⚠JANGAN LUPA VOTE⚠
"1"
"2"
"3"
"Yass! Kena!" pekik seorang anak laki-laki bertubuh cukup tinggi dengan hodie hitam yang melekat ditubuhnya. Anak itu berlarian kecil kearah depan ketempat batu yang dia lempar tadi.
Jadi gini, dia itu Haidar. Anak itu pagi-pagi seperti ini sedang jalan-jalan sekitar rumahnya. Kebetulan karena ini hari Minggu. Dan dari dia keluar dari rumahnya itu seorang diri.
Dan kebetulan di sela-sela jalan paginya, mata sipitnya menangkap pohon mangga yang berdiri kokoh dengan buah mangga yang sudah layak untuk dimakan. Maka dari itu, sekarang kalian bisa menyimpulkan Haidar memekik kesenangan karena batu yang dia lempar mengenai buah mangga yang telah dia incar.
"Kenapa dua. Mantep nih. Gue bawa pulang lah" ucap Haidar senang karena hasil yang di dapatkannya lumayan. Buah mangganya pun berukuran cukup besar. Anak laki-laki itu membawanya pulang kedua mangga tersebut seperti tidak berpikir apakah pohon mangga itu ada pemiliknya apa tidak.
Sungguh berarti itu masih dikategorikan mencuri.
Sudahlah, itu terserah Haidar.
Anak itu berjalan santai dengan kedua tangannya yang memegang masing-masing buah mangga itu. Ah, masalah pohon mangga itu ternyata sebelumnya Haidar sudah meminta izin kepada pemiliknya yang merupakan teman sekelasnya. Jadi, pohon mangga itu milik Bena dan keluarganya. Dan Haidar juga meminta izin pada orang tua Bena juga.
Acara jalan-jalan paginya dia sudahi. Apa mungkin memang dia tidak berniat jalan-jalan pagi melainkan hanya untuk memetik buah mangga saja.
Dasar si Haidar ada-ada saja.
Sesampainya di rumah, Haidar sudah disuguhi dengan pemandangan beberapa motor yang terparkir di halaman rumahnya. Keadaan di dalam rumahnya pun terlihat sangat ramai. Bahkan samar-samar dia mendengar percakapan yang sedang berlangsung di dalam rumahnya. Tepatnya di ruang tamu.
Haidar baru ingat bahwa teman-temanya akan berkunjung kerumahnya di hari minggu ini. Langsung saja Haidar bergegas menuju ke dalam rumahnya. Tak lupa dia lepas alas kaki yang dipakainya.
"Aina, kayaknya kamu harus tahu kakakmu itu di sekolah kaya apa" ujar salah satu diantara mereka.
Untung saja telinga Haidar tajam untuk menguping pembicaraan. Haidar menjadi merasakan hawa-hawa buruk akan menimpanya.
"Kakakmu itu ya begonya keterlaluan" kali ini orang dengan suara yang berbeda berujar.
"Emang bego kenapa, kak Felix?" itu suara adiknya Haidar, yang bernama Aina.
"Masa tutup pulpen di pulpen itu sendiri masih dicari-cari. Nuduh juga ke salah satu cewek yang disana bahwa udah ngambil tutup pulpennya. Padahal ngga tahu apa-apa"
Seketika suara tawa membuncah tiba-tiba setelah ucapan yang Haidar kenal dari pemilik suaranya adalah Rama keluar. Wah, Haidar ngga bisa tinggal diam. Sebelum hal-hal yang belum tentu benar terucap di mulut teman-temannya itu. Haidar menggeram kesal dan masuk ke dalam rumahnya dengan raut muka yang tidak bersahabat.
Orang-orang yang berada disana pun sedikit terkejut dengan kedatangan Haidar yang tiba-tiba. Tawa yang tadinya sangat nyaring Kenya begitu saja setelah melihat sosok Haidar yang sudah berdiri dengan angkuhnya dan jangan lupa dengan kedua mangga yang masih berada di genggaman tangan Haidar.
"Hey, bro! Kapan sampai?" Sapa Rama dengan entengnya. Tanpa merasa bersalah apapun. Padahal tadi sudah berbicara yang tidak-tidak mengenai Haidar.
'Emang ya laki-laki itu kaya gitu. Kurang ajar banget' batin Haidar berseru.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEENA (Completed)
Fiksi Remaja"Lo itu bagaikan permen yang masih di bungkus rapi dan belum tersentuh oleh serangga, berbeda dengan permen yang sudah di buka bungkusanya. Mereka para serangga atau lebih tepatnya semut akan mendekatinya dengan banyaknya mereka. Jadi, intinya lo it...