Chapter 10

44 6 0
                                    

"Haloooo Kareenaaaaa, Apa kabar? katanya kamu sudah pulang? Kita main ya kerumahmu, sekalian kita Colab, ada beberapa Challenge seru nih buat Konten video kita, kamu harus ikutt! Aku, Alvin, sama Andreas kesana ya, mungkin besok aku sama yang lain berangkatnya. Yaa karen yaa?" Charies sangat bersemangat saat aku mengangkat teleponnya.

"Kalo ngomong tuh pake spasi kek Ris, udah kayak motor balap aja, ngebuutt mulu tuh mulut." Ucapku dibalik telepon genggamku sambil tertawa.

"Habisnya, aku seneng banget kamu udah pulang Ren, kangen banget kita-kita ini."

"Tapi aku ga kangen kamu loh ris." Bercandaku.

"Ya jangan gitu lah, masa abis pulang udah jadi sombong aja kamu tuh, lupa sama kita-kita." Terdengar suara murung yang dibuat-buat disana, sangat khas sekali.

"Bercanda sih, astaga. Datang lah sini, sekalian tinggal disini selama kalian betah."

"Serius? Biasanya dulu kamu pulang gak sampai sebulan loh Ren!"

"Itukan dulu Ris, sekarang sudah berbeda. Aku sekarang gak kemana-mana lagi kok."

"Hah? Maksudmu gemana toh?"

"Kesini makanya kalian, biar aku ceritain nanti."

"Okedeh, besok pagi aku sama yang lain langsung berangkat nih, sediain makanan yang banyak ya."

"Gampang lah, yang penting dateng aja dulu kalian."

"Awas loh kalo tak disediain makanan sama kamu." Terror Charies dengan nada murung khasnya.

"Iya ish, takutan banget deh, mau apa sih? Aku beliin nih."

"Aku mau Recheese Factory, pizza, snack-snack, pokoknya apa aja deh." Jawab Charies bercanda.

"Aku sediain kok tenang aja."

"Bener ya? Awas loh. Yowes, aku tutup nih teleponnya ya."

"Iya, kalian harus dateng besok pokoknya!"

"Iyaaa reenn iyaaa," terdengar suara tawa khas Charies disana, "yaudah, byeeee."

"Byeee."

Aku menutup teleponku, dan saat aku menatap kedepan, aku melihat laki-laki yang sedang berdiri di dekat pintu kamar.

"Tom, dari tadi kamu disana?"

"Ha? Hmm. Anu.. iya aku dari tadi disini, habis telepon siapa?" Thomas menjawab dengan gugup.

"Ohh, tadi itu temen aku nelepon, katanya besok dia mau kesini sama temennya."

"Cewe?"

"Cowo sih, mereka menginap juga disini nanti, jadi kamu bisa ada temen ngobrol antar laki-laki kan."

"Orangnya seperti apa? Apa mereka sangat baik dihadapanmu? Apa dia akan menyiksamu juga seperti Paman Corey dan yang lain?" Thomas membeku seperti es, matanya terbuka lebih lebar, lalu dia memaksakan diri untuk menengok kearah kiri dan berbisik pada dirinya sendiri, lalu memukul keningnya dengan telapak tangannya.

Dari mana dia tau kalau Ayahku dan kawannya yang menyiksaku? Kenapa dia bisa tau ini? Siapa yang memberi tahunya?

"Tutup pintunya Tom, masuk sini." Perintahku, menahan rasa canggungku.

Thomas masuk ke kamarku dan menutup pintunya perlahan-lahan. Lalu berdiri sejenak dan menatapku, lalu berjalan kembali menghampiriku yang sedang bersandar diatas kasurku. Saat Thomas sampai didepanku, dengam canggunh dia duduk didepan kakiku yang aku luruskan, dan menunduk dengan kaku.

"Tom, kalau boleh tau, dari mana kamu tau kejadian itu?" Aku memajukan tubuhku lalu berbisik.

"Tidak ada yang memberi tahuku. A-A-aku dengar semuanya. See-se-semua suara saat kejadian itu aku mendengarnya." Thomas berpaling dan menatap wajahku, "aku mendengar ucapan mereka, aku mendengar suara jeritanmu, aku mendengar suara tulang-tulang yang patah, aku mendengar suara tancapan pisau, semuanya, aku dengar semuanya."

"Ha? Bagaimana bisa?" Mataku terbuka semakin lebar, aku memundurkan punggungku dan kembali bersandar.

"Kamu belum mematikan teleponmu, jadi, aku bisa mendengar semuanya."

"Serius? Perasaan, aku sudah mematikan teleponnya."

"Belum, Sayang. Kamu belum mematikan teleponnya. Aku sangat terkejut mendengar percakapan kalian, aku terkejut saat aku mendengar suara langkah kaki yang berat semakin mendekat dan setelah itu aku mendengar suara benda yang jatuh, lalu terdengar suara jeritanmu dan. Aah, aku tidak kuat mengingatnya." Thomas mengangkat kepalanya dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya, lalu menurunkannya lagi sampai sikutnya bersentuhan dengan pahanya.

"Jadi selama ini kamu sudah mengetahui kejadian itu ya."

"I-Iya. A-aku adalah kekasih yang bodoh dan tolol! Aku tidak bisa menjaga kekasihku disaat yang mengerikan itu. Aku sangat menyesal Kareen, aku sangat menyesal! Andai saja aku datang secepatnya. Andai aku berada disana, mungkin kamu tidak akan jadi seperti ini." Thomas masih menutup wajahnya yang manis itu dengan telapak tangannya. Tubuhnya bergetar tidak terkendali, dan mencaci maki dirinya sendiri.

"Tom, Thomaas! Ini bukan salahmu. Ini memang harus terjadi"

"Tidak jika aku berada disana."

"Tidak Tom, walaupun ada kamu disana, mungkin kejadiannya akan semakin parah. Aku harus menerima ini semua, demi keselamatanku juga."

"Keselamatan bagaimana?" Thomas melepas tangannya dari wajahnya lalu membentakku dengan tatapan amarahnya yang mengerikan. Aku sangat terkejut, ini kali pertama aku melihatnya seperti ini.

"Tom, kalau mereka tidak melakukan ini, aku akan dibunuh."

Thomas terdiam seperti patung sekarang.

"Aku akan dibunuh oleh antek-antek dari organisasi tersebut jika Ayah Corey dan yang lain tidak menyiksaku seperti ini."

Thomas masih diam dan tidak menjawab apa-apa.

"Tom. Boleh aku minta pelukanmu?"

Dengan sigap Thomas berjalan diatas kasur dan menghampiriku, lalu dia dengan cepat dia langsung memelukku.

Calamity CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang