Bad Day

54.5K 5K 170
                                    

Abid menepati janji, ia Abid datang sebelum Bea beristirahat, Abid juga rela menunggu istrinya dan mengobrol dengan satpam. Ia tidak akan mengecewakan Bea lagi. Ingatan Abid kembali saat ia masih bersama Gealina, ingat kalau dulu sama sekali ia tidak boleh masuk karena Gea tidak ingin Abid diketahui orang banyak. Namun, hanya bersama Bearista ia berani bahkan bercengkrama dengan para buruh atau sebagian karyawan pabrik tanpa canggung.

Gea tidak pernah membuat dirinya cemburu berlebihan apalagi dengan Lukas, mengingat tugas seorang sekretaris memang lebih sering berdua dengan Lukas. Berbeda dengan sekarang, mengetahui Bea bersama Lukas panas menyelimuti relung hati Abid. Entah apa yang ada dalam dirinya, hingga selalu dibayangi perasaan takut Bea akan meninggalkannya, padahal Abid yakin itu tidak mungkin. Abid menepis semua pikiran jelek di otaknya, tidak boleh berlebihan, nanti Bea tidak nyaman bersamanya. Ternyata mengenal bahkan menikah dengan Bea mampu mengalihkan perasaan yang dulu begitu menyakitkan dalam waktu yang begitu cepat.

“Kamu kenal Gealina?” tanya Abid.

“Kenal, Mas. Dia sekretarisnya Bos. Orangnya nggak pernah sedih, kembarannya Mbak Bearista,” jawab Aryo.

“Kembaran Bea?”

“Iya, kalau kata kami mereka kembar beda keluarga. Nama mereka aja mirip, terus sifat sedikit sama. Ramah sama kita-kita, bisa bergaul sama siapa aja,” jelas Aryo.

Abid mengangguk, yang dikatakan pria itu benar. Obrolan Aryo terputus saat melihat Bearista jalan ke arah pintu keluar.

“Mbak Bea, ini ada suaminya, kok malah nyelonong,” ucap Aryo, ia bangkit untuk menegur Bea.

Bea memperhentikan langkah, menoleh ke arah Aryo. Ada Abid?

“Mau ke mana?” Abid sudah menghampiri Bea.

“Kenapa ada di sini?” tanya Bea.

“Jemput kamu buat makan siang.”

“Kok nggak bilang?” Kemarin dikecewakan, jadi Bea tidak terlalu berharap Abid sungguh mengajak makan siang hari ini, ternyata siang ini Abid menepati janjinya.

“Semalam saya bilang, kamu yang lupa?” tanya Abid. “Sudah, ayo kita berangkat.” Abid mengenggam tangan Bea, meninggalkan area pabrik.

Bea hanya mengikuti walau ia sempat kecewa karena kemarin, tetapi cukup bahagia Abid mengajaknya hari ini.

“Mau makan di mana?” tanya Abid. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil.

“Di warung nasi terdekat aja deh.”

“Kenapa suka sekali makan di warung, suamimu ini masih mampu lho, buat bayar makanan mahal. Jangan warung, sekali-kali ke restoran,” ujar Abid.

“Aku kan merakyat, lebih suka masakan warung dari pada restoran,” balas Bea.

“Tapi, saya kurang suka.” Jujur, Abid bukan tidak pernah makan masakan warung nasi di jalanan, tetapi ia lebih suka masakan dibuat oleh Leli atau Bearista, baru akan makan dengan lahap.

“Pria kayak kamu mana suka makanan warung, kalian kalau makan yang berlevel gitu.”

“Maaf,” ucap Abid.

TraveLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang