Bunyi jam alarm pada ponsel terus berdering untuk kesekian kalinya, tetapi tidak nampak akan bangun, yang ada ia matikan lagi alarm itu berkali-kali. Kepulangannya dari Bali semalam, berlibur selama lima hari membuat ia merasakan lelah yang luar biasa. Ingin sekali hari ini meminta libur lagi dari kerjanya, lalu menikmati satu hari di atas pulau kapuk. Namun, semua tidak mungkin, karena bos akan memotong gaji Bearista lebih besar lagi. Mengandalkan kekuatan yang ada, ia bangkit untuk siap-siap bekerja. Hari ini tidak boleh telat, bisa gawat.
“Iya, sebentar lagi aku berangkat,” ucap Bea pada Nayla melalui sambungan telepon. Ia sudah selesai mandi dan sudah rapi. Sebelum ke kantor, Bea menyempatkan waktu untuk menjemput Nayla terlebih dahulu yang kebetulan kos satu arah dengan kantor.
Sudah dua tahun ia bekerja di sana. Harus bertahan, mengingat mencari pekerjaan di Indonesia sedikit sulit. Bea nyaman, meskipun ia sering mendapat teguran bahkan sindiran tajam dari bos. Namun, ia abaikan karena sifat bos memang seperti itu.
Di sepanjang perjalanan setelah Bea menjemput Nayla, Nayla tak berhenti berbicara. Padahal pembicaraan mereka tidak penting sama sekali. Seperti biasa, malam ini Nayla berniat mengajak Bea bertemu temannya itu.
“Kenal saja dulu, jodoh soal belakangan.” Itulah ucapan Nayla saat Bea tidak mau datang, Nayla terus membujuk.
“Bea, lihat deh!” Nayla menunjuk pinggiran jalan. Mereka sedang terhenti lampu merah. “Bea, lihat dulu dong!”
“Kenapa, sih?!” tanya Bea dengan nada tidak suka.
“Ada Mbak Gea.”
“Mana?”
“Pakai mobil warna putih di samping kita.”
Bea menoleh dan benar saja dalam mobil itu ada Gea, teman kantornya sedang meletakkan kepala di pundak seorang pria yang sedang menyetir.
“Lengket banget kayak permen karet,” ucap Nayla.
“Lengket kayak getah karet,” sahut Bea.
Nayla tertawa. “Itu yang di sampingnya tunangan Mbak Gea.”
Bea menoleh lagi, mencari tahu seperti apa wajah tunangan Gea. Tidak melihat terlalu jelas karena wajahnya tertutup oleh kaca helm yang berwarna cokelat.
“Bodo amat. Semerdeka mereka aja. Sekarang mesra-mesraan, giliran putus galau-galauan,” ucap Be
“Alah, dasar jomlo. Iri terus kerjaannya, by tthe way aku sudah punya pacar. Kamu tuh yang belum,” balas Nayla.
Kebiasaan Nayla adalah menyindir seenaknya tanpa mengerti bagaimana perasaan Bea mendengar ucapannya.“Besok juga punya,” sahut Bea
“Terus aja besok, sampai abu berubah jadi putih.”
“WOI, YANG DI DEPAN CEPAT JALAN!”
Teriakan pengendara lain membuat Bea menjalankan motornya. Ini semua gara-gara Nayla yang mengajaknya ngobrol, jadi ia tidak tahu kalau lampunya sudah berganti warna hijau.
***
Tidak terasa mereka sampai di pelataran kantor. Nayla memberikan helm pada Bea. Biasanya, mereka memang selalu bergantian untuk membawa motor. Pagi ini Bea yang menyetir, berarti nanti sore Nayla yang akan menyetir.
“Pagi, Pak.” Nayla menyapa Bos yang kebetulan baru juga sampai.
Bea terkikik, Bos hanya membalas dengan dehaman. Untung bukan Bea yang duluan menyapa.“Sudah puas liburan?” tanyanya
“Puas banget, Pak,” jawab Bea
“Baguslah kalau begitu. Kerjaan kalian sudah numpuk di meja,” ucapnya seraya berlalu begitu saja.
Nayla dan Bea saling berpandangan.
Bos kita memang begitu, kok. Suara hati mereka berbicara.Ronald sudah lebih dulu sampai kantor. Hal yang sangat langka, mengingat pria itu hobi terlambat, mentang-mentang adik dari yang punya perusahaan jadi seenaknya. Bea mengeluarkan sesuatu dari plastik yang ia bawa. Bea berniat akan memberi ini pada Bos sebagai bentuk terima kasih karena telah mengizinkan Bea berlibur.
“Masuk!” sahut bosnya dari dalam ketika mendengar suara ketukan pintu.
Bea masuk begitu ragu. Wajah Bos memang seperti itu, datar.
“Pagi, Pak. Ini ada sedikit oleh-oleh dari saya.” Bea mengeluarkan sesuatu, lalu diletakkan di meja.
“Sudah? Silakan kamu keluar!” ucap bosnya, Lucas Wang.
Bea mundur selangkah, lalu segera ia berbalik.
Sabar...
Mendapatkan ucapan terima kasih dari bos memang susah, ucap Bea dalam hati. Bos memang seenaknya sendiri, tanpa mengerti terima kasih adalah hal paling berharga.
“Hayo, Bea habis ngapain?”
Bea menatap perempuan berambut sebahu yang merupakan sekretaris bosnya.
“Habis minta jatah libur lagi, Mbak,” jawab Bea.
“Kayak boleh aja.”
“Habis ngasih sesuatu buat dia, tapi nggak bilang terima kasih. Nyesek banget,” ujar Bea.
“Bos kan memang begitu, sabar aja,” ujar perempuan cantik itu menepuk bahu Bea.
“Mbak Gea betah banget ya, sama Bos terus?” tanya Bea penasaran.
“Dibetahin aja, Be. Sebenarnya dia baik, kok,” jawab Gealina.“Kalian berdua kalau mau gosip jangan di depan pintu ruangan saya, saya mendengar!” teriak bos dari dalam, membuat Bea pergi. Bahaya kalau tiba-tiba bosnya keluar menemui mereka.
***
Abid tidak berhenti tersenyum membaca pesan dari tunangannya. Selama dua tahun ia memberikan hati pada perempuan yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Gealina, perempuan pertama yang berhasil membuat Abid merasakan cinta yang sesungguhnya.
From : Sayang❤
Aku kerja dulu ya. Sampai ketemu nanti malam. Love you, Mas.
Abid menuliskan kata persetujuan, kemudian mengirimkan pesan itu untuk tunangannya. Mereka akan makan malam bersama. Setiap Abid di darat, ia selalu memberi waktu berdua dengan Gea. Jika Abid sudah bekerja, mereka susah untuk mencari waktu. Dua tahun Abid menjalin hubungan dengan Gealina. Rencananya mereka akan menikah tahun depan, menunggu jadwal Abid sedikit lengang.
Abid tidak menyangka jika pertemuan dengan Gealina di bandara membuat mereka saling mengenal dan menyatukan hati, saat itu ia membantu Gealina yang kebetulan kopernya tertinggal.
-TBC-
Tinggalkan vote dan komentar sebanyak-banyaknya. Terima kasih ^^
Instagaram: Marronad.wp
Marronad
KAMU SEDANG MEMBACA
TraveLove
RomansaMaret, 2018 #2 chicklit #1 rank pilot #12 #14 Bea hampir yakin kalau apa yang dikatakan mamanya benar, berpakaian selalu serba hitam turut membawa kelam dalam hubungan percintaannya. Buktinya, setelah berulang kali dijodohkan, tidak ada yang cocok d...