T i g a - Berhenti?

34 16 0
                                    

Notes : Hai :) Maaf ya lama karena saya butuh beberapa hari buat ngehidupin mood nulis

Happy reading

"Engga ada apa-apa nya kok. Muka lo kok cantik ya?"

Beena langsung tertegun mendengar penuturan dari Haidar barusan. Apalagi mengenai detak jantungnya yang sekarang ini seperti meloncat-loncat di tempat.

"Gombal aja nih kakak, orang muka pas kaya gini di bilang cantik" Beena langsung menghalihkan pandangannya dari Haidar. Dia sudah terlalu malu. Dia juga berusaha mengendalikan detak jantungnya itu yang masih bekerja dua kali lipat dari biasanya.

"Kalau pun lo ngga cantik, tapi hati lo yang cantik" lagi dan lagi Beena blushing mendengar penuturan dari Haidar. Ingin sekali dia pulang dari sana secepatnya.

Beena menarik nafas dan mengeluarkannya langsung. Lalu dia memberanikan diri untuk menghadap kearah Haidar. Namun matanya tak mampu melihat ke arah anak laki-laki itu.

"Lo lagi kenapa sih, kak? Perasaan kemaren-maren ngga kaya gini" celetuk Beena.

Haidar tersenyum kecil. Kedua manik matanya masih menatap Beena yang berada di hadapannya.

"Gue baik kok. Lo ... suka ya sama gue?"

Beena sedikit tertegun. Dia menjadi sedikit gugup dengan pertanyaan yang Haidar lontarkan.

"L-lo ... k-kok nanyanya gitu sih?" namun, Beena juga balik bertanya pada Haidar.

Seketika suara tawa membucah seusai Beena mengatakan hal tadi. Haidar tertawa karena melihat ekspresi Beena tadi ketika mengucapkan hal tadi. Sangat lucu. Itu menurut Haidar.

"Gue bercanda kok, lo ngga usah tegang gitu dong" ucap Haidar.

"Lo lucu banget tadi. Ha ha ha" ucap Haidar lagi di sela-sela tawanya.

Beena seperti terkejut. Jadi, tadi apa yang Haidar katakan kepadanya hanya bercanda. Mengetahui itu, membuat Beena menjadi sesak dan kesal secara bersamaan. Namun ini juga salahnya dia sudah terlalu jauh dengan perasaan ini. Beena sudah jatuh hati pada Haidar. Namun dia simpan hati-hati untuk dirinya sendiri mengenai perasaannya. Tentang sikapnya yang seperti biasa saja ketika dia bersama Haidar, itu adalah cara Beena untuk menutupi rasa sukanya pada laki-laki di hadapannya tersebut.

Beena menatap datar kearah Haidar.

"Udah ketawanya?"

"Ngga lucu tau ngga kak, udah mau dzuhur ayo pulang kak"

Sehabis mengatakan itu Beena langsung pergi tanpa menunggu respon Haidar yang terpaku di tempat.

.
.
.

Sudah satu jam berlalu Beena termenung di kamarnya seraya duduk di depan meja belajar nya. Dia terbayang-bayang akan kejadian tadi di warung makan. Saat dia masih bersama dengan Haidar.

Rasa sesak dan kecewa masih dia rasakan.

"Gue kira tadi serius. Kenapa lo malah dibuat bercanda kak?" gumam Beena menatap kosong kedepan.

"Lo tanya, gue suka sama lo? Iya gue suka sama lo, kak. Tapi gue ngga berharap banget kalo lo tau perasaan gue ini"

"Gue simpen baik-baik. Dan ngga tau perasaan ini akan tetap sama apa akan hilang perlahan"

"Lo terkadang terlalu membuat gue serasa terbang sampai ke langit. Ucapan lo yang menurut gue manis itu selalu menambah perasaan suka ini ke elo kak"

Setelah itu tidak ada kalimat lagi yang Beena ucapkan. Gadis itu menghela nafasnya pelan dan langsung beranjak menuju tempat tidurnya. Dia mengambil hpnya yang tergeletak di atas bantal.

Dia mengecek hpnya dan langsung mengaktifkan data Internet nya. Chat dari aplikasi WA beserta line bermunculan di kolom notifikasi.

Sebagian besar dari grup chat. Beena menggeleng - nggeleng kepalanya dan berdecak melihat jumlah chat dari grup kelasnya. Sudah ada 500 chat lebih dalam satu hari ini dan Beena belum sempat membukannya.

Ya, dari pada menganggur dan waktu ashar juga masih lama Beena memilih untuk membaca chat-chat tersebut siapa tahu penting dan ada info dari sekolah  mengenai besok.

"Astaghfirulloh, tugas ya? Tugas apa sih ko gue lupa?"

Panik Beena ketika dia membaca chat dari teman sekelasnya yang sudah berbaik hati mengingatkan bahwa ada tugas yang harus segera di kerjakan karena besok harus segera di kumpulkan.

"Sejarah, ngerangkum dari halaman 12-50"

Untung aja, sudah ada yang memberitahukan mengenai tugas sekolah nya.

Beena langsung mengangguk dan sekarang dia sudah ingat. Langsung saja dia mengerjakan tugas tersebut dari pada di kerjakan nanti-nanti malah ujung-ujungnya ngga dikerjakan sekalian kan itu contoh murid yang tidak baik dan menyepelekan tugas dari gurunya. Beena bukan termasuk murid yang seperti itu.

Beena mencari buku catatan sejarah dengan buku cetak yang memang setiap murid wajib untuk meminjam buku paket tersebut di perpustakaan sekolah nya.

Kedua buku tersebut dia taruh di atas kasurnya dan salah satu tangannya mencomot bolpoint yang tergeletak di nakas.

Beena mulai menulis dan mencari hal-hal yang penting untuk dia tulis di buku catatannya.

Namun tak berselang lama, suara music yang berasal dari hpnya membuat Beena terpaksa menghentikan kegiatan menulisnya dan dia langsung mengecek siapa yang tiba-tiba menelpon.

Kak Idar

Beena mengernyit setelah tahu siapa yang menelpon. Tanpa berpikir dua kali Beena langsung saja mengangkat telephone nya.

Assalamu'alaikum, Na

Beena terdiam sejenak. Namun setelah nya dia menjawab salamnya.

"Wa'alaikunsalam, ada apa?"

Beena langsung to the point saja. Dia tidak ingin berlama-lama, karena tugas nya juga belum selesai di kerjakan.

Lo masih marah ya, Na? Tentang tadi. Gue minta maaf, Na

"Lo udah minta maaf yang keberapa kali sih, Kak__" terdapat jeda ketika Beena berucap.

"Gue ngga marah" lanjutnya lagi.

Tapi, lo kedengaran kaya masih marah sama gue, Na

"Gue ngga marah kak. Udah dulu, gue mau ngerjain tugas. Wassalamu'alaikum" Beena langsung mematikan segera sambungan telephonenya. Dan menaruh kembali hpnya di tempat semula.

Tanpa memperdulikan balasan dari sana.

"Apakah ini saat nya gue menjauh?" Lirih Beena pada dirinya sendiri. Kedua matanya sedikit berkaca-kaca.

Notes (2) : Maaf ini pendek. Saya cuma mentok disini. Terima kasih yang sudah membaca.

BEENA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang