Pagi tadi tepat pukul 10, Minhyun dengan lantang telah meminang Chaeyeon sebagai pendamping hidupnya di hadapan keluarga dan kerabatnya. Tibalah kini saatnya resepsi pernikahan mereka yang dihadiri oleh kerabat-kerabat Minhyun juga Chaeyeon.Minhyun dan Chaeyeon tentu sudah berganti pakaian dengan yang lebih kasual agar lebih santai dalam menyambut para tamunya. Pun seluruh anak-anak Minhyun.
"Mba, asliii makin cakep tau pake dress warna peach gitu," kata Jinyoung antusias sambil memakan pie jelly.
Yebin mendecih dan sedikit malu-malu penampilannya dipuji oleh adik sendiri. Lengannya bergerak memeluk Jaehyun untuk menghindari wajahnya yang memerah malu.
"Geli, yang astagaaa," Jaehyun tertawa kecil.
Hwang sekeluarga ini berpencar, tidak berkumpul di satu tempat. Yebin hanya bersama dengan Jinyoung serta Jaehyun sembari menikmati kudapan yang tersedia. Sambil sesekali menyapa rekan-rekan Minhyun yang mereka kenal.
Sedangkan Jaehwan dan Jihoon tengah mendinginkan diri di dalam gedung karena di luar cuacanya sungguh panas. Mereka tidak tahan.
"Mas, ibu gak ke sini nih?"
"Gak tau," jawab Jaehwan mengendikkan bahu.
Kancing kemeja paling atas milik Jaehwan, ia lepas agar dapat bernapas dengan baik, sebelum ia bisa mati kepanasan. Jihoon yang merasa itu ide bagus, mengikutinya.
"Katanya ibu bilang mau ke sini?"
"Gue gak tau, Hoon. Tungguin aja. Kenapa emang?"
"Kangen hehe. Emang lo gak kangen?"
Jaehwan mendecih pelan. "Kan gue yang suka nganterin ibu ke rumah sakit buat periksa."
"Hehe iya juga ya. Yaudah lah, gue ma-- eh, Mas Daniel, Guanlin!"
Keluarga Daniel, kerabat Minhyun yang baru datang disambut antusias Jihoon. Mereka lalu membawanya menuju dimana Minhyun berada.
👨👦👧👦👦👦
Setelah seluruh kegiatan pasca pernikahan selesai, Chaeyeon tentu akan tinggal bersama Minhyun dan kelima anaknya. Tidak dipungkiri, Chaeyeon masih merasa canggung dengan anak-anak Minhyun yang hampir setengah lusin itu, begitupun sebaliknya. Tapi setelah ini, Chaeyeon berharap tidak ada lagi rasa canggung diantara mereka.
"Ehm, kita panggil Tante Chaeyeon Mama aja ya?" celetuk Jinyoung.
Mulai dari si sulung hingga si tengah mengangguk setuju atas usulan si bungsu. Termasuk juga Minhyun.
"Depends on you, guys mau panggil tante apa," balas Chaeyeon dengan senyuman teduhnya. "Makasih ya udah mau nerima tante di sini."
Semuanya mengangguk setuju dan menimpali Chaeyeon dengan berbagai reaksi kebahagiaan atas kalimat terakhirnya, lalu melanjutkan makan malam mereka. Tanpa disadari, celetukkan Chaeyeon setelah itu membuat suasana makan malam menjadi seperti berada di wahana rumah hantu. Sangat kelam, seperti wajah Minhyun yang berubah drastis.
"Ay, Mba Raras kok tadi gak keliatan ya?"
"Chae, tolong jangan sebut nama dia."
Jaehwan menggebrak meja tidak terima. "Ayah!"
"Mas, tenang dong."
"Mas, Jaehwan!"
"Ya Allah, Mas, udah-udah jangan ribut."
Adik-adik Jaehwan berusaha melerai emosi Jaehwan yang bisa jadi akan semakin menjadi-jadi.
"Aduh, maaf malah jadi kaya gini," ucap Chaeyeon menyesal. "Tante cuma mau ketemu aja, dan nyapa Ibu kalian. Gak ada maksud lain."
Suasana makan malam pertama mereka malah sangat canggung sekali. Chaeyeon tidak ada maksud lain menanyakan hal tersebut. Ia hanya ingin bertemu dengan Ibu kandung anak-anak Minhyun dan mengucapkan terima kasih. Alhasil, Jaehwan mengalah dengan meninggalkan meja makan sebelum emosinya memuncak.
"Biar Yebin yang tangani Mas Jaehwan. Ayah, mama sama semuanya tenang aja di sini ya," tukas Yebin yang segera mengikuti Jaehwan dari belakang.
"Yah, kok ngomong gitu sih tadi?" kata Jihoon merasa kecewa.
"Maafin tante ya," lirih Chaeyeon merasa bersalah.
"Ngga, Ma. Mama gak salah," bela Jinyoung.
Minhyun menggertakan giginya lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Sorot matanya masih setajam tadi, tanpa senyum sedikitpun.
"Ayah terlanjur bener-bener kecewa sama ibu kalian. Udah itu aja. Ayah udah maafin ibu kalian, tapi hati ayah masih gak rela buat sekedar liat wajahnya. Ayah akui, ayah kangen sama ibu kalian. Tapi ..."
"Udah, Hyun. Kamu salah, gak seharusnya kamu nyimpen dendam kaya gini sama Mba Raras. Dia juga ibu dari anak-anak kamu. Aku mau besok kita undang Mba Raras buat makan siang bareng. No protest," final Chaeyeon.
👨👦👧👦👦👦
"Mas, lo kenapa deh?!"
Jaehwan terduduk di sisi ranjangnya dengan napas yanh tidak beraturan, masih merasa kesal soal ucapan Minhyun tadi. Seharusnya waktu makan malam itu buat membicarakan hal-hal yang baik dan mempererat hubungan antar anggota keluarga, bukan malah seperti itu.
"Lo gak kesel emang sama ayah, Bin!?" cerca Jaehwan dengan nada tinggi.
"Gue juga kesel, tapi kenapa harus sampe gebrak meja? Gak bisa diomongin baik-baik? Lo gak malu ada Mama Chae hah?"
"Ayah gak seharusnya ngomong kaya gitu, Bin."
"Gue tau, Mas. Ya Tuhan, tapi emang ayah tipikal yang begitu mau gimana lagi?"
Pintu kamar Jaehwan tiba-tiba terbuka, menampakan sosok Chaeyeon masih dengan perasaan dan raut wajah bersalahnya. Ia kemudian duduk di samping Jaehwan dan mengelus punggungnya menenangkan.
"Maafin, Mama ya. Ibu pernah bilang waktu itu mau dateng ke resepsi, tapi nyatanya ngga. Jadi Mama penasaran barangkali kalian atau ayah kalian tau kenapa."
"Udah, Ma gak apa-apa kok. Dia emang emosinya suka gak kekontrol," ucap Yebin sambil menunjuk Jaehwan.
"Oh ya? Terus tadi mama mutusin buat ngundang Ibu makan siang besok. Gak ada lagi marah-marahan kaya gini lagi ya?"
Berat hati, Jaehwan mengangguk setuju atas inisiatif Chaeyeon itu. Berharap Minhyun tidak semarah tadi akan berhadapan langsung dengan Raras. Juga Yebin yang turut lega amarah Jaehwan sudah cukup mereda.
"Ayo kalian lanjut makan lagi. Kasian loh makanannya ditinggal gitu aja."
THE HWANG'S
ㅡㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Ayah: Struggling ㅡ hwang minhyun [✅]
Short Story[ Ayah series #1 - ON SLOW REVISION ] [20180516] #24 in short story Hwang Minhyun with his 5 childrens. ©dankewoojin, 2018