Di sebuah tempat ....
Pria paru baya masih fokus mewarnai lukisan yang baru saja beberapa hari ini dibuat. Kali ini, ia membuat lukisan yang mempunyai makna seorang ayah merindukan anak perempuannya. Ya, ia menggambar dirinya sendiri pada lukisan itu. Dulu ia juga sama seperti lukisan itu, masih bisa menggandeng anak perempuannya, masih bisa bercanda, bahkan setiap libur selalu mengajak Bea pergi ke kebun binatang, bahkan keluar kota untuk berwisata.
Namun, kini semuanya berubah. Semakin bertambah umur perempuan itu, mereka menjadi sedikit menjauh karena kesibukan masing-masing.
Alex sangat ingat bagaimana Bearista menangis dan tidak mengajaknya bicara hanya karena ia tidak mengajak Bearista pergi ke salah satu pameran lukisan. Pria lanjut usia ini tersenyum, mengingat bagaimana masa kecil Bearista yang dipenuhi canda dan tawa. Sekarang berbeda, semenjak kebahagiaan itu dihancurkan oleh keegoisan orang tuanya.Apakah anaknya tumbuh dengan baik selama ini, apakah mentalnya baik-baik saja selama bertahun-tahun harus menghadapi orang tua yang berpisah. Mereka dengan egonya, anak yang terpaksa menjadi korbannya. Alex menunduk membayangkan saja sudah membuatnya sesak.
“Pak Alex.” Suara seseorang membuat pria itu menghentikan aktivitas melukisnya. Ia pun menoleh, ternyata Dimas memanggil.
“Ini obat, air putih, sama teh.” Pria itu memberikan yang ia sebutkan kepada pria yang sudah beberapa tahun ini mengangkat dirinya sebagai anak angkat dan membantu Alex di galeri lukisan miliknya.
“Terima kasih, Dim,” ucap Alex.
“Aku kira Bapak bakalan menginap di rumah Mbak Bea.” Dimas mengambil kursi, lalu duduk di samping Alex sembari melihat hasil lukisannya.
“Tidak, Dim. Tugas saya selesai. Hanya menjadi wali saja,” jawab Alex
“Harusnya Bapak di sana menemani Mbak Bea.”
“Semenjak saya bercerai dengan mamanya, saya tidak lagi menjadi papanya. Saya sudah pernah bercerita, jika hak asuh anak jatuh pada Aliyana. Setelah mendapatkan hak asuh Bea, mantan istri saya melarang untuk bertemu Bea. Baru beberapa tahun ini saya bertemu dengan Bea. Jadi ya, mulai sekarang memang harus menjauhi Bea. Apalagi penyakit saya semakin parah,” jelas Alex. Mengambil obat, lalu meminumnya.
“Tidak boleh berbicara seperti itu, Pak. Memang ada yang namanya mantan istri, tapi mantan anak itu nggak ada,” balas Dimas.
“Sekarang saya cukup lega, Dim. Ternyata kali ini pilihan Aliyana sangat bisa menjaga Bea. Terlihat mereka saling melengkapi. Saat acara ijab kabul, saya sengaja mencari kesalahan. Saya kira Bea dan suaminya akan membatalkan pernikahan, tapi ternyata tidak. Jadi ya, saya rasa mereka memang cocok. Mudah-mudahan selamanya seperti itu. Jangan sampai seperti kami, berakhir di pengadilan.” jelasnya
Dimas menyimak dengan baik. Bapak satu anak ini memang mempunyai sifat cukup keras. Pak Alex lebih menyukai kesendiriannya, bahkan ia juga merahasiakan penyakitnya pada Bearista.
“Terus, Bapak sampai kapan mau seperti ini, hidup dengan kesendirian?” Dimas mencoba bertanya.
“Saya nggak sendiri, ada kamu dan lukisan,” jawab Alex.
“Coba Bapak ikut Mbak Bea, pasti dia akan senang hati mengurus Bapak. Dia pasti menjaga dan menemani Bapak.”
“Belum tentu juga Bea mau menerima saya. Sejak kecil berpisah dengan saya. Sudahlah Dim, saya baik-baik saja. Tidak perlu khawatir.” Alex mengambil sesuatu dalam kantong celananya.
“Pak, jangan merokok. Kasihan paru-paru Bapak.”
“Hari ini saja, Dim. Hanya satu batang,” jawab Alex. Ia mulai menyalakan rokoknya. Dimas mengembuskan napas. Melarang tidak ada gunanya. Karena Alex akan memaksa.
“Saya pamit ke depan dulu, Pak. Bapak jangan kebanyakan rokok, nanti obat yang Bapak minum bakalan sia-sia.” Dimas memperingati lagi.
“Iya, hanya satu batang. Saya janji.”
Dimas pun berdiri, lalu meninggalkan Alex. Alex melanjutkan lukisannya, tangan kirinya memegang rokok. Ia akan menyelesaikan lukisan itu sebentar lagi.***
Kanbaya Hotel, suasana pagi yang begitu sejuk dan matahari yang masih malu memunculkan sinarnya membuat lengkap suasana. Seperti dua orang yang masih tertidur di ranjang hotel, belum ada tanda-tanda siapa yang akan bangun lebih dulu. Padahal kemarin malam sudah direncanakan, tetapi sayang laki-laki itu tidak terbangun.
Wanita yang tadi masih memejam, perlahan menggerakkan sedikit badannya. Ia ingin merentangkan tangan, tiba-tiba tidak bisa. Ia perlahan membuka mata meski sangat sulit. Wanita itu terkejut ketika ada tangan yang dengan tidak sopannya berada di atas perutnya dan mengunci kedua tangannya. Bea mengikuti arah tangan itu, mencari siapa pemiliknya.“ABID!!!” Bearista berucap sangat nyaring. Dasar, semua pria sama saja, mencari kesempatan dalam kesempitan.
“ABID!!!”
Abid yang merasa terganggu oleh teriakan perempuan di sampingnya menutup mulut Bearista dengan tangannya. Abid masih terpejam. Berisik sekali istrinya ini.
“Hmp!” Bearista menggoyang-goyangkan badan Abid dengan tangannya agar pria itu terbangun.
“Masih pagi, jangan ribut!” ucap Abid, masih terpejam, bahkan tangannya masih menutup mulut Bearista.
Bearista yang kesal akhirnya mencubit perut Abid agar tangannya terlepas dari mulutnya. Abid meringis. Spontan ia melepaskan tangannya.
“Kamu cari kesempatan! Sudah benar aku tidur di sofa malah dipindah.”
Abid yang masih setengah sadar memijat pelipisnya, sedikit pusing akibat teriakan Bea yang begitu nyaring. Abid bangkit dan terduduk tepat di hadapan Bea yang duduk juga.“Saya tidak modus, hanya kasihan denganmu, tidur di sofa akan membuat badan sakit. Masalah kenapa tangan ada di perutmu, saya tidak sadar,” jelas Abid. Abid menyesal kenapa tadi tidak bangun lebih dulu. Ini semua karena lelah yang menerpa sehingga ia terlalu pulas.
“Yang sakit badanku, harusnya kamu tidak usah repot-repot peduli,” sahut Bea.
“Terserah, terserah. Kamu membuat saya sakit kepala di pagi hari,” kata Abid. Ia memutuskan turun dari tempat tidur untuk mandi agar lebih segar. Ia memijat keningnya kali ia benar-benar merasa sakit pada bagian kepala.
-TBC-
Tinggalkan vote dan komentar.
Instagram: Marronad.wp
Marronad
KAMU SEDANG MEMBACA
TraveLove
RomansaMaret, 2018 #2 chicklit #1 rank pilot #12 #14 Bea hampir yakin kalau apa yang dikatakan mamanya benar, berpakaian selalu serba hitam turut membawa kelam dalam hubungan percintaannya. Buktinya, setelah berulang kali dijodohkan, tidak ada yang cocok d...