"Jangan maju,” ucap Bearista sembari mengatur napas.
“Bunuh diri bukan jalan untuk menyelesaikan masalah,” ucap Bearista lagi. Pelan-pelan mendekat, ia harus menarik tangan pria itu agar menjauh dari pinggiran sungai.
“Mundur selangkah, Mas. Kalau Mas jatuh ke sungai, kasihan nanti buaya pada takut.”
Pria itu bergeming, otaknya dipenuhi kesedihan yang menimpanya.
“Semua masalah yang kita hadapi pasti ada jalan keluar, jangan jadikan bunuh diri sebagai jalan keluarnya,” ujar Bea.
“Mas ... orang patah hati itu banyak obatnya. Kalau mau, aku kasih tahu caranya. Makan snack, minum Coca-Cola, terus tidur seharian,” ucap Bea lagi. Bea harus berhasil merayu pria di depannya.
Bearista semakin panik ketika laki-laki itu tidak mendengarkan. Semakin bahaya saat laki-laki itu melangkah. Spontan, Bearista menarik tangannya hingga tubuh pria itu terjatuh tepat di atas Bearista. Mereka bertumpuan.
“Aduh!” pekik Bearista.
Ia mendorong pria itu. Niat menolong orang, jadi dirinya juga yang kena. Pria itu terjengkang, ia mengerang. Ada sedikit rasa sakit. Ada-ada saja musibahnya hari ini.
“Ngapain kamu?” pria itu kesal. Dasar perempuan aneh, kenapa harus menariknya. Mengganggu sekali, padahal di sini ia sedang menikmati kenyamanan. Semua kenyamanan itu harus musnah karena perempuan di depannya ini.
“Mas tuh yang ngapain, aku cuma nolongin!”
“Buat apa kamu nolongin saya!”
“Mas mau bunuh diri,” sahut Bea.
“Siapa juga yang mau bunuh diri?!" Tanyanya
Pria itu semakin kesal, ia tidak mendengar teriakan perempuan itu karena angin di sini cukup kencang. Ia kaget saat ada tangan yang menariknya hingga jatuh di atas tubuh perempuan.
“Ya, mana aku tahu kalau situ nggak bunuh diri, pas aku ngomong malah situ maju selangkah. Saya kan panik,” ujar Bearista.
Ia berdecak kesal.“Dasar! Sudah sana pergi, jangan ganggu saya,” ucap pria itu.
Bearista semakin kesal. Bilang terima kasih kek, untung aku tolongin. Kalau nggak, udah pasti dimakan buaya sungai, Bea menggerutu dalam hati.
“Ngapain saya terima kasih sama kamu, saya nggak salah. Sudah sana jauh-jauh.”
“Aku bakal pergi, kok. Awas ya, jangan bunuh diri! Ingat, orang yang bunuh diri arwahnya nggak akan diterima,” ucap Bearista, lalu meninggalkan pria itu. Namun, belum selangkah ia pergi. Ada empat orang berjalan mendekati mereka.
“Abid!”
Perempuan paruh baya itu berlari mendekati anaknya. Akhirnya, Abid ditemukan juga. Mereka mencari Abid ke mana-mana. Pikiran Leli semakin tidak enak, pasti Abid ingin melakukan sesuatu di sini.
“Kamu tidak apa-apa, kan?” tanya Leli panik.
“Kok ada di sini, Mas?” tanya Firman.
“Kamu bikin kita khawatir, Dek,” ucap Meliana.
“Jangan seperti ini, Ab,” ujar papa Abid.
KAMU SEDANG MEMBACA
TraveLove
RomanceMaret, 2018 #2 chicklit #1 rank pilot #12 #14 Bea hampir yakin kalau apa yang dikatakan mamanya benar, berpakaian selalu serba hitam turut membawa kelam dalam hubungan percintaannya. Buktinya, setelah berulang kali dijodohkan, tidak ada yang cocok d...