30; cerita kita

1.4K 311 33
                                    


"Yebin izin gak pulang ya besok malem sama lusa. Mau ngurusin buat ospek maba."

"Oke. Nanti ayah telepon Jaehyun biar jagain kamu."

"Waahhh, okedeh, yah."

Makan malam kali ini terasa hening tanpa ada Woojin yang tinggal di asrama setelah pengumuman kelulusan serangkaian tesnya. Walaupun terasa ada yang hilang, tapi Minhyun dan saudara yang lainnya senang dan bangga Woojin dapat selangkah mengejar cita-citanya.

"Makin sepi aja nih rumah," celetuk Jinyoung.

Minhyun tertawa kecil melihat anak bungsunya makan sembari memajukan bibirnya setelah berbicara tadi, gemas.

"Kan masih Mas Jihoon sama Mas Jaehwan, dek," kata Jihoon.

"Iya iya. Yaudah adek mau tidur aja. Ngantuk."

Jinyoung jadi lebih banyak diam setelah Woojin pergi. Memang, tidak ada yang seaktif Woojin di rumah yang bisa membuat rumah makin terasa hangat.

Ada Jaehwan dengan suara kencangnya ketika tertawa, tapi itu juga tidak bisa didengar setiap hari. Beberapa hari kemarin, Jaehwan mencoba mencari pekerjaan sambil menyelesaikan kukiahnya. Soal busking, sudah tidak ia lakukan sesering dulu.

Minhyun memang pemilik perusahaan cukup besar, tapi hal itu tidak membuat Jaehwan mau bekerja di perusahaan ayahnya. Jaehwan ingin berusaha mandiri.

👨👦👧👦👦👦

Pagi menjelang siang, Jihoon berpamitan pada Minhyun untuk bertemu Mina di taman dekat sekolahnya. 

"Nih jusnya."

Jihoon kembali setelah membelikan Mina jus alpukat di depan minimarket.

"Makasih. Kamu alpukat juga?"

"Ngga, aku Jihoon bukan alpukat."

Daripada makin memancing kekesalam, Mina cukup tersenyum menanggapi Jihoon.

Mereka mulai menghabiskan jus masing-masing dalam diam. Hanya terdengar bising kendaraan berlalu lalang di jalan raya depan taman.

"Kamu jadi ke luar negeri?" Jihoon akhirnya bersuara.

Mina mengangguk pelan. "Maaf ya gak bisa ketemu kamu sesering ini lagi."

"Gapapa kok. Itu kan cita-cita kamu. Aku bisa maklum," balas Jihoon bijak.

"Kamu kapan mulai masa orientasi?" tanya Mina.

"Gak tau."

"Lho?! Gimana sih kok gak tau?"

Tidak cukup antusias menanggapi pertanyaan Mina, karena Jihoon akan jauh lagi dari orang yang ia sayangi. Jihoon malah menunduk, hanya helaan napas berat yang terdengar darinya.

"Itu hasil perjuangan kamu selama 3 tahun SMA lho. Tanpa tes pula," kata Mina, sedikit kesal.

"Masa aku pisah sama Woojin sih? Masih belum rela..."

Kemudian hanya suara tawa Mina yang Jihoon dengar. Apanya yang salah? Menurut Jihoon, wajar kalau seorang kakak merasa kehilangan?

"Gak gitu juga, sayang. Woojin juga perlu masa depan, begitu juga kamu. Kamu mau jadi apa aja bisa, Woojin juga. Jadi gak boleh gitu ah pikirannya. Ya?"

Jihoon mengusap tengkuknya merasa canggung dengan keadaan. Lalu memeluk Mina cukup lama.

"Bakalan kangen sama wangi parfum kamu, sama ocehan kamu, sama gemesnya kamu, pokoknya semua yang ada di kamu," kata Jihoon masih dengan memeluk Mina.

Mina tersenyum, menepuk pelan punggung Jihoon.

"Janji deh bakal sering vid-call. Tapi kamu janji juga, gak boleh egois soal Woojin."

"Iyaaa, Kang Minaaaa."

👨👦👧👦👦👦

"Ayah, bahan makanan udah pada abis nih di kulkas. Jinyoung gak bisa masak jadinya," keluh Jinyoung sehabis melihat isi kulkas.

Minhyun menghentikan aktivitas di depan laptopnya, lalu segera mebgambil kunci mobil menuju Jinyoung yang sedang duduk di bar dapur.

"Ayo anter ayah belanja bulanan."

Jinyoung mengangguk semangat lalu menuju kamarnya. "Aku ganti baju dulu, yah."

"Ayah tunggu di depan yaaa."

"Iyaa, ayah."

Tidak berapa lama, Jinyoung menghampiri Minhyun yang sudah menunggu di mobil. Mereka langsung menuju ke supermarket tanpa basa-basi. Di sana, Minhyun memnagi tugas untuknya dan Jinyoung. Jinyoung bertugas memilih lauk, sedangkan Minhyun memilih sayuran.

"Ntar Jinyoung kalo udah selesai tunggu di kasir."

Minhyun mengangguk. Mereka kemudian menghambur ke tempat yang dituju.

"Brokoli, wortel, kubis ... apalagi ya?"

Minhyun masih memperhatikan berbagai macam sayuran di hadapannya. Tidak berapa lama, troli yang dibawanya tersenggol seorang perempuan.

"Eh, maaf, maaf, saya gak sengaja," ucapnya.

"Iya, iya. Maaf juga saya gak hati-hati."

Perempuan itu mengangguk. Tapi kemudian mereka saling menatap lekat-lekat.

"Min ... hyun?"

"Lho? Chae- sorry."

"Aku Chaeyeon, hyun. Jung Chaeyeon. Remember me?"















THE HWANG'S

ㅡㅡ

[1] Ayah: Struggling ㅡ hwang minhyun [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang