Because You: 20

4 0 0
                                    

Rizka dkk kini duduk masing-masing dibangkunya sambil menunggu kedatangan Kia.

Sejak kemarin pesan maupun telefon dari mereka berempat tidak sama sekali dibalas ataupun diangkat oleh Kia.

"Gue jadi khawatir sama Kia. " Ucap Lesti.

"Kita semua juga khawatir kali, Les. " Sahut Dewi.

"Coba deh telfon lagi, " ucap Rizka menyenggol lengan Sasa.

Sasa mengangguk dan langsung menghubungi Kia.

"Sama aja, kagak diangkat. " Ucap Sasa cemas.

"Perasaan gue kok jadi gak enak yah, " ucap Rizka sambil mengelus tengkuknya.

"Gimana kalo kita tanya aja sama adeknya pasti dia tahu. " Ucap Dewi.

"Tumben otak lo jalan, yaudah kuy ke kelasnya, " ucap Sasa sambil berjalan keluar kelas diikuti oleh mereka bertiga.

Sesampainya disana mereka mencari keberadaan Eriska.

"Eh dek lihat Eriska gak? " Tanya Rizka pada Meli.

"Kayaknya belum dateng kak. " Jawab Meli.

Rizka menghembuskan nafasnya kasar.

"Oh yaudah dek makasih yah. " Ucap Lesti.

Meli mengangguk dan langsung berjalan menuju bangkunya.

"Terus gimana dong? " Tanya Sasa.

"Masa iya kita harus tanyain abangnya? " Tanya Rizka balik.

"Itu lebih baik. " Jawab Lesti cepat.

Dewi menatap Lesti dengan senyuman jahilnya.

"Cepet banget jawabnya. " Sahut Dewi.

"Eh apaan enggak ah. " Ucap Lesti salah tingkah.

"Eh guys... Ada yang berantem tuh di lapangan... " teriak Dendi temannya Eriska.

Mereka berempat pun langsung berlari menuju lapangan diikuti oleh adik kelas yang lainnya.

Bugh....

Satu pukulan mendarat di pipi kanan Gulian akibat Galih.

Bugh...

Kini dua pukulan telak di pipi kiri Gulian membuat wajahnya babak belur.

Gulian menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

Galih menarik kerah baju Gulian untuk menatapnya.

"Maksud lu apa ninggalin adik gue yang udah nolongin lu? " Tanya Galih emosi.

Gulian hanya terdiam sambil mengatur nafasnya.

Adib, Yogi dan Rayn yang baru datang dilapangan hanya bisa terdiam melihat Galih dengan penuh emosi.

"G-gue gak tahu, Gal. " Jawab Gulian.

Bugh...

Galih kini memukul kencang perut Gulian membuat cowok itu terjatuh.

Adib dan Yogi langsung membantu Gulian untuk berdiri.

"Gue tahu semuanya, gue tahu lu mutusin Kia kan? Udah gue bilang sama lu kalo lu nyakitin adik gue kita gak bakal berteman lagi, Gulian Devra Pranata... " teriak Galih.

Galih tidak perduli jika kelakuannya ini akan diketahui oleh gurunya.

"Gue.. B-bisa jelasin, Gal. " Ucap Gulian dengan nafas tersengal-sengal.

Ingin memukul wajah Gulian lagi tapi tertahan karena Eriska menarik tangannya.

"Bang... Kak Kia... " ucap Eriska sambil menangis.

"Kia kenapa? " Tanya Galih.

"Kak Kia koma, bang. " Jawab Eriska purau.

Rayn langsung berlari menuju parkiran untuk cepat sampai ke rumah sakit terlebih dahulu.

'Lo sukses bikin gua khawatir, Ya. ' Batin Rayn.

💖💖💖

Frida menangis didalam dekapan Hamka, sejak dokter mengatakan tentang kondisi anaknya dia sama sekali tak henti-hentinya menangis.

"Mah, kita harus berdoa untuk keselamatan Kia, " ucap Hamka untuk yang kesekian kalinya.

"Benturan di bagian kepalanya membuat anak ibu geger otak, dan anak ibu mengalami koma. "

Ucapan dari dokter itu masih saja terngiang jelas dipikiran Frida.

"Om, tante, gimana keadaan Kia? " Tanya Rayn yang baru tiba disana.

Hamka menggeleng pelan sebagai jawaban.

Rayn terduduk lemas karena jawaban Hamka.

'Kia, please bertahan demi orang-orang yang sayang sama lo, termasuk gua. " Batin Rayn.






















Publish terosss sampe menuju end nich.....

Because YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang