Because You: 14

4 2 0
                                    

Gulian dkk sekarang sedang ngumpul di cafe dekat sekolahnya, terkecuali Galih yang sepertinya menjauh dari mereka karena Gulian pacaran dengan adiknya.

Rayn menghembuskan asap rokoknya ke atas sambil menatap selidik ke arah Gulian yang sedang memainkan ponselnya.

"Eh, dikit lagi jalan tiga bulan nih, lo gak lupa kan sama permainan kita? " Tanya Adib menatap Gulian.

"Iyah gue gak lupa kok. " Jawab Gulian sambil senyum-senyum menatap ponselnya.

Yogi yang ada disampingnya langsung mengintip ke layar ponsel Gulian.

"Cie.... Lagi ngestalk Ig siapa tuh? " Tanya Yogi genit.

"Ini Eriska adeknya Galih, lo pada inget kan? " Tanya Gulian sembari memperlihatkan ponselnya ke arah Yogi.

"Wish... Gila lo, udah pacarin kakaknya sekarang malah mau embat adeknya juga. " Sahut Adib.

Rayn menyipitkan matanya ke arah Gulian.

"Kan udah gue bilang kalo gue gak suka sama Kia dan cuma suka sama Eriska. " Ucap Gulian senyum-senyum.

Rayn jadi teringat akan kejadian tadi pas istirahat dimana dia melihat Kia menangis sendirian di taman belakang sekolah.

Rayn jadi berfikiran kalau Gulian lah penyebab tangisan Kia.

'Gua udah bilang sama lo, jangan terima Gulian kan, Kia. ' Batin Rayn.

"Boleh juga taktik lo. " Sahut Yogi.

Rayn langsung memakai jaketnya dan pergi berlalu dari sana tanpa pamit.

"Kenapa Rayn? " Tanya Adib heran.

"Entah. " Jawab Yogi.

💖💖💖

Kia menangis sesegukan sambil menatap foto Gulian di ponselnya.

Sudah sejak pulang sekolah tadi Kia tidak keluar kamar hanya karena dia melihat Gulian bercanda gurau dengan wanita lain didepannya.

Dan yang paling Kia tersakiti adalah ucapan Gulian tadi siang.

"Gulian itu siapa si dari tadi kok ngeliat ke arah lo terus? " Tanya Sindi.

"Mungkin aja fans gue, udahlah gak usah dihiraukan, yuk jalan, " jawab Gulian sambil merangkul Sindi di depan Kia.

"Kenapa kak lu hancurin semuanya... Kenapa.... " teriak Kia sambil memukul-mukul guling.

"Kak, apa cuma aku yang ngerasain rasa ini sendirian? Apa kakak hanya ingin mempermainkan aku yang sudah mempercayai semuanya pada kakak? " Tanya Kia sambil tertawa pahit.

Tok... Tok... Tok....

Ketukan di kaca kamar Kia membuat dia diam sejenak dari tangisnya.

Kia melangkah untuk membuka pintu balkon kamarnya.

Rayn langsung menarik Kia ke dalam dekapannya.

Kia membalas pelukan Rayn dengan erat dan menangis sesegukan.

Rayn mengusap lembut pundak Kia agar membuatnya sedikit tenang.

"Nangis yang kenceng biar lo rileks, " ucap Rayn lembut sesekali mencium pucuk kepala Kia.

Kia menangis dalam dekapan Rayn, masa bodo dengan imagenya yang selama ini ketus dan jutek padanya.

Tanpa mereka sadari dari lantai bawah Eriska memandangi mereka tak suka.

"Apa yang lu bilang bullshit Kak Kia. " Gumam Eriska lalu masuk ke dalam rumah.

Setelah lama menangis di dekapan Rayn, Kia mengurai pelukannya dan menghapus bekas air matanya.

Rayn memegang kedua bahu Kia sambil tersenyum tipis.

"Udah gua bilang jangan terima cinta Gulian, kenapa lo masih batu banget si? " Tanya Rayn lembut.

Kia menundukkan kepalanya tak berani menatap Rayn.

"Hiks... Maafin... G-gue... Kak. " Ucap Kia di sisa tangisnya.

Rayn kembali mendekap wanita yang dia sayangi setelah mamanya.

Rayn menaruh kepalanya di pucuk kepala Kia sambil mengelus pundaknya.

Kia merasakan nyaman dipelukan Rayn, baru kali ini dia seperti ini.

"Ya, gua emang bukan Gulian yang lo cinta, tapi gua Rayn yang akan selalu ngejaga lo dari hal apapun. " Ucap Rayn tulus.

Kia tersenyum tipis mendengar perkataan Rayn.

'Makasih kak. ' Batin Kia.
































Minal aidzin wal faidzin gaes...
Bakal lanjut terus kok ceritanya walaupun enggak ada yang baca, huhuhu:"(

Because YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang