Chapter 8

31 5 0
                                    

Taxi menurunkan kami tepat didepan rumahku, Thomas membantuku menduduki kursi rodaku, aku heran mengapa dia sangat sebaik ini padaku, aku sangat merepotkan. Thomas mendorong kursi rodaku sampai didepan gerbang rumahku yang sangat besar. Dan Ayah Corey menekan bell rumahku, tidak perlu waktu lama, gerbang itu dibuka oleh seorang Security yang berjaga disana, dia sangat terkejut melihatku terduduk dikursi roda yang didorong oleh Thomas.

"Se.. se.. selamat datang ny.. nyonya." Dengan gugup, Security itu menyambutku.

"Terima kasih pak," jawabku dengan lembut, lalu membuka maskerku dan memberikan senyuman kecil yang terasa sakit dipipiku.

Security itu membukakan gerbang itu lebar-lebar, lalu mempersilakan aku dan yang lainnya memasuki pekarangan rumahku.

"Ada yang aneh." Ayah Corey memalingkan kepalanya ke belakang, memperhatikan Security yang sangat terkejut melihatku.

"Tidak ada yang aneh, mungkin mereka terkejut melihat majikannya menjadi babak belur dan tak berdaya seperti ini." Aku menjawab ucapan Ayah Corey tanpa menatapnya, "setiap aku pulang, mereka selalu bersemangat menyambutku saat melihatku yang terlihat bahagia, mereka sangat terpercaya. Jadi jangan berfikir yang aneh-aneh." Aku menyandarkan punggungku pada senderan kursi roda, dan sedikit memalingkan kepalaku kearah mereka bertiga, Aku bisa melihat Ayah Corey yang wajahnya menjadi muram dan menunduk, setelah itu dia mengangkat kepalanya lagi dan melirik pada kedua kawannya itu.

Kami berhenti didepan pintu masuk rumahku, Thomas berjalan selangkah untuk meraih bell disana, dan keluarlah sesosok wanita dengan wajah yang masih sangat awet muda walaupun umurnya terbilang tua, tubuhnya masih sangat ramping dan terawat, rambutnya yang sedikit bergelombang terlihat bersinar oleh sinar matahari, dia ibuku. Saat dia melihatku yang sedang terduduk manis dikursi roda, kerutan diwajahnya mulai muncul, dan ekspresinya berubah menjadi panik, tidak berbeda dengan Security didepan sana. Ibuku berlutut didepanku, dan meraih kedua tanganku yang terbalut oleh perban, dan menatap mataku dengan tatapan sedih.

"Astaga nak, kenapa kamu jadi seperti ini?" Dia meraba seluruh tubuhku, menyentuh kulitku yang terbalut oleh perban, dan tangannya terhenti dipipiku yang ditutupi oleh kasa yang kasar yang menutupi jahitan dipipiku.

"Hanya kecelakaan kecil Mom, its okay" aku meraih tangan kanannya, dan mencium tangannya yang lembut itu, lalu menatap mata ibuku.

"Kecelakaan kecil bagaimana? Perban dimana-mana, jalan pakai kursi roda, ini sih namanya bukan kecelakaan kecil!" Bentak ibuku, nadanya menjadi lebih tinggi dan tidak terkendali. Setelah itu dia berdiri dan menyuruh kami semua masuk kerumah.

***

"Sebenarnya ada apa sih ini? Astaga anakku." Ibuku memelukku dengan penuh kasih sayang, rasanya sakit, tapi terasa nyaman dalam waktu bersamaan.

"Tanya saja pada mereka." Aku menunjuk kearah Ayah Corey dan kawannya.

Awalnya mereka saling bertatap mata, bibir mereka bergetar, mereka hanya bisa diam seribu kata. Setelah itu Ayah Corey memaksakan bibirnya itu untuk berbicara dan menjelaskan semua kebohongan yang selalu dia lontarkan pada setiap orang dan media massa. Tangan ini rasanya ingin meninju, tetapi aku teringat kalau semua ini adalah konsekuensi yang harus aku terima.

Awalnya ibuku berasa tidak percaya dengan ucapan Ayah Corey, tetapi setelah aku menganggukkan kepala, meyakinkan ibuku, akhirnya ibuku terpaksa untuk menelan ucapan Ayah Corey bulat-bulat.

"Kalau begitu, kamu lebih baik disini saja ya Michell, kamu tidak usah ikut konser-konser seperti dulu lagi! Sudah cukup! Mommy tidak mau kehilangan kamu nak. Diluar sana banyak sekali orang kejam! Lebih baik kamu disini saja, berhenti bekerja didunia hiburan lagi ya nak." Ibuku mencium keningku yang dililiti perban, mungkin sekarang perban yang aku kenakan dikeningku sekarang memiliki beberapa cap lipstik pink disana.

"Aku sudah memutuskan untuk keluar dari Band kok Mom, jadi aku akan tinggal disini lagi."

"Oh syukurlah nak, Ayahmu pasti akan sangat terkejut melihat mu datang dengan keadaan seperti ini. Tapi yasudahlah, yang penting sekarang kamu sudah berada dipelukan Mommy. Oh ya tuhan terima kasih sudah menjaga putriku Michell."

"Ngomong-ngomong, saya tidak bisa berlama-lama, saya harus kembali ke negara kami, tapi sebelum berangkat, saya akan mengurus semua surat-surat dari dokter disana, agar Kareen bisa berobat disini." Ayah Corey mengeluarkan map dari tas ranselnya. Lalu berjabat tangan dengan Ibuku dan berpamit.

"Nah, laki-laki yang manis ini siapa? Jangan bilang dia kekasihmu?" Ibuku melirik kearah Thomas yang sedari tadi hanya terdiam dan mendengar percakapan orang tua kandungku dengan orang tua angkatku.

"A.. anu. Iya Tante, saya kekasihnya Kareen." Thomas mengulurkan tangannya, lalu berjabat tangan dengan Ibuku, "Nama saya Thomas."

"Oh iya, aku ingat kamu. Kamu pemain film Action yang tahun kemarin sangat booming itu ya." Ibuku melepas jabatan tangannya. Lalu memberi senyum kepada Thomas.

"Ha? I... Iya, bisa dibilang begitu Tan." Thomas terlihat sangat gugup saat berbicara dengan ibuku.

"Mom, dia mau menginap disini sampai aku sembuh. Boleh kan?" Ucapku, memohon kepada Ibuku.

"Oh, tidak masalah kok, kamu tidur di kamar tamu tidak masalah kan?"

"Ah iya, tidak masalah tante, saya sangat senang karna saya diizinkan untuk merawat Kareen." Senyuman manis Thomas semakin bermekaran.

"Tante serahkan Michell kepadamu ya Thomas, Tante percaya kamu kok."

Setelah itu mereka berdua menjadi lebih akrab dari yang aku duga. Dengan mudah, Thomas bisa mengambil hati ibuku. Didalan hati, aku merasa senang, tetapu disisi lain, aku merasa sedih, dan dalam hati, aku selalu berkata,

Andai saja posisi Thomas yang sekarang ini menjadi Posisi Romanku.

Calamity CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang