TIGA

170 20 4
                                    

BAB 03
[Blushing]

"Haohao, kami pulang dulu, ya!" seru Zhengting gemas dan mencubit pipi Zhenghao sekali sebelum menyusul teman-temannya yang lain yang meninggalkannya. "Hei tunggu dulu!"

Di perjalanan semuanya mengobrol. Tapi Justin tidak terlalu serius mengobrol karena ia masih memikirkan perempuan yang ia temui tadi dan berharap hari cepat berlalu supaya ia bisa bertemu perempuan itu lagi. Ia benar-benar penasaran, sebenarnya kenapa perempuan it—

"Justin!"

"E-eh?" Justin merasakan tubuhnya tertarik ke belakang dan sesaat setelah dia menabrak tubuh-entah-siapa, sebuah mobil melaju melewatinya.

"Kenapa melamun?" tanya Zhangjing galak sembari bertolak pinggang.

"Kau kenapa?" Itu suara Chengcheng yang ada di sampingnya.

Justin melihat sekelilingnya dan tidak menemukan Xiao Gui maupun Linong, kemudian melihat di mana dia sekarang. Sudah lumayan jauh dari rumah Zhenghao yang berarti Xiao Gui, Quanzhe, dan Linong sudah duluan karena mereka tidak tinggal di perumahan yang sama dengannya.

Kemudian ia kembali menatap tiga orang yang masih menatapnya dengan pandangan bertanya. "Aku tidak apa-apa. Maaf sudah merepotkan," ujarnya sambil membungkuk meminta maaf.

"Kalau berjalan jangan bengong, apalagi di tempat seperti ini. Berbahaya, bisa-bisa aku dibunuh orangtuamu kalau kau kenapa-kenapa," ucap Zhengting tersenyum di akhir kalimat dan merangkul Justin gemas. "Jangan begitu lagi. Dengar?"

Patuh, Justin mengangguk.

Setelahnya, mereka berempat berpisah. Zhangjing dan Zhengting pergi untuk bekerja karena tempat merja mereka satu arah, sedangkan Justin dan Chengcheng pergi ke arah sebaliknya. Tidak jauh lagi mereka sampai di komplek perumahan yang mereka tinggali.

Di tengah perjalanan menuju rumah masing-masing, ada saja yang mereka obrolkan. Mulai dari pekerjaan rumah masing-masing, sampai ke siapa pemilik kucing yang sering datang ke rumah Chengcheng untuk mencuri makan.

"Aku yakin kucing itu milik Kunkun-ge!" seru Chengcheng benar-benar percaya diri.

Sedangkan Justin yang berjalan di sebelahnya menggeleng cepat. "Kunkun-ge nggak pernah keliatan main kucing! Itu pasti punya Liyan-jie. Aku yakin itu," balas Justin tidak kalah percaya diri seperti Chengcheng.

Sebenarnya tidak penting juga, sih, memperdebatkan hal seperti itu. Mereka sadar. Tapi masalahnya, Chengcheng selalu mengomel saat mereka berangkat sekolah dan menuduh Justin pemilik kucing itu.

Makanya, daripada Justin disalah-salahkan terus, mereka mencari tau siapa pemilik kucing itu sebenarnya.

Chengcheng menjitak kepala Justin. "Liyan alergi bulu kucing, tau!"

Justin memegangi kepalanya yang sakit dan mendelik pada Chengcheng. "Dari mana kau tau?"

Pertanyaan itu membungkam Chengcheng telak. Laki-laki bermarga Fan itu menelan ludahnya gugup dan tidak mau menatap tetangganya yang nakal yang saat ini sedang menatapnya penasaran.

Justin tersenyum lebar yang malah terlihat seperti senyuman jahil. "Hayooo dari mana kau tau itu? Liyan-jie kan tidak pernah memberitahu kalau dia alergi bulu kucing," tanyanya tidak lupa dengan alis yang naik-turun lucu.

Wajah Chengcheng memerah. Ia menggeser Justin yang menghalangi jalannya dengan cara mendorong kepala anak nakal itu ke samping, sampai mau terjatuh.

"Pergi sana!" teriaknya sembari meninggalkan Justin dengan langkah lebar.

Justin tertawa karena berhasil menggoda tetangganya yang lebih tua dari dirinya itu. Kemudian ia mengejarnya dan lompat merangkul Chengcheng sampai-sampai mereka hampir tersungkur.

"Kau itu nakal sekali. Pantas saja mamamu marah-marah terus setiap saat."

Justin tidak menanggapi dan malah berlari setelah menjulurkan lidah karena mereka sudah memasuki kawasan kompleks.[]

a.n
em—hai? apa ada yang menyukai cerita ini?

2018 June 14

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang