam.

"Kedua, lo harus bisa bikin si cewek merasa spesial. Lo boleh cuek sama orang lain, tapi lo ga boleh cuek sama dia. Lo boleh gak humoris sama orang lain, tapi lo harus humoris sama dia. Pokoknya lo harus bikin dia ngerasa spesial."

"Lha, kalo yang humoris kayak kita-kita gimana, Bang?" celetuk Taehyung lagi. "Ya lo pikir aja sendiri apa yang bisa bikin si cewek ngerasa spesial. Lagian lu bedua kagak usah motong kalo gue lagi ngasih nasihat!" sewot Seokjin.

Yoongi tersenyum geli. Sambil bangkit dari duduknya, ia berkata, "Gue ga perlu nasihat kayak begituan, Bang. Gue mau jadi diri gue sendiri." Diambilnya jaket yang tergantung di tangan kursi. ia menyalakan ponselnya hanya untuk melihat waktu. Pukul setengah empat. Sudah waktunya kelas bubar. Yoongi harus menyambangi kelas tersebut.

Married to Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang