"Beena, lo kok tadi sama Kak Haidar kaya aneh gitu gue perhatiin" kata Aisya. Soalnya sejak tadi ketika Beena menyusul mereka disini, Aisya merasa aneh. Biasanya, Beena terlihat ceria jika bertemu dengan Haidar tapi ini dia bahkan hanya diam saja tidak berbicara banyak. Aisya juga melihat Haidar bingung dengan sikap Beena.
"Lo di ancem lagi buat ngejauh?" selidik Aisya.
Beena sedikit tertegun. Bagaimana bisa Aisya langsung menebak ke arah situ. Mendengar ucapan Aisya barusan membuat Neisya dan Kira menjadi menatap kearahnya. Beena tersenyum simpul.
"Engga kok, lagian gue laper. Ya udah tadi buru-buru dan pamit ke kak Haidar cepet-cepet" jelas Beena.
"Emang kenapa?" lanjut Beena.
"Engga sih, tapi beda aja gitu lo hari ini ke kak Haidar. Lo ngga ada apa-apa kan, Na?" Tanya Aisya.
"Lo nyembuiin sesuatu dari kita ya?" selidik Kira.
Beena langsung menggeleng cepat.
"Engga, gue ngga nyembuiin sesuatu dari kalian. Kalo gue ada apa-apa juga cerita sama lo bertiga kan" jawab Beena mengelak.
"Iya juga sih" ucap Kira sambil mengangguk-anggukan kepalanya pelan.
"Udahlah guys, mending kita beli jajan. Kalo ngobrol terus kita ngga kebagian tempat ini juga udah penuh banget" ujar Neisya. Beena, Kira, dan Aisya mengangguk.
Selesai dari kantin, masing-masing dari mereka membawa kantong kresek yang berisi dengan jajanan. Kantin di sekolah mereka bukan seperti kantin yang ada di sekolah-sekolah yang ditayangkan di televisi. Kantin sekolah mereka terletak di dekat mushola. Dan ada beberapa ruko. Masing-masing ruko sudah ada yang menempati. Mereka para penjual menyediakan jajanan beraneka macam. Bangku yang di sedikan pun terbatas dan memang setiap ruko di sediakan bangku panjang yang terbuat dari kayu.
Jadi tidak ada tempat lagi untuk menampung mereka yang makan disana. Alhasil kebanyakan dari para siswi membawa jajananya untuk di makan dalam kelasnya.
Sesampainya di kelas, mereka duduk lesehan di lantai. Sudah hal yang biasa yang dilakukan oleh anak kelas itu. Mereka semua menikmati makanan sambil duduk lesehan di lantai daripada duduk di kursi.
"Gimana nih untuk hari besok? Mumpung hari minggu" ujar Kira memulai pembicaraan.
"Ya terserah sih, gue mah ngga ada acara juga" sambung Neisya.
"Besok jadi renang aja. Udah lama gue ngga nyemplung" ujar Aisya.
Beena hanya menyimak obrolan ketiga sahabatnya. Jadi, mereka berencana untuk renang besok hari minggu. Sekeder untuk refreshing. Karena akhir-akhir ini mereka banyak tugas.
"Lo setuju ngga, Na?" tanya Kira. Beena hanya mengangguk cepat sembari menikmati jajanannya.
"Ya udah deh. Sepakat kan semuanya" ucap Neisya. Dan kemudian keadaan menjadi hening. Mereka semua menikmati jajanan masing-masing.
.
.
.
Sementara di sisi lain, Haidar terlihat sedang memikirkan sesuatu. Semenjak dari kantin Haidar masuk kelas dan terus diam. Dia langsung duduk di bangkunya tanpa memperdulikan temannya yang sedang asyik mengobrol satu sama lain.
Membuat Felix menghampirinya. Karena anak itu sejak awal memperhatikan Haidar yang hanya diam di bangkunya.
"Heh broo!" Sapa Felix.
"Lagi kenapa lo?" Lanjutnya.
Haidar menghela nafasnya. Dan langsung menatap kearah Felix.
"Gini nih, gue tadi ketemu Beena di kantin. Tapi Beena kaya beda ke gue. Gue jadi bingung" jelas Haidar mengenai apa yang ada di dalam pikirannya.
Felix mengangguk-angguk dan terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Mungkin ada sesuatu yang terjadi. Itu sih menurut gue" ucap Felix.
"Tadi malem aja gue telfon dia juga ngga di angkat" ucap Haidar. Dia berpikir sejenak.
"Lalu dia tadi jawab katanya udah ngantuk. Tapi ngga biasanya Beena tidur awal" lanjutnya.
"Ada apa nih. Kaya serius banget lo pada" Ucap Chandra yang tiba-tiba bergabung dengan mereka. Disusul oleh Rama.
"Gue liatin dari tadi lo pada kaya lagi bicara serius. Kepo gue" sambung Rama ikut bergabung dengan mereka. Haidar melirik satu persatu terhadap mereka bertiga.
"Apa yang harus gue lakuin supaya Beena ngga bersikap aneh ke gue?"
"Hah? Tunggu-tunggu.. maksud lo Beena kaya beda gitu ke lo?" tanya Rama serius. Haidar hanya mengangguk pelan tak bersemangat. Sedari tadi dia terus memikirkan apa yang terjadi sama Beena.
"Apa ini gara-gara Leandra?" ujar Chandra. Membuat mereka bertiga saling melihat kearahnya.
Haidar mengernyit.
"Apa mungkin dia melakukan sesuatu yang membuat Beena jadi kaya gitu?" Lanjut Chandra.
Jika ini benar tentang apa yang di katakan oleh Chandra, maka Haidar tidak tinggal diam pada gadis itu. Apa mungkin ucapannya kurang tegas mengenai jangan ganggu Beena. Jadi, Leandra diam-diam bermain dibelakangnya. Haidar mendecih. Dia sudah tidak sabar lagi dengan kelakuan Leandra yang sudah keterlaluan. Dia harus bertindak.
"Jadi gitu ya?" Gumam Haidar.
"Jadi gitu apanya weh?" tanya Felix yang samar-samar mendengar gumaman Haidar. Namun yang ditanya hanya tersenyum simpul.
"Anjay, udah dateng aja tuh guru" dengus Chandra ketika melihat sesosok guru datang ke dalam kelas. Kebetulan bel sudah berbunyi dari lima menit yang lalu. Akhirnya, mereka menuju ke bangkunya masing-masing. Suasana di kelas pun menjadi hening. Jam pelajaran sudah dimulai.
.
Di jam pulang tiba, seperti biasa suasana sangat ramai karena banyak siswa dan siswi yang berhamburan keluar sekolah. Termasuk dengan Beena sendiri. Seperti biasa dia bersama ketiga sahabatnya berjalan bersama-sama menuju ke halte sekolah. Namun di tengah perjalanan dia melihat sesosok Haidar bersama dengan satu temannya di depan.
"Ya udah kita bertiga duluan ya, lo udah di tunggu tuh sama kak Haidar" ucap Aisya. Mereka bertiga langsung berjalan mendahului dan menuju halte tanpa Beena. Beena terdiam setelah Haidar dan temannya berada di hadapannya.
"Ada apa kak?" Tanya Beena. Dia ingin sekali segera pergi dari sana. Dia takut jika dirinya dan Haidar terlihat oleh Leandra.
"Lo kenapa beda sama gue?" Tanya Haidar to the point. Beena agak terkejut mendengar pertanyaan dari Haidar.
"Oh engga kak, biasa aja. Udah yah gue mau pulang" lalu setelah mengucapkan itu Beena melesat pergi menyusul temannya yang sudah di halte. Lagi dan lagi membuat Haidar merasa aneh.
"Gue rasa dia menghindar dari lo" ujar Felix pada Haidar.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
BEENA (Completed)
Teen Fiction"Lo itu bagaikan permen yang masih di bungkus rapi dan belum tersentuh oleh serangga, berbeda dengan permen yang sudah di buka bungkusanya. Mereka para serangga atau lebih tepatnya semut akan mendekatinya dengan banyaknya mereka. Jadi, intinya lo it...