Chapter 38

41 9 1
                                    

"Nona muda, sekarang sudah pagi. Bagaimana dengan tidurmu? Apakah Nona mendapati mimpi yang indah?" Terdengar suara seseorang yang begitu beewibawa, suaranya sangat berat namun halus. Suara itu terdengar bersamaan dengan cahaya yang menyilaukan menembus kelopak mata. Cahaya dari mana ini? Sangat mengganggu.

Aku mencoba untuk membukakan mata, dan saat itu juga aku menemui sosok berpakaian hitam tengah berduru dihadapanku dan menghalangi cahaya itu. Baguslah orang ini menghalangi silaunya cahaya disana, tetapi bagaimanapun juga melihat pria asing saat bangun tidur rasanya sangat mengejutkan. Pada akhirnya wujud pria berpakaian hitam ini justru lebih mengganggu daripada cahaya yang menerang itu. "Michaelis?" Tanyaku sembari menyipitkan mata.

"Benar Nona, saya Michaelis. Boleh saja duduk di sini? Saya akan membersihkan luka Nona terlebih dahulu." Michaelis menunjuknpada sebuah kursi yang berada dihadapanku. Bagaimana aku bisa menolak? Niatnya baik kok. Pada akhirnya aku mengizinkannya untuk duduk dihadapanku dan meraih tanganku yang semalam sudah habis ditebas oleh sebuah garpu dengan begitu ganasnya.

Michaelis membuka perban itu dan mulai membersihkan area luka itu dengan alkohol. Rasa pedih sangat terasa, suatu hal yang sangat biasa aku rasakan, Justru lukaku lebih parah sari ini dimasa lalu. Aku melirik pada telapak tanganku yang sedang dibersihkan itu dan aku melihat sesuatu yang aneh. Lukanya sudah dijahit! Sejak kapan?

"Michaelis.. Apa kamu yang menjahitnya?" Tanyaku spontan.

"Jahitan ini cukup rapih dan teliti, sangat tidak mungkin jika pelayan rendahan ini yang melakukannya. Sangat dipastikan jika Tuan Muda lah yang melakukannya. Tuan Muda sangat ahli dan paham tentang luka dan obat-obatannya. Sangat cocok dipanggil sebagai seorang dokter." Jawab Michelis sangat tulus. Tuan Muda? Matty kah? Bagaimana bisa? Apa dia baru merasa malu karna sudah menyakiti seseorang maka itu dia diam-diam menjahitnya? Tetapi, jika memang semalam dua menjahitnya, kenapa aku tidak merasakan apa-apa dan tetap tertidur?

"Hah.. Mulutmu itu terlalu banyak bicara, Michaelis!" Ucap seseorang dari arah pintu. Matty ada disana!

Sejak kapan dia ada disana? Mengejutkan sekali! Kenapa keberadaannya tidak dapat dirasakan? Apakah dia sejenis hantu? Mengerikan!

Matty berjalan menghampiri kami berdua, dan setelah ia sampai dibelakamg Michaelis, dengan sangat kasar dia mengusir Michaelis dan mengambil alih apa yang sedang dikerjakan olehnya. "Kerjakan yang lain saja sana! Ini biar aku saja yang urus." Matty mengambil tanganku dan mulai membersihkannya perlahan-lahan.

Melihat Matty seperti ini, rasanya seperti aku melihat Roman. Sangat perhatian dan sangat serius saat melakukan sesuatu. Bagaimana kabar Roman kira-kira? Aku sangat merindukannya.

"Maaf.." ucap Matty dengan nada yang sangat rendah, hampir tidak terdengar di telinga, "Maaf karna aku tidak bisa mengontrol emosiku semalam."

Entah bagaimana, wajahnya terlihat seperti seorang anak kecil yang malu-malu saat meminta maaf. Begitu lucu dan menggemaskan. Tetapi, ini Matty! Mengingat kejadian semalam saja sudah membuatku merinding. Melihatnya dengan ekspresi yang sekarang membuatku menjadi kebingungan dengannya.

Sebenarnya, seperti apa dirinya yang asli? Seorang yang selalu berdarah tinggi? Atau hanya seorang pria yang ramah dan lembut?

Mulutku benar-benar terkunci. Aku hanya bisa melihat tangannya yang masih sibuk membalut perban baru. Aku hanya membalas anggukan dan saat itu juga senyumnya mengembang. Sangat manis, senyumnya sangat manis.

"Maaf mengganggu Tuan dan Nona muda, sarapan sudah siap." Ucap Michaelis yang entah dari kapan dia sudah berada diluar dan sudah selesai menyiapkan sarapan. Benar-benar pelayan yang hebat.

"Ayo bangun, kita sarapan bersama. Aku tau kamu pasti sangat lapar bukan?" Matty menyelesaikan urusannya lalu berdiri dan mengulurkan tangan. Entah kenapa aku masih belum bisa menerima sambutannya itu. Dengan tergesa gesa aku menumpu seluruh berat badanku dengan kedua tanganku untuk bergegas bangun. Belum sempat aku bangun, rasa nyeri ditelapak tanganku kembali terasa. Sial! Aku lupa jika tanganku terluka. Saat itu juga aku kembali terbaring dengan kasar karna kelakuanku sendiri.

Calamity CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang