Pukul 15.30 WIB. Ini sudah terlalu sore. Bahkan kendaraan pun sudah jarang lewat. Sedangkan di halte seorang gadis duduk sendirian dengan memeluk tasnya. Awalnya ada beberapa orang namun perlahan mereka berkurang karena sudah di jemput oleh keluarga nya. Kini tinggalah gadis itu. Untung saja sore ini sangat cerah. Tidak ada tanda-tanda mau hujan. Alhasil gadis tersebut tidak terlalu khawatir.
Gadis itu Beena. Dia selesai mengikuti kegiatan extrakulikuler di sekolahnya dan baru selesai 15 menit yang lalu. Itulah kenapa dia masih berada di halte sekolahnya. Hp nya kehabisan baterai jadi dia sama sekali tidak bisa menghubungi ayahnya untuk menjemputnya.
Gadis itu mengembungkan pipinya dan menatap lalu lalang kendaraan yang lewat di jalan raya. Kebanyakan adalah mobil pribadi, dan kendaraan besar. Tidak ada satu angkot pun yang lewat. Beena menjadi khawatir jika dia tidak bisa pulang ke rumahnya.
Namun selang beberapa menit sebuah sepeda motor berhenti di dekat halte tersebut. Orang yang mengendarai langsung turun dari kendaraannya dan melangkahkan kakinya menghampiri Beena.
"Kenapa belum pulang?" tanya orang itu langsung. Dia kemudian duduk di samping Beena. Gadis itu bahkan sangat terkejut dengan kehadiran orang itu. Kakak kelasnya. Dia Haidar. Beena melihat sepeda motor kakak kelasnya yang terparkir di dekat halte.
"Lo kok bisa ada disini? Habis darimana? Setau gue lo kan ngga ada extra hari ini" kening Beena berkerut. Karena memang benar bahkan kakak kelasnya itu tidak ada jadwal extra jika untuk hari ini.
"Hafal bener tentang jadwal extra gue" Ledek Haidar membuat Beena sedikit agak salah tingkah.
"Tapi gue suka" lanjut Haidar lagi. Dan hal itu membuat kedua pipi Beena memerah. Gadis itu segera memalingkan wajahnya dari pandangan Haidar. Jika kakak kelasnya itu tau, bisa-bisa Beena di ledek lagi.
"Lo tadi belum jawab pertanyaan gue, kak" ucap Beena. Haidar mengangguk dan tertawa kecil.
"Tadi gue habis dari rumah temen. Btw, kenapa lo belum pulang? Ayah lo jemput kan? Angkot udah jarang kalo jam segini" sahut Haidar.
Beena langsung menggeleng pelan.
"Gue belum sempet kasih tahu bapa supaya jemput. Hp gue mati. Tadi gue habis extra" jawab Beena. Raut wajahnya jadi murung. Haidar tahu betul akan hal itu. Sedetik setelahnya, Haidar langsung beranjak dari duduknya dan kedua matanya menatap kearah Beena.
"Lo ikut gue aja. Gue antar lo kerumah. Lagi pula ini udah sore. Ngga baik kalo lo terus sendirian disini" ujar Haidar.
Beena mendongak dan menatap kearah kakak kelasnya itu.
"Beneran?" Tanya Beena memastikan.
"Iyalah. Beneran gue. Gue ngga mau lo kenapa-napa" jawab Haidar cepat. Beena mendengar itu agak tertegun. Jadi, lelaki di hadapannya mengkhawatirkan dirinya?
"Ya udah yuk. Tapi gue cuma bawa helm satu doang" Haidar langsung menaiki motornya. Dan memakai helmnya.
"Ngga papa kak, itu aja lo udah bantu gue" ucap Beena diakhiri dengan tersenyum tulus. Lalu gadis itu membonceng Haidar.
Beena sangat berterima kasih sekali, kalo saja tidak ada Haidar lewat di situ pasti dirinya masih ada di halte seorang diri.
Haidar mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata. Hingga motor itu berhenti di tempat tujuan. Bahkan tepat ada sosok Ibunya Beena yang sedang menyapu halaman. Haidar dan Beena turun dari motor. Haidar langsung melepas helmnya dan menyusul Beena yang salim kepada ibunya. Begitu pun Haidar dia juga sama dengan apa yang tadi Beena lakukan.
"Baru pulang kamu, Na. Nak Haidar makasih udah nganterin Beena sampai ke rumah. Ibu tadi sempat khawatir Beena belum pulang dari sekolahnya. Dan bapaknya juga pulang telat" Haidar mengangguk dan tersenyum tulus mendengar penuturan ibunya Beena.
"Iya bu. Lagian Haidar juga tadi ngga sengaja liat Beena sendirian di halte. Ya udah Haidar samperin dan antar ke rumah" ujar Haidar.
"Kak makasih ya" ucap Beena setelah itu.
"Iya sama-sama. Bu, Haidar pamit pulang ini udah sore juga. Na, gue pulang ya" Haidar langsung pamitan pada ibunya Beena.
"Hati-hati kak!" Ucap Beena. Haidar memberikan jempolnya. Anak itu sudah menaiki motornya dan helm pun sudah dia kenakan. Mesin motornya sudah di hidupkan dan selang beberapa detik motor tersebut sudah melaju di jalan.
"Na, masuk gih. Mandi udah sore ini. Jangan lupa sholat ashar"
"Iya bu. Siap!"
Jihan tersenyum kecil. Dia mengusap-usap puncak kepala putrinya dengan kasih sayang. Dia bangga memiliki putri seperti Beena.
.
.Hari sudah berganti malam, Beena baru saja selesai dari sholatnya isya nya. Tak lupa dia berdoa terlebih dahulu dan setelah itu dia melipat kembali ruku dan sajadahnya dan ditaruh ke tempat semula.
Gadis itu duduk di pinggiran ranjangnya. Dia mengambil hpnya yang terletak di atas meja belajarnya. Hp sudah dia charger hingga baterainya terisi penuh.
Anak itu menyalakan data dan beberapa saat kemudian notifikasi dari sosmed nya bermunculan. Dia hanya membuka aplikasi WA nya saja. Terdapat beberapa pesan dari grup kelas dan juga teman-temannya.
Namun salah satu pesan membuat dia penasaran. Pesan tersebut berada dari nomor baru. Beena langsung membuka pesan itu.
Jauhin Haidar!
Itulah isi pesan tersebut. Gadis itu hanya membacanya saja dan berniat untuk mengabaikan pesan tersebut. Menurut dia paling ada orang yang mengerjainya. Namun niat tersebut ia urungkan. Satu pesan lagi masuk berasal dari nomor tersebut.
Gue Leandra. Lo g ush nanya knp gue bisa punya nomor lo. Yang jelas lo jauhin Haidar mulai sekarang! Lo itu udh buat hubungan gue sma dia jd renggang tau gk!!
Mata gadis itu terbelalak. Dia sangat terkejut ketika tahu bahwa pesan tersebut berasal dari kakak kelasnya, Leandra. Beena meneguk salivanya. Sudah kedua kalinya dia mendapat ancaman dari orang tersebut.
Perasaannya menjadi tidak karuan. Dia teringat dengan ucapan-ucapan yang di lontarkan terhadapnya bahwa dia hanyalah penghalang dari Haidar dan Leandra, dia hanyalah orang ketiga terhadap Haidar dan Leandra dan masih banyak lagi. Mata Beena memanas ketika mengingat hal tersebut.
Kedua jempol Beena menari-nari di atas layar, dia sedang mengetikkan sesuatu. Namun dia tidak berniat ingin membalas pesan dari kakak kelasnya itu. melainkan dia mengirim pesan kepada Aisya, sahabatnya.
Aisya memang yang paling dekat dengan Beena. Dan jika berkaitan dengan hal tersebut pasti Beena tidak sungkan untuk bercerita langsung kepada Aisya. Karena dia tidak tahu harus merespon apa mengenai pesan yang dikirimkan oleh Leandra.
Pesan sudah terkirim, namun belum ada balasan dari Aisya. Beena menjadi termenung di kamarnya.
"Apakah gue harus kembali menjauhi kak Haidar?" Lirih Beena menatap kosong kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEENA (Completed)
Teen Fiction"Lo itu bagaikan permen yang masih di bungkus rapi dan belum tersentuh oleh serangga, berbeda dengan permen yang sudah di buka bungkusanya. Mereka para serangga atau lebih tepatnya semut akan mendekatinya dengan banyaknya mereka. Jadi, intinya lo it...