Berjalan dengan sepatu hitamnya, Yoongi berdiri didepan pintu keberangkatan. Tangannya terulur ke belakang untuk menyambut koper yang tidak berada ditangannya. Lalu Taehyung dengan wajah sebal menyerahkan koper milik Yoongi yang ia bawa setelah cowok itu mendapat satu perintah telak "bawain koper gue!"
"Thanks dah mau nganterin gue ke bandara. Dah cepetan balik lu sono!" ucap Yoongi dengan setengah hati, tapi sebenarnya cowok itu tidak bermaksud demikian.
Taehyung mendecih kesal. "Baik dikit napa. Udah capek-capek gue anterin juga!" balasnya. Yoongi hanya menjulurkan tangannya seraya mengucapkan 'hus hus' pada Taehyung, menyuruh cowok itu pergi seperti kucing. "Cewek lo tau lo pergi ke Bangkok?" tanya Taehyung yang masih belum berpindah dari posisinya.
"Gak."
Yoongi langsung pergi setelah mengeluarkan sebuah jawaban singkat. Taehyung hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan Yoongi.
Sambil menarik kopernya, Yoongi memasuki pintu keberangkatan, mengantri untuk pemeriksaan sambil merogoh sakunya untuk mengambil tiket dan paspor. Karena terlalu sibuk mencari paspornya, secara tidak sengaja Yoongi menyikut keras orang didepannya.
"Aduuuhhh!! Siapa sih—"
Orang itu menoleh pada Yoongi dan Yoongi juga ikut menatapnya.
Mereka berdua terdiam.
"HEH MIN YOONGI!!!"
Anjir anjir.
"Mau kemana lo?!"
"Sini gue liat tiket lo!"
"Ngapain lo pergi ke Bangkok gak bilang-bilang gue, hah!?"
"Lo mau selingkuh ya!?"
"Mbak, tolong silahkan maju," potong petugas bandara.
Mbak-mbak yang bernama Im Nayeon itu langsung maju dengan muka masam. Tangannya masih memegang paspor dan tiket milik Yoongi. Seusai pemeriksaan, Nayeon menunggu dengan berkacak pinggang bak seorang istri yang memergoki suaminya bersama seorang pelakor.
Dengan terpaksa Yoongi menghampiri Nayeon walaupun sebenarnya cowok itu sudah kepingin ngibrit. "Balikin tiket aku," pinta Yoongi seraya hendak mengambil kembali barang ditangan Nayeon sebelum cewek itu menarik tangannya menjauh.
"Bisa-bisanya ya lo ke Bangkok gak bilang-bilang gue," sindir Nayeon. Yoongi menghembuskan nafas panjang, "Lha kamu sendiri mau pergi gak bilang-bilang aku," balasnya tak mau kalah.
"Emangnya kalo gue bilang mau pergi, lo bakal ngasih tau gue juga lo mau ke Bangkok? Udah begini aja baru nyari alesan. Kalo gak ketemu disini pasti udah gak ada kabar sama sekali. Mau ngapain lo ke Bangkok? Selingkuh? Nyari banci?"
"Ngapain aku nyari banci jauh-jauh ke Bangkok, di pengkolan juga banyak!" keki Yoongi.
"Tuhkan bener! Pasti lo nyari banci, kan?!"
"Aku ada kerjaan disana, Nayeon. Sini balikin tiket aku. Aku harus udah check in."
Nayeon diam. Merajuk.
"Lo gak nanya gitu gue mau pergi kemana? Emangnya lo gak penasaran?" cicitnya. Nayeon hanyalah seorang cewek yang butuh perhatian. Tapi Yoongi tidak ada perhatian sama sekali. Maka dari itu terpaksa ia harus berterus terang meminta perhatian Yoongi.
"Memangnya kamu mau kemana?" tanya Yoongi setengah hati, tidak ikhlas dan hanya demi Nayeon mengembalikan tiketnya.
Nayeon semakin cemberut mendengar pertanyaan tak niat dari Yoongi. "Jepang," jawabnya singkat.
"Jam berapa penerbangannya?"
"Jam tiga sore, tapi gak jadi."
"Kok gak jadi?"
"Gue gak jadi ke Jepang. Gue bakal ke Bangkok."
Mata Yoongi langsung melotot. "Lha lha ngapain kamu ikut-ikutan ke Bangkok juga?!"
"Gue mau gangguin lo disana!"
Anjeng.
###
"Aku boleh nyium kamu?"
Nayeon diam. Agak shock sebenarnya. Apalagi Yoongi berbicara dengan suara berat dan manly-nya, bikin deg-degan.
"Gak boleh. Kita belum ada status." Nayeon berusaha untuk bersuara sekeras mungkin ditengah jantungnya yang berdetak kencang walaupun pada akhirnya hanya terdengar seperti sebuah gumaman.
"Kenapa? Kamu kan calon istriku."
"Bukan status itu. Menurut gue gak adil aja kita tiba-tiba punya hubungan yang serius sedangkan kita aja baru kenal. Gak bisa secepat itu."
"Yaudah kalo gitu kita pacaran aja dulu...."
Yoongi menatap jamnya untuk yang kesekian kali. Entah sudah berapa lama ia berdiri didepan pintu kedatangan, menunggu Nayeon keluar dari sana namun cewek itu tak kunjung muncul. Bahkan teman yang datang menjemputnya telah menyerah dan memutuskan untuk menunggu didalam mobil saja.
Jika Nayeon mengatakan bahwa ia akan menganggu Yoongi, maka gadis itu sudah membuktikan perkataannya kurang dari dua puluh empat jam. Setelah membatalkan penerbangan ke Jepangnya secara cuma-cuma, kemudian memilih berangkat ke Bangkok dengan jam penerbangan yang berbeda dengan Yoongi dan sekarang Yoongi harus menunggunya diluar bandara selama berjam-jam. Inilah salah satu alasan mengapa Yoongi menyesal telah mengajak Nayeon berpacaran tempo hari. Ia selalu dibuat repot, berbeda dengan kepribadiannya. Pacaran iya, ciuman tidak dapat. Shit.
Tiga puluh menit kemudian, orang yang ditunggu akhirnya muncul. Dengan wajah berbunga-bunga, Nayeon menghampiri Yoongi yang berwajah bete. "Tadi lama banget di imigrasi. Kaki gue sampe pegel-pegel," keluh Nayeon. Dalam hati Yoongi ikut mengeluh kakinya yang juga pegal karena cewek ini.
Mereka langsung bergegas menuju mobil teman Yoongi. "Ini yang ditunggu-tunggu dari tadi sama Bang Yoongi? Kenalin, gue Bambam, temennya Bang Yoongi." Cowok kurus itu menyodorkan tangannya pada Nayeon yang langsung dibalas hangat oleh Nayeon.
"Im Nayeon."
"Masuk yuk! Kita langsung jalan ke penginapan biar cepet istirahat."
Perjalanan di Bangkok tidak seburuk yang Nayeon pikir, selain bahwa kota ini tidak bersalju seperti Tokyo pada hari ini. Toh, tidak ada salahnya jika tahun ini ia tidak ke Jepang. Bangkok juga menyenangkan.
Mobil berhenti didepan sebuah penginapan sederhana. "Sebelumnya gue minta maaf nih karena gue kira Bang Yoongi bakal dateng sendiri, jadi gue mesenin kamar yang single bed. Dan pas gue cek tadi di bandara, semua kamar lainnya udah penuh berhubung ini juga lagi musim liburan. Atau mau ke penginapan yang lain aja?" ujar Bambam.
Yoongi menggeleng. "Selow aja, man. Lagian bentar lagi kita ada meeting, jadi gak punya waktu buat nyari lagi."
Kepala Bambam terangguk kecil. "Oke deh. Kalo gitu gue tunggu di café depan ya. Kalo lo udah selesai, langsung temuin gue kesana aja." Bambam langsung pergi setelah mengucapkan hal tersebut. Yoongi meraih kopernya dan membawa masuk ke dalam kamar yang telah lebih dulu menerima Nayeon sebagai penghuni pertamanya. Cewek itu sibuk mengecek isi kopernya sedangkan Yoongi hanya meletakkan barangnya begitu saja. Yang Yoongi lakukan adalah mengecek kamar mandi, lemari dan kenyamanan kasur untuk ditiduri. Cowok itu termasuk pemilih walaupun ia dapat tidur dimana saja.
"Yoongi..."
"Hm?"
"Kayaknya gue harus minjem baju lo."
"Kenapa?"
"Kan gue niat awal mau ke Jepang, jadi gue persiapannya baju musim dingin buat disana. Sedangkan disini kan panas, mana mungkin gue pake baju tebel-tebel begitu," jelas Nayeon.
Yoongi manggut-manggut mengerti. "Oh, yaudah kalo gitu. Hari ini aku ada meeting, jadi kayaknya besok baru bisa beli baju." Balik Nayeon yang mengangguk. "Aku pergi, ya. Kamu gapapa kan kalo ditinggal sendirian?" Dan hanya dibalas isyarat OK dari Nayeon yang sibuk memainkan ponselnya.
Jika saja Yoongi tahu keputusannya meminjamkan baju pada Nayeon merupakan sebuah masalah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Truth or Dare
FanficSemula hanya berawal dari kekesalan Nayeon terhadap tugas-tugas kuliah yang tak kunjung selesai, kedua orang tua cewek itu tahu bahwa Nayeon tidak pernah bersungguh-sungguh dengan penawaran yang dikatakannya. Namun saat sebuah kebetulan datang, Naye...