Chapter 18

27 5 0
                                    

"Ya, kita beralih pada berita selanjutnya. Mungkin kalian ingat kejadian pembunuhan berantai para artis beberapa tahun yang lalu, kini polisi sudah menemui siapa tersangka dibalik pembunuhan berantai ini. Kareena. F. Michellia yang dulu diduga sebagai korban penbunuhan, kini beralih sebagai tersangka. Mungkin sebagian dari penikmat musik tidak akan percaya dengan ini, tetapi semua bukti berarah kepadanya-" siaran berita kali ini membicarakan tentang Kareena yang dipenjara. Berita ini menjadi sangat Booming di seluruh dunia. Bahkan kini berita itu sudah sampai pada telinga Roman yang kini sedang terkejut membeku, seluruh tubuhnya kini mendingin sedingin es, nafasnya menjadi tidak karuan setelah mendengar berita itu.

"Tersangka sekarang sudah dibawa ke Kantor Polisi di Kota A, sembari menunggu persidangan-" pembawa acara itu terus membicarakan tentang Kareena. Membuat dada Roman terasa sesak di dada. Rasa bersalah kini mulai menjalar keseluruh tubuh.

Roman merasa tidak kuat melihat berita itu, kemudian dia menggantikan acara tersebut menjadi acara gosip yang sangat tidak dia senangi.

"Aduh, kita sebenarnya tidak menyangka kalau Kareena bisa dijadikan tersangka, wanita itu sangat baik. Aku yakin pasti ada kesalah pahaman, semoga kita bisa menemukan bukti yang sebenarnya ya." Berita gosip kali ini membicarakan tentang Kareena juga. Membuat hati Roman semakin sesak dan merasa bersalah.

Aku harus menemuinya. Feline-ku.

"Nah, ngomong-ngomong soal Kareena, bagaimana komentar dari sang kekasih Thom-" Roman mematikan televisinya, sangat muak melihat wajah pembawa acara gosip itu yang sangat cerewet.

Aku harus menemuinya. Ini semua salahku. Ucap Roman dalam hati. Dia sudah tidak kuat untuk berdiam diri saja. Dia tidak bisa membiarkan orang yang disayanginya menderita. Dia harus menemuinya.

Roman bergegas mencari mantelnya yang tergeletak di atas kasur miliknya, mengambil smartphone-nya dan dimasukan ke dalam kantong, lalu mengambil kunci mobil yang berada dimeja dan bergegas pergi menuju mobilnya dan melaju sangat cepat.

***

"Hei. Sedang apa kau disana?" Terdengar suara berat didepan pintu jeruji itu beserta suara benturan besi yang sangat terdengar jelas disana. Lalu terdengar suara pintu besi yang terseret seperti sedang dibuka secara paksa.

Aku membuang batu yang aku gunakan sebagai pena untuk menggambar di tembok, melirik ke arah Polisi yang kemarin menghinaku sedemikian rupa. Melihat wajahnya membuat emosiku melonjak naik, rasanya tangan ingin sekali ku ayunkan kewajahnya yang jelek itu hingga tidak berbentuk. Tetapi, jika aku lakukan itu, semakin aku tidak memiliki kesempatan untuk keluar dari ruangan penuh debu ini.

"Ada seseorang yang ingin menemuimu, cepat!"

"Siapa?" Tanyaku dengan nada tinggi.

"Mana saya tau. Lebih baik kau pergi dan melihatnya sendiri."

Aku berjalan kearah polisi sialan itu, menatapnya dengan tatapan sinis, dan dibalas dengan tatapan mengejek. Menjijikan. Lalu polisi itu mengaitkan tanganku dengan borgol yang ia bawa, dan didoronglah aku menuju tempat dimana orang-orang diperbolehkan untuk berkunjung. Polisi itu membuka pintunya, dan cahaya terang menderang terpancar dari ruangan itu, ruangan disana hanya terdapat sebuah CCTV yang tertempel disudut tembok, dan ditengah-tengah terdapat sebuah meja panjang beserta kursinya yang berhadapan. Lalu, Disana ada seseorang yang sedang berdiri disamping meja itu, memunggungiku, dia sangat tinggi, terlihat punggung bidangnya membuat jantungnya berdebar sangat kencang. Terdengar suara kunci yang terbuka, dan kini tanganku terbebaskan dari borgol.

"Disana orangnya. Pergilah. Waktumu hanya 30 menit." Polisi itu mendorongku dengan kasar, menjengkelkan. Tetapi rasa kesalku menjadi hilang setelah laki-laki itu berbalik ke arahku.

Calamity CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang