Selama keluarga Hwang bertetangga dengan Shin, mereka belum pernah sekalipun betemu, kecuali Jihoon yang saat itu mengantar kudapan sebagai tanda selamat datang.Pada akhirnya, mereka yang pernah sedekat nadi bisa menjadi sejauh langit dan bumi hanya karena sikap masing-masing.
Terkadang Minhyun mendengar suara teriakan seseorang meminta tolong dari rumah Shin setiap tengah malam. Memang, Minhyun tidak bisa tidur terlalu lelap jadi suara sekecil apapun pasti didengarnya.
Bohong kalau Minhyun tidak pernah memikirkan Shin. Tiap mendengar suara jeritan itu, Minhyun selalu berdoa yang terbaik untuknya.
Malam ini Minhyun berencana untuk mengajak sekretarisnya, Bona makan malam sepulang bekerja. Hitung-hitunh sebagai tanda perkenalan antara atasan dan sekretaris barunya.
"Udah beres, Na?"
Bona menoleh pada Minhyun yang berdiri di depan mejanya, ia mengangguk.
"Sudah, pak."
"Panggil Minhyun aja."
"Iya, pak--eh, Minhyun." Bona tersenyum.
Lalu Minhyun memberi isyarat untuk Bona jalan lebih dulu menuju basement dimana mobilnya ia parkirkan.
"Kamu ... asli sini?" tanya Minhyun memecah keheningan di dalam mobil.
"Iya, saya asli ini. Minhyun sendiri?"
"Aku blasteran loh," katanya dengan bangga yang dibalas senyuman kecil Bona.
"Masa? Tapi iya sih, eyelid-nya satu doang itu kaya orang korea. Lucu."
Setelah itu, tawa mereka berdua pecah. Kedua pipi Minhyun sudah cukup memanas ketika Bona menanggapinya.
👨👦👧👦👦👦
Akhirnya mereka singgah di rumah makan yang tidak jauh dari komplek rumah Bona, menurut Minhyun agar nanti pulangnya tinggal jalan saja. Berdua.
Setelah memesan makanan, mereka mengobrol sedikit banyak tentang keluarga masing-masing. Minhyun bercerita kalau dirinya adalah duda beranak 5, juga Bona yang bercerita tentang dirinya yang juga janda ditinggal meninggal oleh suaminya yang seorang polisi karena kerusuhan di kantor polisi tempatnya bekerja.
"Sorry, Na. Kamu yang kuat ya," ucap Minhyun sambil mengusap kedua bahu Bona menenangkan.
Bona tersenyum teduh yang malah membuat Minhyun makin jatuh pada pesonanya.
Mereka hanyut dalam obrolan dari awal hingga selesai makan. Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Pasti anak-anak Minhyun sudah menunggunya.
"Saya antar, Na."
"Eh gak usah. Tinggal jalan dikit aja ke situ."
Tapi Minhyun tetaplah Minhyun yanh tidak mau lepas tanggungjawab karena telah membuat Bona pulang cukup larut. Tanpa basa-basi, Minhyun menggandeng tangan Bona menuju rumahnya.
"Makasih ya."
"Iya, yaudah saya pulang kalo kamu udah masuk rumah."
Minhyun melambaikan tangan pada Bona sampai ia masuk rumahnya.
"Ya Allah, indahnya ciptaanmu..."
Senyuman Minhyun masih tetap ada sampai ia membalikkan badan dan berjalan menuju mobilnya. Tetapi ketika Minhyun hendak membuka pintu mobilnya, ada seseorang yang memeluknya dari belakang yang sukses membuat hatinya nyeri tak tertolong.
"Hyun, aku minta maaf. Aku cuma mau kamu."
Minhyun berbalik melepas pelukannya, menatap orang itu serius. Perasaannya makin bergejolak sewaktu melihat keadaan orang tersebut yang tidak karuan. Banyak luka lebam di wajahnya, juga sudut bibirnya yang masih mengeluarkan darah.
"Suami kamu mana?"
Dia menunduk, menggeleng. Itu Shin.
"Aku gak bisa. Maaf."
Tanpa pikir panjang lagi, Minhyun segera masuk mobilnya meninggalkan Shin yang tangisannya makin pecah sambil memanggil namanya.
Sampai di rumah, anak-anak Minhyun langsung memeluknya. Sepertinya mereka mengetahui hal ini.
"Kalian kenapa?" tanya Minhyun bingung.
"Tadi Tante Shin ke sini, yah. Nangis-nangis, tapi Jaehwan udah kesel duluan sama dia. Jadi gak kita kasih masuk," jelas Jaehwan dari dapur.
"Kita pindah rumah aja, jangan deket mereka lagi, yah. Jihoon suka gak tega denger Tante Shin nangis tiap malem. Dan ... Jihoon juga sama kaya Mas Jaehwan, dia udah khianatin ayah. Jihoon gak mau ayah jatuh ke lubang yang sama lagi."
"Tapi itu kan bukan kehendak dia buat ninggalin ayah juga, sayang."
Yebin menghapus air matanya, meyakinkan dirinya juga Minhyun untuk segera menghalalkan Bona.
"Ayah, minggu besok harus nikah sama Tante Bona. Yebin gak mau ayah kaya gini terus, selalu dibayang-bayangi Tante Shin. Oke? Kalian setuju kan?"
Minhyun sih tidak menolak, tapi tidaj tahu Bona apakah ia mau secepat itu. Mereka saja tidak ada hubungan spesial, hanya sebatas rekan kerja.
"Besok Jaehwan yang bujuk Tante Bona. Ayah gausah khawatir Tante Bona gak mau sama ayah, oke?"
Semua anaknya ngangguk setuju, setelahnya mereka pergi ke kamar masing-masing.
"Dikira ngucapin akad segampang
membalikan posisi tidur apa. Haduh."THE HWANG'S
ㅡㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Ayah: Struggling ㅡ hwang minhyun [✅]
Conto[ Ayah series #1 - ON SLOW REVISION ] [20180516] #24 in short story Hwang Minhyun with his 5 childrens. ©dankewoojin, 2018