Seperti yang dijanjikan lima hari lalu, tepat hari ini mereka akan menemui papa Bea untuk meminta restu. Perasaan Bea tidak karuan.
“Hai.” Abid menyapa, saat Bea membuka pintu rumahnya.
“Tidak sopan. Harusnya datang ke rumah orang, assalamualaikum dulu,” ucap Bea.
“Bawel,” sahut Abid.
“Biarin. Ngapain pagi-pagi ke sini?”
“Kamu lupa?”
Sebenarnya Bea tidak lupa. “Mau ke mana emang?”
“Ke rumah papamu,” jawab Abid.
“Oh,” sahut Bea cuek.
“Cepat siap-siap, lalu kita berangkat.” Ternyata ditinggal Abid lima hari, perempuan ini tidak ada bedanya.
“Aku sudah siap,” balas Bea
“Bilang dong dari tadi!”
Bea terkekeh karena berhasil membuat Abid kesal. Mereka meninggalkan rumah Bea. Bea sudah memberitahu di mana alamat papanya. Bea menatap ada sebuah bungkusan di hadapannya.
“Apa ini?” tanya Bea. Hampir saja Bea mengangkatnya, Abid malah menahan tangan Bea agar tidak menyentuhnya.
“Jangan disentuh-sentuh, itu lukisan,” ucap Abid.
“Lebay banget, deh. Cuma lukisan aja nggak boleh dipegang,” cibir Bea. Abid tidak bergeming. “Emang mau dibawa ke mana lukisannya?” tanya Bea sekali lagi.
“Lukisan itu saya beli lima hari lalu, tadi lupa dibawa pulang,” jelas Abid.
“Lukisan apa?” Bea tiba-tiba penasaran.
“Jangan banyak tanya.”
Bea berdecak kesal mendengar ucapan Abid. Belum jadi suami sudah menyebalkan seperti ini. Bea tidak bisa membayangkan jika mereka menikah nanti.
Tidak ada lagi pembicaraan, mereka kembali diam di dalam mobil. Hanya musik kesukaan Abid yang menemani.
“Sepertinya Papa nggak ada di rumah,” ujar Bea ketika mereka sudah sampai.
“Ke mana beliau?” tanya Abid.
“Biasanya jam segini belum pergi, kita ke galeri saja,” jawab Bea.
“Galeri?”
“Galeri lukisannya. Kita ke galeri aja,” ucap Bea
“Papamu seorang pelukis?” tanya Abid.
“Jangan banyak tanya!”
“Saya cuma penasaran,” jawab Abid santai.
“Sama saja! Tadi kamu juga bilang gitu,” sahut Bea.
“Iya-iya maaf, benar Papa pelukis?” Abid mengulang pertanyaan.
“Iya.”
“Serius?”
“Iya, serius. Papa kandungku pelukis hebat,” sahut Bea antusias. Percayalah, menjadi anak seorang pelukis membuat Bea bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TraveLove
RomanceMaret, 2018 #2 chicklit #1 rank pilot #12 #14 Bea hampir yakin kalau apa yang dikatakan mamanya benar, berpakaian selalu serba hitam turut membawa kelam dalam hubungan percintaannya. Buktinya, setelah berulang kali dijodohkan, tidak ada yang cocok d...