Bali?

62.5K 5K 162
                                    

Bea sudah berada di kantornya. Hari ini ia sedikit terlambat. Ia berlari tergesa-gesa untuk masuk ke dalam.

“Kamu pikir ini kantormu?” Suara itu membuat Bea yang ingin masuk ke kantor mendadak berhenti untuk mendongak. Lukas di depannya. Ia kira Lukas belum datang, karena biasanya ia akan datang jam sembilan pagi.

“Maaf, Pak. Tadi saya mengantar suami saya dulu,” jawab Bea

“Alasan!”

“Saya serius, Pak. Tadi juga sudah bilang sama Nayla untuk memberitahu kalau hari ini saya telat.” Bea mencoba menjelaskan.

“Yang bos itu saya, bukan Nayla. Harusnya izin sama saya.” Nadanya sangat ketus.

“Saya takut menganggu Bapak. Jadi, minta tolong sama Nayla untuk menyampaikannya saja.”

“Banyak alasan kamu. Kamu kira ini perusahaan keluargamu?” Sepertinya Lukas memang naik darah.

“Terserah Anda saja, Pak. Mau dipotong gaji juga tidak apa-apa. Yang penting saya sudah menjelaskan,” ucap Bea, melangkah meninggalkan Bos. Sehari saja ia tidak berdebat dengan Lukas pasti hidupnya aman.

“Nay! Kamu bilang tidak sama Bos kalau aku telat?” tanya Bea tepat di meja Nayla.

“Bilang kok, Be. Bahkan aku menjelaskan kalau kamu terlambat karena mengantar suaminya. Bos juga bilang tidak apa-apa. Memangnya kenapa?” Nayla jadi penasaran, pagi-pagi Bea sudah kesal begini.

“Emang dasar nyebelin tuh orang,” gerutu Bea

“Udah, lo mending resign aja, aku yakin gaji Abid nggak akan kurang,” balas Nayla, sambil tersenyum genit.

“Nggak akan, Nay. Sebelum Abid sendiri yang nyuruh berhenti,” jawab Bea

“Aku yakin Abid pengin kamu keluar dari sini, mungkin tidak berani jadi Abid memilih diam. Lagian nggak akan kekurangan seandainya kamu nggak kerja.”

Karena meja Nayla dan Bea berdampingan, Bea pun memilih duduk. “Selagi Abid belum melarang, aku akan kerja. Lumayan buat nambah tabunganku.”

“Kalau aku jadi kamu mending resign. Cewek itu harus dinafkahi bukan menafkahi, Be,” ujar Nayla

“Aku nggak mau. Abid itu kerjanya bawa nyawa. Masa dia kerja keras, aku malah enak-enakan.” Mungkin karena Bea sudah terbiasa sendiri, maka pemikirannya dengan Nayla sedikit berbeda.

“Ya, terserah. By the way kamu sudah siap-siap pergi ke Bali, untuk acara ulang tahun kantor?” tanya Nayla.

Bea berpikir sebentar. Sejauh ini ia tidak mendapatkan informasi ini. “Bali? Kapan?” tanya Bea.

“Dua hari lagi kantor kita mengadakan acara di Bali dan semua karyawan wajib ikut,” ucap Nayla

“Aku nggak tahu, Nay.”

“Aduh ... aku lupa. Kamu kan, cuti tiga hari, berarti tidak bisa ikut dong?”

“Emang benar karyawan wajib ikut? Kalau iya, aku pasti ikut,” jawab Bea. Bali adalah pulau yang ingin Bea kunjungi untuk kedua kalinya.

TraveLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang