Apakah perasaan ini salah?
Apakah aku ngga pantes mengenai perasaan ini?
Mungkinkah aku harus benar - benar berhenti dan menghilangkan semua perasaan ini ?
Beena menarik pulpenya dari kertas itu dan berhenti menulis. Dia menghela nafasnya. Mengenai ucapan dia yang harus berhenti dan menjauhi Haidar masih dia pikirkan sampai saat ini. Salah satunya juga karena Leandra, kakak kelasnya yang sering sekali membuat Beena merasa ketakutan atas ancaman gadis itu.
Buku yang tadi dia tulis, langsung Beena tutup dan Di taruh di tumpukkan buku yang lain. Kemudian gadis itu berjalan tak bersemangat ke arah tempat tidurnya. Dia duduk di pinggiran tempat tidurnya dan menatap lurus ke depan.
Akhir-akhir ini dia sering kali banyak pikirkan entah itu tentang tugas sekolahnya dan yang pasti juga tentang perasaannya terhadap Haidar.
Dia menyukai Haidar, bahkan dia sudah sayang. Perhatian Haidar selama ini kepadanya membuat muncul perasaan itu. Seharusnya Beena tidak terlalu terbawa oleh perasaannya. Mungkinkah ini akhir dari kisah cintanya? Atau pun jika bukan akhir, ini merupakan cinta dalam diam yang harus dirasakan oleh Beena.
Tanpa dia sadari, air matanya menetes. Beena menangis. Ah, langsung saja dia usap air matanya dan menarik nafasnya dalam-dalam lalu dia keluarkan. Dia tidak boleh seperti ini.
"Astaghfirulloh hal'adzim" ucap Beena. Dia segera menenangkan dirinya.
"Jangan kaya gini Beena. Lo ngga boleh berlarut sedih" ucap Beena kepada dirinya.
Kemudian, gadis itu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Beena melihat waktu di ponselnya. Sudah menunjukkan pukul 21.15 WIB. Ketika dia ingin menaruh ponselnya di meja samping tempat tidur, sebuah notifikasi panggilan masuk ke layar ponselnya. Nama Haidar tertera disana. Langsung saja Beena taruh ponselnya itu di meja samping tempat tidurnya dan membiarkan panggilan itu tidak terjawab.
Karena, dia sudah terlalu lelah menghadapi ancaman yang selalu Leandra berikan kepadanya. Dan Beena sudah manarik kesimpulan bahwa dia mulai detik ini harus menjauhi Haidar kembali. Dan itu juga Cara agar perasaan ini hilang.
Beena berdoa sebelum dia tidur, dan mematikan kamarnya.
.
.
Kok semalem telephone dari gue ngga lo angkat?
Lo sudah tidur ya tadi malem?
Biasanya juga lo tidurnya jam 10 tepat
Beena membiarkan pesan tersebut tanpa di balas olehnya. Pesan tersebut sudah pasti dari Haidar. Dia langsung mematikan ponselnya dan menaruhnya ke dalam tas sekolahnya.
Lansung saja gadis itu keluar dari kamarnya sembari menggendong tas. Gadis itu sudah siap untuk pergi ke sekolah. Dia menuju ruang makan dan mendapati Ibu dan Bapa nya berada di ruang tersebut.
Beena tersenyum kepada mereka.
"Pagi Bu, pagi Pa" sapa Beena kepada mereka berdua.
"Eh udah siap-siap kamu, Na"
"Hehehe iya, ini Beena berangkat agak awal karena hari ini jadwal Beena piket"
"Ya udah yuk, sarapan. Lauknya udah siap nih"
Mereka merupakan keluarga kecil. Beena bahagia memiliki kedua orang tua seperti mereka. Mereka sarapan pagi bersama-sama sebelum memulai kegiatannya masing-masing.
.
.
Beena melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dan di sambut oleh Aisya teman sebangkunya. Hari ini juga Aisya berangkat pagi seperti Beena karena jadwal piket mereka sama.
"Beena, akhirnya datang juga. Gue sendirian tau ish!"
"Gue dateng bukanya di sapa malah ngedumel"
"Bodo amat, intinya sekarang lo bantuin gue nyapu sebelum yang lainnya datang"
"Iya iya"
Beena langsung mengambil sapu dan membantu Aisya menyapu ruangan kelas itu yang masih sepi dan hanya ada mereka berdua. Sudah terbiasa bagi mereka jika piket berangkat pagi sekali.
Selesai menyapu mereka kembali ke bangkunya dan keadaan kelas sudah ada kurang lebih sepuluh orang termasuk mereka berdua.
"Eh Beena, temenin gue ke toilet yuk. Gue kebelet" ajak Aisya pada Beena. Padahal Beena baru saja duduk di bangkunya.
Lantas Beena tertawa kecil dan menuruti ajakan Aisya."Lo mah pagi-pagi udah kebelet aja" ucap Beena sambil geleng-geleng kepala.
"Tadi habis sarapan gue minum banyak. Aduh kebelet banget"
"Ya udah cepet, daripada nanti keluar di jalan. Hahaha"
"Ya elah lu mah, sembarangan aja kalo ngomong"
Mereka berdua bergegas menuju ke arah toilet. Setelah sampai disana Aisya meminta Beena supaya menunggunya. Di sela-sela Beena menunggu. Salah satu pintu toilet terbuka dan muncul sosok Leandra, kakak kelasnya. Beena sedikit terkejut akan kehadiran Leandra yang tiba-tiba. Beena takut jika harus mendengar ancaman dari Leandra lagi.
Leandra melangkah, Beena mencoba tersenyum pada gadis itu. Namun Leandra tak membalas senyuman dari Beena. Leandra malah menatap datar ke arah Beena. Dan melewati Beena begitu saja tanpa ada kata-kata yang terucap. Beena pun hanya memandangi kepergian Leandra.
Selepas kepergian Leandra, Aisya sudah keluar dari toilet.
"Kenapa, lo lagi liat apaan?" Tanya Aisya dan menghampiri Beena yang sedang menatap entah apa. Aisya menengok kearah yang sama dan mendapati sesosok yang sangat dia kenal.
"Lo ngga di apa-apain kan sama dia?" Tanya Aisya pada Beena. Yang di tanya pun hanya menggeleng pelan.
"Serius?" Tanya Aisya lagi untuk memastikan apakah Beena baik-baik saja atau tidak.
"Iya gue serius. Ayo ke kelas!" Ajak Beena. Aisya mengangguk dan mereka berdua pun ke kembali ke kelas.
.
.
.
Seperti biasa, saat istirahat pertama Beena dan ketiga sahabatnya pergi ke kantin untuk mengisi perut. Tadi habis pelajaran matematika, akibat terlalu banyak berpikir mengenai rumus dan jawaban perut mereka jadi keroncongan. Alhasil selesai bunyi bel istirahat mereka langsung bergegas menuju ke kantin.
"Ya elah banyak anak yang jajan" keluh Keira yang melihat banyaknya siswa dan siswi memadati area kantin.
"Ya namanya juga kantin, ya begitu lah. Banyak anak yang jajan. Gimana sih lo?" Ujar Aisya. Beena hanya menggeleng kepalanya mendengar obrolan kedua sahabatnya.
Tanpa di sangka, kehadiran Haidar membuat Beena tertegun. Haidar berada di hadapannya dengan senyuman seperti biasanya. Ketiga sahabatnya yang paham dengan situasi itu melangkah terlebih dahulu meninggalkan Beena dengan Haidar.
"Hay" sapa Haidar masih disertai dengan senyumannya. Beena tersenyum sebisanya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa kepada laki-laki di hadapannya. Niatnya ingin menghindar malah jadi seperti ini. Dia selalu saja bertemu dengan laki-laki itu.
Beena diam dan menunduk. Membuat Haidar bingung kenapa Beena agak aneh.
"Lo kenapa?"
"Ngga papa"
"Kalo ada apa-apa bilang aja sama gue. Dan oh iya, kenapa tadi malem ngga ngangkat telephone gue?"
"Udah ngantuk, jadi ngga ngangkat. Gue kesana, mau nyusul temen-temen"
Beena pergi tanpa mendengar respons Haidar terlebih dahulu. Haidar bingung dengan tingkah Beena yang agak aneh itu.
"Kenapa dia?" Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEENA (Completed)
Teen Fiction"Lo itu bagaikan permen yang masih di bungkus rapi dan belum tersentuh oleh serangga, berbeda dengan permen yang sudah di buka bungkusanya. Mereka para serangga atau lebih tepatnya semut akan mendekatinya dengan banyaknya mereka. Jadi, intinya lo it...