Notes : Assalamu'alaikum ^^ kembali lagi nih, tapi kali ini part spesial Haidar dan kawannya kasihan mereka ngga banyak di munculin :v
Happy reading :) jangan lupa teken 🌟
.
Suasana hening lebih mendominasi di dalam ruangan kelas yang lebih tepatnya kelasnya Haidar berada. Semua murid yang ada disana menundukkan kepalanya dan lebih tertarik memperhatikan meja dari pada kearah seorang wanita berjilbab dengan pakaian khas seorang guru. Ada ketegasan yang terpancar dari raut wajah wanita tersebut. Dan terlihat ada pandangan keseriusan kepada semua anak-anak muridnya yang berada di hadapanya.
"Sekali lagi jika kalian melakukan hal yang sama kaya temen kalian itu, Ibu ngga segan-segan beri poin pelanggaran 25"
Bu Meta, nama guru itu mengucapkan kalimat itu dengan penuh ketegasan yang mendalam. Walaupun di usianya yang nampak terbilang muda, dia juga merupakan salah satu guru yang penuh dengan kedisiplinan. Dan terkenal dengan sebutan guru killer kedua setelah Pak Henandar.
"Buat kamu Revan dan Faiz, hari ini ibu maafin. Kalo kalian nge-game saat ada pelajaran lagi, Ibu beri kalian poin 25 dan hp kalian juga disita. Ini berlaku juga bagi kalian semua dan seluruh siswa yang bersekolah disini. Tidak hanya Revan dan Faiz!"
"Paham kalian?!"
Anggukan pelan terlihat di setiap murid bersamaan dengan bel istirahat berbunyi.
Wanita itu menghela nafasnya pelan."Ya sudah, hari ini sampai disini dulu. Ingat ucapan ibu tadi. Selamat istirahat dan utamakan sholat terlebih dahulu sebelum kalian pergi ke kantin" bu Meta nampak menjeda ucapanya sejenak. Kemudian kedua matanya memandang keseluruh muridnya.
"Sekian dari ibu, wassalamu'laikum wr.wb."
Bu Meta mengakhiri pelajarannya pada hari ini, semua murid bernafas lega dan bersorak di dalam hati. Karena suasana ketegangan tengah berakhir.
"Wa'alaikumsalam wr.wb. Terimakasih bu guru" sahut semua murid. Bu Meta langsung beranjak pergi keluar dari kelas itu. Sebagian siswa juga pergi keluar kelas, kebanyakan mereka ke kantin terlebih dahulu terkecuali Haidar dan ketiga temennya. Mereka masih berada di dalam kelas. Kebetulan mereka duduk dalam satu barisan. Haidar dengan Chandra dan bangku selanjutnya di duduki oleh Rama dan Felix. Nampak mereka itu seperti tidak bisa di jauhkan dan memang seperti harus berempat terus.
"Serem banget tadi. Emang deh guru killer dianya" celetuk Chandra ketika memastikan bu Meta telah benar-benar sudah jauh dari kelas. Haidar yang di sampingnya mengangguk setuju. Memang benar adanya. Tapi disisi lain, memang harusnya seperti itu jika jadi guru. Harus disiplin dan tegas juga mendidik murid-muridnya agar menjadi pribadi yang lebih baik.
"Kalo ngga ada guru yang tegas, mau jadi apa murid-muridnya heh?" celetuk Haidar.
"Ya tapi ngga segitunya juga kali. Kalo kaya gitu murid-murid bakalan tertekan selalu aja ancamanya poin" sambung Felix di bangku seberang.
"Guys, gini nih.. yang namanya sekolah ya kaya gitu. Ada aturan dan tata krama yang harus di taati. Kalo lo pada mau terhindar dari hukuman, jadilah murid yang baik-baik" jelas Haidar pada ketiga teman-temannya. Rama mengangguk setuju begitu pun dengan Chandra. Sedangkan Felix anak itu berdecak dan mendengus pelan. Namun setelah nya dia juga ikut mengangguk menyetuji tentang ucapan Haidar yang memang ada benarnya.
"Bener juga sih" gumam Chandra mangut-mangut.
"Memang bener adanya" kata Haidar menyahut.
"Ya udah, kita ke kantin aja gimana? Laper nih gue" ujar Rama menghampiri Haidar dan Chandra yang masih duduk di kursinya masing-masing disusul oleh Felix yang sudah ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEENA (Completed)
Teen Fiction"Lo itu bagaikan permen yang masih di bungkus rapi dan belum tersentuh oleh serangga, berbeda dengan permen yang sudah di buka bungkusanya. Mereka para serangga atau lebih tepatnya semut akan mendekatinya dengan banyaknya mereka. Jadi, intinya lo it...