Kedua kakinya berdiri tepat dipinggir garis. Tangannya berpegang pada sesuatu. Nafasnya memburu, bahkan dari pelipisnya menetes sedikit air. Wajahnya tak berekpresi tetapi pandangannya lurus. Menusuk hingga ulu hati. Keramaian yang membabi-buta tak ia hiraukan. Teriakan-teriakan yang terdengar jelas ditelinganya ia tulikan. Ia hanya fokus pada satu orang. Didepan matanya, berdiri dihadapannya. Mereka saling bertukar pandang namun tidak ada yang bersuara. Ekspresi yang muncul dari keduanya sangat tidak ramah. Bahkan terkesan saling mengejek. Tak ayal, pasti telah terjadi pertengkaran diantara keduanya.
Hujan semakin deras. Angin semakin bertiup. Sesuai dengan ramalan cuaca kemarin, hari ini akan terjadi badai. Yoongi menggemerutkkan giginya. Dengan angin kencang dan baju tipis yang ia kenakan, ia pasti akan masuk angin jika terus berdiri di tempatnya.
"Kalo lo gak jalan kesini, gue yang jalan duluan," kata Yoongi datar. Terdengar kekehan remeh dari ponsel yang tertempel ditelinganya. "Ogah!" jawab Nayeon dengan suara cablak.
"Yaudah gue doain lo terbang dibawa badai. Bye!"
"Nanti dedek jinyoung basah!" sahut Nayeon buru-buru. Yoongi langsung menunjukkan wajah kagetnya. "Lebay banget sih kamu, itukan cuman poster biasa. Kalo basah juga nanti bisa beli lagi." Cowok itu berdecak sebal.
Raut wajah Nayeon langsung berubah. Sepertinya Yoongi belum mengetahui jika penggemar kpop tidak akan terima jika idolanya terancam bahaya, walaupun hanya poster semata. Jangankan poster, foto preview dari masternim yang masih buram dan gelap saja dijaga baik-baik. Dasar lelaki tidak pengertian.
"Ya lo nya yang kesini. Ini ujan gede dan lo yang bawa payung, bukan gue," sungut Nayeon lagi.
"Ya Tuhan, Im Nayeon, kamu tinggal nyebrang lima detik udah sampai. Kalo lari cuman dua detik. Ini jalan gak selebar jalan tol kali," balas Yoongi.
"Yaudah lo yang lari kesini."
"Sendal aku sendal hotel, Nay. Yang ada malah nanti aku kepleset."
"Yaudah...."
"Iya iya aku yang samperin kamu!"
Yoongi memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana piyamanya dengan kesal. Sambil berjalan pelan-pelan dan berusaha untuk tidak menginjak daerah yang licin, Yoongi sampai dihadapan Nayeon yang tersenyum tengil. Ini bahkan belum jam enam pagi, tapi ia sudah stress setengah mati. Ia dibangunkan jam dua malam, kalang kabut mencari cewek ini, menjemputnya di bandara yang tiba-tiba turun hujan deras jadi ia berbalik lagi ke mobil untuk mengambil payung, lalu ia juga harus mempertahakan diri dari kerumunan cewek-cewek kpopers yang berlarian mencari tempat untuk berteduh bahkan sempat ada yang menghampiri payungnya dan mengiranya sebagai ojek payung, dan saat ia hanya meminta cewek itu untuk menyebrang jalan karena ia tidak ingin terpleset di bandara internasional, ia mengalah lagi.
Nayeon langsung mengapit lengan Yoongi. "Yuk jalan!"
Yuk jalan yuk jalan, dasar traitor!
"Kenapa lagi? Cepet nyalain mobilnya, gue ngantuk!"
Yoongi masih diam sambil melipat kedua tangannya. Ia merajuk. Ia ingin cewek disebelahnya ini meminta maaf atas perbuataanya yang sudah membuat kehidupan Yonggi tidak tenang. Ia juga ingin mendengar ucapan terima kasih atas usahanya sejauh ini demi menjemput seorang kpopers hardcore.
"Woi, Min Yoongi!"
"Minta maaf ke aku."
"Hah? Buat apa?"
Kepala Yoongi tertoleh pada Nayeon. "Buat semua kelakukan kamu yang kpopers fanatik dan menganggu hidup aku," tegasnya.
Kening Nayeon berkerut. "Gue kan gak minta lo jemput atau apapun. Lo nya aja yang tiba-tiba nelfon sambil marah-marah," balas Nayeon tak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Truth or Dare
FanfictionSemula hanya berawal dari kekesalan Nayeon terhadap tugas-tugas kuliah yang tak kunjung selesai, kedua orang tua cewek itu tahu bahwa Nayeon tidak pernah bersungguh-sungguh dengan penawaran yang dikatakannya. Namun saat sebuah kebetulan datang, Naye...