Jinyoung dan teman-temannya sedang berada di rumahnya merencanakan liburan yang akan dateng beberapa minggu lagi. Bukan liburan dalam artian sebenernya, mereka libur hanya karena angkatan atas akan melaksanakan try out."Mau kemana nih?" tanya Hwall kepada teman-temannya.
Jinyoung menimbang sebentar. Sayangnya yang ia pikirkan hanya villa Om Seongwoo di puncak agar budget nya tidak keluar banyak.
"Jangan bilang ke villa om lo, Nyoung."
Tebakan Jeno benar sekali, dan Jinyoung hanya menggaruk tengkuknyabyang tidak gatal merasa malu. "Tapikan bisa irit duit, guys. Tau kan kalo liburan penghasilan berkurang."
"Tapi bener juga sih kata Jinyoung. Mana duit gue tinggal ceban nih." Haechan menyetujui saran Jinyoung yang belum ia utarakan.
"Kalo ikut Mas Jaehwan hiking aja gimana? Mau gak?"
Entah datang dari mana Jaehwan itu, tiba-tiba saja duduk di samping Hwall.
"Kapan?"
"Pas kalian libur. Nanti mas bayarin deh ongkos transportnya. Kalian tinggal siapin barang-barang sama uang saku aja," jelas Jaehwan, lalu pergi lagi.
Jinyoung dan lainnya saling menatap bingung. Menurut mereka, boleh juga tawaran seperti ini. Lagipula mereka juga belum pernah melakukan hal itu.
"Yaudah, Mas kita mauuu!!" final Jinyoung pada Jaehwan yang hampir masuk kamarnya.
"Oke. Nanti mas kasih liat listnya apa aja yang harus kalian bawa."
"OKEEEEE," jawab mereka berbarengan.
"Yessss akhirnya liburaaann."
👨👦👧👦👦👦
"Baik, sekian rapat hari ini. Terima kasih."
Setelah ia mengakhiri rapatnya, seluruh peserta rapat meninggalkan ruangan satu per satu. Kecuali dirinya.
Sudah hampir 3 bulan kepergian Shin dikehidupannya dan Minhyun masih belum sepenuhnya rela. Ia sudah meminta banyak bantuan pada beberapa orang, tapi hasilnya nihil. Mereka bahkan tidak dapat menemukan keberadaan Shin. Di kampung halamannya pun Shin tidak terlacak ada atau tidak.
Minhyun sudah memasrahkan semuanya kepada Tuhan, tapi perasaan tidak bisa berbohong.
"Permisi, Pak. Ada yang mau bertemu sama bapak."
Itu Bona. Sekretaris baru Minhyun yang baru bekerja selama sebulan.
"Siapa?"
"Yebin, pak."
"Iya, suruh dia tunggu di ruangan."
"Baik, pak."
Setelah Bona menutup pintunya, Minhyun masih bergeming. Kewalahan sedetik dengan paras ayu sekretaris barunya itu.
"Astaghfirullah, mikir apa sih kamu, Hyun."
Minhyun kemudian beranjak untuk menuju ruangannya menemui si puteri satu-satunya itu.
"Eh mba. Ngapain? Tumben banget."
"Hape aku rusak, yah. Mau minta ganti... Hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Ayah: Struggling ㅡ hwang minhyun [✅]
Nouvelles[ Ayah series #1 - ON SLOW REVISION ] [20180516] #24 in short story Hwang Minhyun with his 5 childrens. ©dankewoojin, 2018