-00-

123 26 2
                                    

"Halo? Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam. Gue mau ke rumah lo nih. Lo lagi di rumah kan?"

"Ngapain heh? Sore-sore gini ke rumah gue"

"Gue mau lo nemenin gue beli mie ayam. Ha-ha-ha"

"Ya Allah, beli itu doang kan? Kenapa harus pake ditemenin? Lo kan laki, kak"

"Yeu, bodo. Intinya gue mau ke rumah. Lo harus mau temenin gue beli mie ayam!"

TUT!

Dan sambungan telephone dimatikan oleh pihak sana. Membuat cewek dengan nama lengkap Beena Damara mengerucutkan bibirnya kesal.

"Seharusnya gue yang matiin telephonenya. Bukannya dia, ISH! Ngga ngucapin salam dulu lagi!" gerutu Beena. Cewek itu memasukkan smartphonenya ke dalam saku roknya. Dia bergegas menuju teras rumah. Mau tidak mau dia terpaksa menerima ajakan sang penelpon tadi.

Cewek itu memakai rok dengan panjang sampai mata kaki dan baju lengan panjang. Tak lupa juga dia memakai kerudung instannya. Pakaian yang memang biasa dia gunakan saat di rumah.

Beena, cewek itu tersenyum hangat saat melihat ibunya yang baru pulang dari warung untuk membeli bahan pangan untuk makan malam nanti.

"Lho, mau kemana kamu?" tanya Ibunya selepas wanita berumur itu melepas sendal yang dipakainya. Kakinya kini menginjakkan lantai teras rumah. Bersamaan itu Beena langsung berdiri menghadap ibunya.

"Kak Idar mau kesini. Aku disuruh untuk nemenin dia. Cuma sebentar, Bu" jelas cewek itu pada Ibunya.

Jihan, yang merupakan ibu dari Beena tersenyum kecil pada putrinya. Wanita itu mengelus puncak kepala putrinya yang tertutup oleh kerudungnya.

"Hati-hati. Jangan kesorean pulangnya. Ingat kata ibu" ucap Jihan pada putrinya. Beena tersenyum dan mengangguk memahami perkataan ibunya.

"Ya udah, itu kak Idar udah dateng. Aku pamit, Bu" Beena bersalaman dengan ibunya. Sedangkan yang disebut sebagai 'Kak Idar' oleh Beena menghampiri kedua wanita itu.

Haidar Kayana, nama lengkap anak laki-laki itu. Haidar bersalaman dengan Ibunya Beena dengan memasang senyumannya.

"Ibu, aku pinjam Beena nya, Bu. Idar bakalan mulangin kok sebelum maghrib" celetukan dari mulut Haidar membuat Jihan tersenyum geli sedangkan Beena manyun.

"Ish! Emang aku barang pinjaman gitu?!" protes Beena.

"Hahaha, maaf-maaf. Ya udah yuk. Nanti kita kesorean"

"Emang ini udah sore kali"

"Ya udah, Bu. Kami pamit dulu" pamit Haidar. Setelah berpamitan, mereka berdua langsung menuju motor yang terparkir di halaman rumah. Beena mengikuti cowok itu dari belakang.

"Cepet naik!" perintah Haidar. Beena mengangguk tanpa berucap dia langsung naik ke motor.

"Kalian hati-hati" ucap Jihan dengan volume keras kepada mereka berdua.

Haidar dan Beena mengangguk. Dan Beena mengangkat jempolnya menunjukkannya pada Ibunya. Haidar langsung menyalakan motornya dan melaju ke jalan raya dengan Beena yang membonceng di belakang.

Dan ini menjadi awal dari kisah mereka.

BEENA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang